May 20, 2016 10:35 Asia/Jakarta

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran melakukan pertemuan dengan jajaran staf pimpinan, pengajar dan ruhaniwan Hauzah Ilmiah Tehran pada Sabtu (15/5/2016). Hauzah Ilmiah Tehran membawahi 133 pesantren dan enam pusat studi tinggi ilmu agama di ibukota Iran serta memiliki hampir 15 ribu santri dan 1600 tenaga pengajar. Sejak awal revolusi sampai sekarang sekitar 360 guru dan santri Hauzah Ilmiah Tehran gugur dalam membela cita-cita Revolusi Islam.

Dalam pertemuan itu, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan pelajar agama memiliki tiga tujuan utama yaitu, bimbingan pemikiran dan agama, bimbingan politik dan kearifan, dan keterlibatan dalam memberikan pelayanan sosial. Menurutnya, santri harus mempersiapkan diri untuk memikul tanggung jawab besar di masyarakat dengan membekali dirinya dengan berbagai kompetensi dan pengetahuan yang cukup di dunia modern.

Religiusitas dan spiritualitas merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia dan orang-orang harus dididik untuk memperoleh pengenalan yang benar dan detail tentang agama, sehingga agama tidak melenceng dari jalurnya dan terjebak dalam penyimpangan dan khurafat. Di sini terlihat jelas tentang pentingnya untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama.

Dengan memperhatikan peran penting pendidikan agama dan pengajarannya kepada orang lain untuk melindungi agama, al-Quran mewasiatkan kaum Mukmin untuk mengirim sekelompok orang untuk mendalami ilmu agama bahkan di masa perang dan kemudian mengajarkan kaumnya. "Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS:9:122)

Ayat ini dengan jelas menerangkan tentang urgensitas mempelajari ilmu agama dari pandangan Islam. Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa jika semua disiplin ilmu yang dibutuhkan sebuah masyarakat tersedia dalam tahap ideal, tapi mereka bukan masyarakat religius, maka bangsa tersebut rugi di dunia dan akhirat, serta akan menghadapi masalah-masalah nyata. Tanggung jawab besar ini yaitu mengubah sebuah masyarakat menjadi masyarakat religius berada di pundak para ulama, ruhaniwan, dan pelajar agama.

Menurut Rahbar, konsep bimbingan agama adalah menerangkan pemikiran-pemikiran murni Islam dan arena ini merupakan medan perang yang sesungguhnya. Ruhaniwan dan santri harus mempersenjatai diri dan selalu siap untuk terlibat dalam menjawab syubhat dan memerangi pemikiran menyimpang. Beliau menambahkan, "Syubhat sudah menyebar luas; dunia maya berkontribusi dalam penyebarannya dan begitu juga dengan motivasi politik. Perkara ini perlu ditangani dan tidak mesti mengangkat senjata untuk jihad. Ini adalah jihad yang paling besar dan kita perlu bersiap untuk jihad ini."

Di dunia modern dengan memperhatikan kemajuan sarana komunikasi dan juga kecepatan arus informasi, maka menyebarkan agama dan menjawab syuhbat di bidang agama menuntut keahlian-keahlian baru. Mungkin di masa lalu cukup dengan menulis buku dan berceramah di mimbar untuk membimbing pemikiran masyarakat, tapi sekarang pelajar agama perlu meningkatkan kompetensi dan tampil lebih gesit sehingga dapat terlibat aktif untuk berdakwah dan menjawab syubhat di masyarakat.

Ayatullah Khamenei menyebut Islam reaksioner, intoleran, minus pemahaman kebenaran maknawi dan terjebak dalam kejumudan, sebagai wujud nyata pemikiran menyimpang. Di tempat lain, Islam eklektik (bersifat memilih-milih yang menguntungkan dirinya sendiri) dan Islam Amerika tengah sibuk memerangi Islam hakiki. Rahbar juga menilai memahami Islam hakiki dan bersandar pada al-Quran dan Sunnah, dengan menggunakan akal dan pemikiran Islami, sebagai tugas penting ruhaniwan.

"Sirah para Nabi adalah menyebarkan pemikiran murni ini dan para ruhaniwan juga harus melanjutkan jalan kebahagiaan, yaitu memberikan bimbingan agama kepada masyarakat," tegas Ayatullah Khamenei.

Rahbar menganggap bimbingan praktis kepada masyarakat sebagai pelengkap bimbingan pemikiran mereka, dan menandaskan bahwa dengan metode terbaik, bimbinglah masyarakat kepada ibadah dan syiar-syiar agama, termasuk kejujuran, amanah, takwa, meninggalkan kemunkaran, menjalankan kebaikan dan pola hidup yang benar. Beliau juga menilai penting untuk mendalami kepercayaan-kepercayaan kuno di masyarkat dan dengan argumentasi yang benar, kepercayaan kuno harus diluruskan.

Di bagian lain, Ayatullah Khamenei menyebut bimbingan politik sebagai tugas penting lain para ulama dan ruhaniwan. Menurutnya, alasan penekanan berulang atas kebutuhan revolusionarisasi hauzah-hauzah ilmiah adalah bahwa kelanjutan gerakan yang benar dan revolusioner masyarakat, tidak mungkin dicapai tanpa partisipasi kontinu ruhaniwan.

Rahbar lebih lanjut menerangkan bahwa Revolusi Konstitusional Iran tidak mencapai tujuan-tujuannya karena tidak berlanjutnya kehadiran ulama, tetapi strategi Imam Khomeini ra adalah tidak membiarkan musuh menghentikan partisipasi ulama dalam gerakan besar revolusi dan setelahnya, karena jika tidak demikian, revolusi tidak akan menang dan Republik Islam juga akan stagnan.

Menurut Ayatullah Khamenei, Amerika Serikat sejak awal revolusi juga sama seperti sekarang berusaha menciptakan jarak antara ulama dan gerakan bangsa Iran sehingga pada tahap selanjutnya, menghapus partisipasi rakyat dari arena dan kemudian revolusi akan gagal. Namun, AS gagal mewujudkan tujuan itu dan tidak akan pernah bisa berkat pertolongan Allah Swt.

Rahbar lebih lanjut menjelaskan tentang masalah keterlibatan para ruhaniwan dan pelajar agama dalam memberikan pelayanan sosial. Beliau mengatakan bahwa pejalar agama harus memberi pelayanan kepada masyarakat seperti, membangun sekolah dan rumah sakit serta membantu mereka ketika musibah dan bidang-bidang lain.

Di sepanjang sejarah Syiah di Iran, para ulama selalu menjadi tumpuan masyarakat di semua masa sulit. Mereka tidak hanya menjadi rujukan masyarakat untuk urusan keagamaan dan pengenalan agama, tapi benteng yang meyakinkan dalam menghadapi berbagai peristiwa dan cobaan hidup. Kalangan ulama telah membangun sejumlah sekolah, rumah sakit, dan pusat-pusat pelayanan lainnya.

Ayatullah Khamenei menyarankan pelajar agama untuk pro-aktif dalam memecahkan masalah masyarakat di berbagai sektor pelayanan sosial sehingga komunitas lain juga tergerak untuk meneladani mereka dalam mengatasi problema masyarakat. Beliau juga meminta pelajar agama untuk belajar dengan tekun dan mensucikan diri.

"Kalian harus membulatkan tekad untuk menunaikan tanggung jawab keruhanian, di mana tidak bisa digantikan dengan spesialisasi lain. Pekerjaan ini tentu saja bukan untuk mengejar jabatan dan popularitas, tapi tujuan utama di semua kesempatan adalah mencari keridhaan Allah Swt," tegasnya.

Rahbar menekankan bahwa metode kesantrian di hauzah ilmiah tidak boleh dirubah ke metode mahasiswa. Cara santri menimba ilmu di hauzah ilmiah memiliki perbedaan penting dengan metode yang dipraktekkan di universitas. Santri menganggap belajar agama sebagai tugas dan kewajiban Ilahinya serta menilainya sebagai kelas yang sakral. Di hauzah ilmiah, belajar bukan hanya menimba ilmu, tapi merupakan sebuah jihad untuk mensucikan diri dan memperoleh keutamaan-keutamaan moral.

Hauzah Ilmiah Tehran mendidik sejumlah pemuda Tehran di berbagai jenjang pendidikan dan mereka juga dibekali dengan disiplin-disiplin ilmu modern sehingga dapat mengabdi kepada masyarakat.

Tags