Kami Tak Memaafkan atau Melupakan | Nenek Tehran yang Disyahidkan Israel
https://parstoday.ir/id/news/iran-i174604
Pars Today - Maryam Mollabagher Ketabforoush, seorang ibu dua anak berusia 60 tahun, warga Jalan Damavand di Tehran, gugur syahid dalam serangan brutal oleh rezim Zionis.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jul 16, 2025 10:55 Asia/Jakarta
  • Maryam Mollabagher Ketabforoush
    Maryam Mollabagher Ketabforoush

Pars Today - Maryam Mollabagher Ketabforoush, seorang ibu dua anak berusia 60 tahun, warga Jalan Damavand di Tehran, gugur syahid dalam serangan brutal oleh rezim Zionis.

Menurut laporan Pars Today, ketika agresi musuh menarget rumah-rumah, Maryam Mollabagger, seorang ibu dua anak berusia 60 tahun dan warga Jalan Damavand di Tehran, gugur syahid dalam serangan brutal rezim Zionis. Rumahnya hancur dan jasadnya tertimbun reruntuhan selama 3 hari. Ia bukanlah seorang tentara maupun aktivis politik. Ia hanyalah seorang ibu yang tenang, seorang istri yang baik hati, dan seorang perempuan sabar yang telah menjalani kehidupan yang damai selama bertahun-tahun. Namun, peluru-peluru gila tidak mampu membedakan medan tempur atau dapur.

Suara Amarah, Suara Perlawanan

Menurut Hamshahri, suara Tahereh, saudari sang syahid, seakan datang dari suatu tempat yang jauh dari dunia ini. Dari suatu tempat di tengah debu puing dan tangisan bisu seorang perempuan yang tak pernah menjadi politisi, melainkan menjadi korban kejahatan politik.

 

Amarah telah menyumbat tenggorokannya, terkadang dengan diam, terkadang dengan kata-kata gemetar, ia menggambarkan narasinya, Saudari saya adalah seorang ibu rumah tangga, memiliki 2 anak, tinggal di Jalan Damavand. Setelah serangan rezim Zionis yang keji pada 15 Juni, rumah mereka menjadi sasaran langsung. Ia tetap berada di bawah reruntuhan selama 3 hari penuh, dan setelah 3 hari, kami mengambil jenazahnya dan menguburkannya.

Kesabaran yang Tak Tergoyahkan oleh Roket

Sementara matanya masih terpaku pada sebuah titik di dinding, ia bercerita tentang seorang saudari yang kebaikan dan ketenangannya dikenal keluarga.

Suaranya tak lagi dipenuhi kesedihan semata. Kini, di setiap kata, amarah bercampur kerinduan mengalir, Maryam sangat sabar dan baik hati. Seluruh keluarga tahu ini. Kesabaran dan ketenangannya dalam menghadapi masalah patut dicontoh. Ia bukan politisi, tetapi setiap kali melihat gambar anak-anak Gaza di TV, air matanya tak terbendung. Meskipun ia tidak berpolitik, hatinya berpihak pada mereka yang tertindas.

Seorang Ibu Sederhana; Korban Kejahatan yang Jelas

Ia terdiam sejenak. Bibirnya bergetar. Ia meletakkan tangannya di atas matanya yang basah. Kemudian, dengan suara yang dipenuhi rasa sakit tapi fasih, ia melanjutkan, Adikku tidak memiliki pekerjaan atau aktivitas politik. Ia seorang ibu rumah tangga. Tentu saja, itu tidak berpengaruh bagi Israel; muda atau tua, laki-laki atau perempuan, militer atau sipil. Malam itu, ia mungkin sedang menunggu suaminya pulang atau anak-anaknya tiba. Apakah dosanya menjadi seorang ibu? Tak ada yang dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh adikku tersayang, dan kesedihan yang mendalam begitu membebani hati kami atas kehilangannya. Namun, ia gugur akibat para bajingan di zaman kita dan beristirahat bersama syuhada di Plot 42, yang merupakan sumber kebanggaan dan kehormatan. Kami, para penyintas, adalah pengikut Imam Khamenei dan menginginkan balas dendam atas darah para martir kami yang berharga. Saya yakin saudara-saudaraku yang berjuang akan memotong tangan kriminal musuh hingga ke akar-akarnya.

Kita Semua adalah Satu, Iran

Matanya berbinar. Kebencian yang sebelumnya menghalangi napasnya kini telah menjadi api dalam kegelapan. Dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, tanpa ragu, ia berkata, Setelah serangan Israel, Iran bersatu. Bahkan para perempuan yang mungkin tampak berbeda sebelumnya pun meneriakkan "Allahu Akbar". Israel seharusnya tahu bahwa jika mereka menghancurkan semua rumah, kami akan tetap berdiri.(sl)