Mengapa Israel Harus Dibubarkan?
(last modified Sun, 17 Mar 2024 08:23:53 GMT )
Mar 17, 2024 15:23 Asia/Jakarta
  • Mengapa Israel Harus Dibubarkan?

Setelah lebih dari satu abad melancarkan aksi teror dan pembunuhan orang-orang Palestina serta penjarahan tanahnya, masihkan perlu ditekankan urgensi pembubaran rezim ini dan pengiriman imigran Yahudi ke negara asal mereka yang sebagian besar berada di negara-negara Barat.

Dari perspektif mana pun kita melihat masalah ini, maka kita harus mendukung Palestina dan aksi perlawanan terhadap rezim Zionis.

Jika kita melihat masalah ini dari sudut pandang moral, Israel adalah rezim agresor yang telah merampas suatu negeri dengan teror dan pembunuhan serta penindasan historis terhadap pemiliknya.

 

Pembentukan rezim Zionis didasarkan pada teror, pembunuhan, pendudukan dan pengusiran orang-orang Palestina. Kini, Israel membentuk penjara terbesar di dunia bagi orang-orang Palestina di Jalur Gaza.

Menerima pendudukan Israel terhadap Palestina berarti mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia, yang sering digembar-gemborkan pihak Barat sebagai subyek propaganda melawan pihak lain demi kepentingannya sendiri.

Jika kita melihat masalah ini dari sudut pandang hukum, kita dihadapkan pada masalah pendudukan secara paksa. Oleh karena itu, penerimaan dan pengakuan atas tindakan ilegal ini akan menjadi landasan bagi perkembangan dan pengulangannya di masa depan. Apalagi, tindakan ini dilakukan Israel secara resmi dan terbuka dengan mengklaim kepemilikan wilayahnya yang terbentang dari sungai Nil hingga Efrat. Apabila rezim Zionis terus dibiarkan bercokong dengan ambisinya, maka rezim Zionis akan  mendominasi sumber energi dunia, dan negara-negara lain akan terjerumus ke dalam perbudakan ekonomi!

Jika kita melihat masalah ini dari sudut pandang keimanan dan agama, berdasarkan Alkitab Yahudi, meskipun Tuhan memberikan bimbingan yang luas terhadap orang-orang Yahudi dan mengirimkan banyak utusan-Nya untuk membawa mereka ke jalan yang benar, tapi mereka justru menimbulkan permusuhan yang paling besar dengan para Nabi Ilahi dan menjadi musuh terbesar pemikiran keagamaan.

Di luar dimensi-dimensi tersebut, untuk lebih memahami subtansi rezim Zionis dan penjelasan yang lebih baik tentang mengapa rezim itu dibentuk, maka perlu dikaji sejarah pendiriannya.

Pada tanggal 2 November 1917, James Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris pada saat itu, menulis pernyataan kepada Walter Rothschild, seorang politisi Yahudi yang merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Inggris. Ketika itu, ia mengumumkan dukungan positif pemerintah Inggris untuk "mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di tanah Palestina."

Pernyataan ini dipandang sebagai awal dari upaya internasional negara-negara Barat dan khususnya arus Anglo-Saxon untuk mendirikan negara palsu Israel.

Setelah pernyataan ini, muncul banjir dukungan dari pemerintah Barat untuk pendirian negara Yahudi di Palestina. Akhirnya, Israel diakui oleh PBB pada tahun 1948!

Tentu saja, pemikiran Zionisme yang anti-Tuhan dan anti-manusia telah terbentuk sebelum ini. Sebelum perampasan tanah Palestina melalui teror dan pembunuhan setiap hari serta pengusiran orang-orang yang tidak berdaya ini dari tanah ayah dan nenek moyang mereka dengan paksa melalui peluru dan senjata, persiapan ideologis dan strategisnya telah disiapkan dengan matang.

 

Upaya dan dukungan negara-negara Barat untuk membentuk pemerintahan palsu Israel serta dukungan mereka yang tanpa pamrih dan terus-menerus terhadap rezim Zionis hingga saat ini menunjukkan bahwa alasan dan motivasi pembentukan Israel berada di luar motif  untuk  menciptakan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi. Sebab, di balik itu, muncul motif kolonial dan hegemonik negara-negara Barat yang cukup jelas terlihat.

“Mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di tanah Palestina” sebenarnya hanya slogan untuk menciptakan barak militer Barat yang luas di kawasan dan mendirikan rezim teroris yang siap melakukan kejahatan untuk memajukan hegemoni, anti-manusia dan Islam dari kepentingan Barat.

Dengan kata lain, terlepas dari dimensi kemanusiaan dan penindasan besar yang dilakukan terhadap rakyat dan pemilik tanah di Palestina, persoalan Palestina dan pembentukan rezim palsu Israel mempunyai dimensi strategis dan geostrategis, atau lebih tepatnya bisa disebut sebagai dimensi peradaban.

Langkah pertama untuk memahami dengan baik kisah Palestina adalah dengan memperhatikan hal ini dan memahami dengan baik hubungan antara rezim Israel dan Barat, serta tujuan Barat menanam tumor kanker ini di kawasan Asia Barat.

Pemerintahan palsu Israel diciptakan untuk mendominasi energi dunia, dan memasarkan penjualan senjata perusahaan-perusahaan Barat dengan menghasut perang dan mengambil alih kendali negara-negara di kawasan Asia Barat.

 

Dari sperpsktif ini, rahasia ketakutan rezim Zionis terhadap Revolusi Islam Iran dan permusuhannya terhadap Iran sangatlah jelas.

Slogan Revolusi Islam tahun 1979 adalah kemerdekaan Iran dan negara-negara Muslim serta penolakan terhadap dominasi dan mengusung kemuliaan peradaban manusia. Republik Islam adalah pembawa cita-cita ini. Oleh karena itu, wajar jika terdapat kontradksi besar di antara Iran dan rezim Zionis. Pertentangan dan permusuhan terjadi antara rezim ilegal Israel yang diciptakan dengan tujuan dominasi menghadapi bangsa serta negara yang mengupayakan kemerdekaan dan kemuliaan bagi dirinya dan bangsa lain.

Negara Israel palsu mewakili peradaban Barat yang anti-monoteis dan anti-manusia di kawasan Asia Barat, dan tempat konflik antara peradaban anti-manusia Barat dan umat manusia, serta rahasia dukungan Barat yang tak tergoyahkan. Sebab berakhirnya Zionisme sebenarnya adalah berakhirnya dominasi ekonomi dan politik Barat atas kawasan Asia Barat dan terbentuknya peradaban manusia modern.(PH)