Solusi Persatuan dalam Perspektif Imam Shadiq as
(last modified Tue, 12 Nov 2019 13:31:35 GMT )
Nov 12, 2019 20:31 Asia/Jakarta
  • Imam Jakfar al-Shadiq as
    Imam Jakfar al-Shadiq as

Tanggal 17 Rabiul Awal bertepatan dengan kelahiran Imam Jakfar Shadiq as. Selain menyampaikan ucapan selamat atas hari penuh berkah ini yang juga bertepatan dengan kelahiran utusan Allah terakhir Nabi Muhammad Saw, kami mengajak Anda untuk menelah bersama solusi persatuan dalam perspektif Imam Shadiq as.

Hari ini tanggal 17 Rabiul Awal (15 November) bertepatan dengan kelahiran penuh berkah pamungkas para nabi, utusan cahaya dan hidayah, Muhammad al-Mushtafa Saw. Selain itu, hari ini juga bersamaan dengan kelahiran Jakfar bin Muhammad as yang lebih dikenal dengan Imam Shadiq as, Imam Keenam Syiah. Imam Shadiq as sepanjang masa keimamahannya selama 34 tahun berusaha keras untuk menghidupkan kembali agama kakeknya, Nabi Muhammad Saw dengan menyampaikan pesan ilahi, memberi hidayah dan membersihkan masyarakat. Seperti ayah dan leluhurnya yagn suci fokus pada kewajiban paling penting tentang al-Quran dan Sunnah Nabi, persatuan dan solidaritas di antara umat Islam . Karena tujuan asli dan penting Islam adalah membentuk umat yang satu, kuat seiring dengan menebar perdamaian, persahabatan, ketenangan dan keamanan.

Imam Shadiq as

Persatuan Islam berdasarkan ajaran dan perintah agama Islam tidak terbatas pada periode masa tertentu. Semua umat Islam dalam tauhid, hari kebangkitan dan kenabian memiliki akidah yang sama. Hukum-hukum seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad dan lain-lain termasuk kesamaan yang pasti di antara mereka. Karenanya, dengan mudah dapat membentuk satu barisan bernama Umat yang Satu menghadapi musuh dalam negeri dan asing, para perusak dan sesat seperti kelompok Takfiri dan Daesh (ISIS).

Terwujudnya persatuan Umat yang Satu hanya mungkin terjadi dengan prinsip dan poros bersama, dimana poros pertamanya untuk mencapai satu persatuan rasional dan logis di antara mazhab-mazhab Islam adalah al-Quran. Allah Swt dalam ayat 103 surat Ali Imran memperkenalkan al-Quran sebagai pembimbing dan poros, dan untuk mencegah perpecahan, menyeru umat Islam agar berpegangan dengan kitab suci ini dan menyebutkan, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai."

Imam Shadiq as dengan mengikuti Nabi Muhammad Saw dan para wali Allah yang lain untuk menciptakan persatuan, satu hati dan keharmonisan antara umat Islam serta jauh dari perselisihan dan perpecahan, menyeru semua umat Islam untuk menaati perintah dan ajaran al-Quran. Sebagaimana beliau berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjelaskan semua dalam al-Quran dan demi Allah bahwa Allah tidak menutup mata dari apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya, sehingga hamba-Nya dapat mengatakan bila hal ini telah diturunkan dalam al-Quran, pasti Allah menurunkannya dalam al-Quran." Imam Shadiq as di tempat lain mengatakan, "Tidak ada sesuatu yang diperselisihkan dua orang, selain prinsipnya telah disebutkan dalam al-Quran, tetapi akal manusia tidak sampai ke sana."

Allah Swt dalam al-Quran memuji Nabi Muhammad Saw dan pada ayat 21 surat al-Ahzab memperkenalkannya sebagai teladan sempurna bagi manusia dan berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik." Dari sini, setelah al-Quran, Sunnah Nabi Saw menjadi poros penting yang memberikan persatuan di antara semua mazhab Islam. Semua umat Islam melihat dirinya komitmen dengan Sunnah Rasulullah Saw dan dalam pemikirannya di berbagai isu bersandar pada Sirah dan Sunnah Nabi Saw.

Imam Shadiq as sebagai pemimpin mazhab Ja'fari juga mengajak umat Islam untuk mengamalkan dan memperhatikan Sunnah Nabi Saw dan berkata, "Tidak ada perintah, selain di sana ada tanda-tanda dalam Kitab dan Sunnah." Beliau juga mengutip dari Nabi Saw dan mengatakan bahwa setiap orang yang merujuk pada Sunnah Nabi Saw ketika perselisihan umat, pahalanya sama dengan 100 syahid."

Prinsip dan ajara bersama agama termasuk poros lain yang dapat menciptakan persatuan. Prinsip-prinsip ini mencakup iman kepada Allah (Tauhid), risalah para nabi (Kenabian), Ma'ad (Hari Kebangkitan) dan diturunkannya wahyu. Pada hakikatnya, tauhid, kenabian dan Ma'ad termasuk kesamaan akidah bagi semua agama ilahi. Di samping kesamaan keyakinan, ada juga kesamaan fikih. Hukum-hukum fikih seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad, amar makruf dan nahi mungkar dan lain-lain yang semuan termasuk ajaran pasti agama Islam. Tentu saja harus diperhatikan di balik ajaran yang pasti, ada sebagian detil ajaran yang menjadi tempat perbedaan pendapat antara para ulama dan ahli fikih mazhab-mazhab Islam.

Persatuan Umat Islam

Di sini, sebagian membesar-besar perselisihan, perpecahan dan pemisahan umat Islam. Para musuh Islam juga membesar-besarkan perselisihan ini, sehingga satu kelompok mengkafirkan dan mengeluarkan kelompok yang lain dari Islam. Sebagaiman hari ini, par pengikut Wahabi menilai muslimin yang lain berada di luar Islam dan dengan alasan ini, para pengikut kelompok teroris Daesh (ISIS), karena tidak memiliki pengetahuan yang benar akan batasan kufur dan iman, dengan tenang melakukan pembunuhan, bahkan genosida terhadap umat Islam yang lain dan bangga dengan apa yang mereka lakukan. Padahal, parameter iman dan keislaman seseorang telah dijelaskan adalah keyakinan kepada Allah, Hari Kiamat dan melaksnakan kewajiban seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad dan lain-lain. Seorang muslim tidak berhak menuding saudara agamanya sebagai kafir, karena itu pemicu dan sarang bagi perang dan konflik.

Imam Shadiq as dalam hal ini mengatakan, "Ketika seorang mukmin berkata kepada saudaranya, 'Ah', mereka akan terpisah dan berkata 'engkau kafir', satu dari mereka akan menjadi kafir dan bila menuduhnya, 'Islam dalam hatinya akan mencair seperti garam berada di air." Di tempat lain beliau juga berkata, "Terlakna dan terlaknat, seseorang yang menuduh seorang muslim lain sebagai kafir dan seseorang yang melakukan hal ini seperti ia membunuhnya."

Salah satu solusi yang baik dan sangat tepat untuk menciptakan dan mempertahankan persatuan adalah berpartisipasi dalam pertemuan ibadah dan politik seperti shalat jamaah dan Jumat. Begitu juga dalam melaksanakan kewajiban haji termasuk perintah Nabi Saw sejak awal pengutusannya. Dari Nabi Saw dinukil tentang pentingnya shalat berjamaah, dimana beliau bersabda, "Jibril sedemikian rupa berpesan kepadaku tentang shalat berjamaah, sehingga aku beranggapan shalat tanpa berjamaah tidak sah dan tidak diterima." Nabi Saw juga berbicara tentang hadir di masjid dan perkumpulan umat Islam, "Setan adalah serigala bagi manusia. Sebagaimana serigala akan memakan kambing yang berada sendiri dan jauh dari yang lain, maka berhati-hatilah dari keterpisahan dan kalian harus hadir di perkumpulan umat Islam dan bersama mereka pergi ke masjid."

Imam Shadiq as memberi pesan kepada pengikutnya untuk menjaga persatuan agar ikut dalam shalat berjamaah dengan Ahli Sunnah. Beliau berkata, "Seseorang yang berada di shaf pertama melakukan shalat dengan mereka, sama seperti mereka yang berada di shaf pertama shalat berjamaah dengan Rasulullah Saw." Seorang pengikut Imam Shadiq as bertanya kepada beliau, "Imam jamaah kami penentang mazhab dan memusuhi orang-orang Syiah. Apa yang harus kami lakukan?" Imam as menjawab, "Jangan diambil hati apa yang diucapkannya. Demi Allah! Bila engkau adalah orang yang jujur, engkau lebih layak ke masjid ketimbang orang itu. Karenanya, jadilah orang pertama yang memasuki masjid dan orang terakhir yang keluar darinya. Perbaiki akhlak dan perilakumu dengan mereka dan berbicara dengan cara yang baik."

Dalam sebuah riwayat, ada yang bertanya kepada Imam Shadiq as, "Apakah sah pernikahan dan melaksanakan shalat berjamaah dengan penentang mazhab atau tidak?" Imam menjawab, "Sekalipun perbuatan ini sangat sulit bagi kalian, tetapi ketahuilah bahwa Nabi Saw menikah dengan orang yang tidak kalian terima dan Imam Ali juga shalat di belakang para khalifah."

Semua riwayat ini menunjukkan hal ini bahwa Imam Shadiq as seperti para Imam yang lain ikut shalat dalam shalat berjamaah Ahli sunnah dan kehadiran mereka bukan karena takut atau taqiyah politik serta hal ini tidak terbatas pada waktu tertentu, tetapi jalan dan metode yang pasti demi menciptakan persatuan, persahabatan dan sehati antara umat Islam.

Imam Shadiq as

Imam Shadiq as sepanjang hidupnya selalu berusaha untuk menjelaskan berbagai ajaran agama dan menyelamatkan umat Islam dari kejatuhan dalam kesesatan. Hari ini, khazanah tak ternilai ilmu dan ajarran beliau telah diserahkan kepada umat Islam, dimana dengan merujuk dan mengamalkannya, banyak masalah dunia Islam yang menjadi kendala terbesar bagi terwujudnya persatuan umat Islam dapat terselesaikan.

Sekali lagi kami mengucapan selamat atas kelahiran Imam Shadiq as dan akan mengakhiri makal ini dengan ucapan beliau.

Imam Shadiq as berkata, "Bagi setiap muslim yang mengenal kami, perlu untuk setiap hari dan malam bagi dirinya untuk melihat perbuatannya dan menimbang jiwanya. Bila menemukan perbuatan baik di sana, hendaknya ia menambahkannya dan bila menemukan perbuatan buruk, hendaknya meminta ampunan, agar tidak malu nantinya di Hari Kiamat."