Menyongsong Pemilu Presiden di Iran; Urgensitas Partisipasi di Pemilu Menurut Rahbar (10)
Pemilu yang digelar setelah kemenangan Revolusi Islam senantiasa memperkokoh basis rakyat di Pemerintahan Republik Islam dan membuka medan baru bagi aktivitas baru.
Pengalaman hampir empat dekade pemerintah Republik Islam dan partisipasi rakyat di pemilu membenarkan poin ini bahwa semakin besar partisipasi rakyat di pemilu, dampaknya dalam memperkuat demokrasi dan kekuatan pemerintah Republik Islam semakin dapat dirasakan.
Kehadiran rakyat di pemilu tak diragukan lagi memiliki pengaruh besar dan pemilihan pejabat pemerintah hanya salah satu dari hasil pemilu ini. Namun yang terpenting adalah pengaruh politik, ekonomi dan sosial jangka panjangnya.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di pertemuan virtual terbarunya dengan ketua dan anggota parlemen seraya menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam kompetisi pemilu menekankan, “Dampak dari hasil pemilu akan membayangi kehidupan masyarakat dan negara selama bertahun-tahun, dan Saya berharap pemilu 28 Khordad 1400 Hs (18 Juni 2021) akan menjadi kehormatan Iran, bukan seperti yang diharapkan musuh.”
Seraya mengisyaratkan penentangan musuh terhadap pemilu sejak kemenangan Revolusi Islam, khususnya setelah amandemen Konstitusi dan penyerahan tugas eksekutif kepada presiden, Rahbar mengatakan, “Selama 42 tahun propaganda musuh, mereka sebelum pemilu mengatakan bahwa rakyat tidak akan berpartisipai, setelah partisipasi rakyat di pemilu mereka mengatakan bahwa pemilu telah diatur, sementara terkait presiden terpilih mereka mengatakan ia tidak memiliki wewenang.”
Ayatullah Khamenei seraya menekankan bahwa kini propaganda musuh juga sama, menambahkan, mereka berusaha mendiktekan kepada rakyat bahwa pemilu dan pemilihan presiden tidak ada manfaatnya.
Sementara rakyat di setiap pemilu, melalui pilihan dan beragam pandangan serta dengan suara mereka menunjukkan bahwa mereka percaya terhadap pemerintah pilihannya dan mendukungnya.
Pemilu sejatinya sebuah fase menciptakan demokrasi dan pemanfaatan maksimum kapasitas yang ada di masyarakat untuk memajukan urusan di sektor politik, ekonomi dan sosial. Dengan demikian tidak ada keraguan akan urgensitas prinsip keberadaan pemilu dan sisi positif serta efektifnya. Tapi demikian, sejumlah oknum menggulirkan keraguan akan urgensitas atau pentingnya partisipasi rakyat di pemilu, di mana akar dari masalah ini mayoritasnya kembali ke isu-isu lain seperti raport buruk dan gagal sejumlah pejabat terpilih dan terkadang ketidakpuasan ini bersumber dari propaganda negatif musuh negara.
Partisipasi di pemilu dan penentuan masa depan, selain hal-hal yang disebutkan, juga merupakan hak politik, sosial dan hukum yang sangat penting, serta menjadi pilar demokrasi. Hak ini dikenal sebagai Hak Memilih, atau Hak Berpartisipasi Menentukan Masa Depan, serta sebua kewajiban dan tanggung jawab agama di Pemerintah Republik Islam.
Karakteristik setiap hak adalah pemiliknya harus mempertahankannya dan serta juga menuntut seluruh haknya, karena setiap pengabaian terhadapnya akan membuat hak tersebut musnah.
Rahbar saat menjelaskan urgensitas masalah ini berulang kali mengatakan, “Pemilu adalah sebuah hak dan juga kewajiban, hak seluruh rakyat kita untuk memberi pandangan dan suara; Ini juga kewajiban mereka.”
Ayatullah Khamenei menekankan poin ini bahwa seluruh kalangan harus hadir di pemilu, partisipasi ini akan membuat pemerintah Republik Islam semakin kuat dan kekal, serta negara akan selalu aman.
Dari perspektif ini, partisipasi dan kehadiran warga di pemilu akan membuat negara semakin kuat dalam menghadapi setiap ancaman dan kesulitan.
Seperti yang dijelaskan Rahbar, “Pemilu manifestasi terbesar kekuatan nasional” yang dampaknya dapat membuat masyarakat sipil langgeng dan peluang tepat bagi berlanjutnya kemajuan dan pertumbuhan bangsa Iran, meski ada beragam ancaman dan represi.
Di Iran, partisipasi dalam pemilu tidak didasarkan pada persyaratan hukum, tetapi dimanifestasikan sebagai kewajiban sosial keagamaan dan sebagai bagian dari hak individu dalam masyarakat.
Rahbar di pidato terbarunya terkait sejumlah kekhawatiran akan potensi rendahnya partisipasi warga di pemilu 18 Juni 2021 mengatakan, “Saya yakin tingkat partisipasi rakyat tidak ada kaitannya dengan nama ini atau itu, tapi rakyat mencari sosok yang memiliki kepasitas manajemen tinggi dan tekad kuat serta efektivitas besar untuk menyelesaikan kendala negara, dan tidak penting bagi rakyat orang itu memiliki gelar apa atau dari faksi apa.Tentu saja, ini mungkin penting untuk kelompok politik, tetapi tidak untuk publik.”
“Yang penting adalah kandidat mampu meyakinkan rakyat bahwa ia mengetahui kesulitan masyarakat, bahwa mereka adalah manajerial, bijaksana dan jujur, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjalankan negara. Dalam hal ini, Insyaallah dan dengan kemurahan Allah, masyarakat akan hadir di kotak suara dengan partisipasi yang tinggi,” ungkap Ayatullah Khamenei.
Beliau menambahkan, “Kini masalah utama dan segera negara adalah ekonomi, dan para kandidat harus memaparkan program dan solusinya untuk menyelesaikan kendala ekonomi kepada rakyat, serta meyakinkan mereka bahwa ia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan kendala ekonomi.”
Dengan partisipasi aktif dari satu sisi, dan pemilihan yang didasari kebijaksanaan dan kesadaran, bukan emosi belaka dari sisi lain, maka akan terpilih kandidat terbaik dan pada akhirnya akan muncul pemerintahan kuat dan efektif yang kekhawatiran utamanya adalah menyelesaikan kesulitan rakyat.