Lintasan Sejarah 24 Juni 2021
Hari ini Kamis, 24 Juni 2021 bertepatan dengan 13 Zulkaidah 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 3 Tir 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Ibnu Jauzi Lahir
934 tahun yang lalu, tanggal 13 Dzulqadah 508 HQ, Ibnu Jauzi, seorang ahli fiqih dan al-Quran abad ke-6 Hijriah, terlahir ke dunia di kota Baghdad.
Ibnu Jauzi banyak melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menuntut ilmu, sampai akhirnya ia dikenal sebagai ilmuwan besar pada zamannya.
Ibnu Jauzi terhitung banyak menulis buku di bidang agama, di antaranya berjudul "al-Muntazham" dan "Mawa'idzul Muluk". Ia meninggal tahun 597 Hijriah.
Pemberlakuan Situasi Darurat Militer Pasca Pembubaran Parlemen
113 tahun yang lalu, tanggal 3 Tir 1287 HS, Mohammad Ali Shah Qajar memberlakukan kondisi darurat militer di Tehran pasca pembubaran parlemen.
Sehari pasca pembubaran parlemen Iran, Mohammad Ali Shah Qajar mengumumkan dan memberlakukan kondisi darurat militer di Tehran. Hal ini dilakukannya dengan tujuan menciptakan ketakutan di antara warga dan tidak ada organisasi yang melakukan rapat atau demonstrasi. Berdasarkan perintah ini, tentara Kazakhstan yang dipimpin panglima Rusia mereka diperintahkan untuk menangkap setiap orang yang bersenjata di kota.
Sesuai dengan perintah ini, seluruh bentuk pertemuan dan kumpul-kumpul dilarang dan polisi berhak menembak ke arah warga yang ingin berkumpul. Shah juga bersedia memberikan amnesti massal kepada warga asal tidak melakukan aksi mogok di kedutaan-kedutaan besar atau komplek makam suci Abdolazim di kota Rey.
Apa yang dilakukan Shah ini bertujuan membohongi mereka yang masih menuntut diberlakukannya Revolusi Konstitusi.
Siam Berubah Menjadi Monarkhi Konstitusional
89 tahun yang lalu, tanggal 24 Juni 1932, sekelompok mahasiswa Siam yang menuntut ilmu di Paris, melangsungkan kudeta damai untuk menerapkan demokrasi di negara mereka.
Hasil dari kudeta damai ini adalah diubahnya sistem kerajaan Siam yang semula berupa monarkhi absolut menjadi monarkhi konstitusional. Raja tetap menjadi kepala negara namun pemerintahan dijalankan oleh campuran antara kekuatan sipil dan militer.
Raja Siam saat itu, Rama ke-7, pada tahun 1935 turun tahta dan pemerintah menunjuk keponakannya yang berusia 10 tahun, Ananda Mahidol sebagai pengganti. Namun, karena raja muda itu sedang menunut ilmu di Swiss, kepala pemerintahan dipegang seorang militer bernama Phibul Songkhram.
Pemerintahan Phibul pada tahun 1939 menukar nama Siam menjadi Thailand. "Thai" berarti "bebas" dan juga merupakan nama etnik mayoritas di Siam.