Dalam pandangan negara-negara Barat, berdirinya pemerintahan Rezim Zionis, adalah efek rasional dari penindasan terhadap orang-orang Yahudi, dalam peristiwa Holocaust.
Peristiwa yang sebenarnya terlalu dibesar-besarkan itu terkait erat dengan falsafah eksistensi Israel, dan kepentingan-kepentingan mendesak Zionisme internasional, dan negara-negara Barat.
Peristiwa Holocaust, menurut klaim, adalah penindasan sebagian orang Eropa, terhadap Yahudi, akan tetapi tidak jelas mengapa rakyat Palestina, yang harus menerima pembalasannya.
Kenyataannya, para pengklaim hak asasi manusia menciptakan alasan supaya dirinya dapat menduduki wilayah Palestina, dengan membesar-besarkan sebagian kejahatan di Perang Dunia II, di samping kejahatan-kejahatan lain seperti pemboman atom Jepang, oleh Amerika Serikat.
Ketika Perang Korea pecah, berkat intervensi AS, sedikitnya 800.000 tentara, dan lebih dari 1,5 juta sipil terbunuh, tapi pembunuhan massal itu tidak pernah diprotes oleh para pembela HAM.
Seorang jenderal AS, Curtis Emerson Lemay, mengatakan, "Kami pergi ke sana, dan membakar seluruh kota Korea Utara. Dalam tiga tahun atau lebih, 20 persen populasi penduduk Korut tewas akibat korban langsung perang."
AS sekali lagi menyalakan mesin pembunuhnya di dekade 1950-an, di Vietnam, dan dalam rentang waktu 20 tahun, sekurang-kurangnya dua juta sipil, dan lebih dari satu juta tentara terbunuh, tapi lagi-lagi para pembela HAM diam.
Irak pada tahun 2003 menjadi sasaran mesin pembunuh AS, dengan dalih yang dibuat-buat, dan berujung dengan perang yang menewaskan sedikitnya satu juta warga sipil Irak.
Akan tetapi pada peristiwa kali ini juga para pembela HAM Barat, lebih memilih untuk diam daripada memprotes, dan mengecam perilaku AS, pasalnya mereka lebih mengutamakan kepentingannya sendiri.
Hari ini di Gaza, kita kembali menyaksikan peristiwa yang sama, genosida lain sedang terjadi di sana, dan opini publik dunia cemas, namun para pengklaim pembela HAM, tetap membisu.
Oleh karena itu, sekali lagi dalam sejarah dunia, Amerika Serikat, kembali leluasa dalam menyebarluaskan pembunuhan massal, dan genosidanya.
AS yang berlagak berjuang untuk membela HAM, berusaha menurunkan tekanan publik dunia karena keterlibatan langsung dalam perang Israel, di Palestina, tapi pada saat yang sama untuk ketiga kalinya memveto resolusi Dewan Keamanan PBB terkait gencatan senjata di Gaza.
Resolusi yang diusulkan Aljazair, mewakili negara-negara Arab, kepada DK PBB, diveto oleh AS, pada sidang yang digelar hari Selasa, 20 Februari 2024, meski didukung 13 negara dunia lain.
Kita tidak akan pernah lupa bahwa Amerika Serikat, selain mencegah diberlakukannya gencatan senjata di Gaza, juga terlibat langsung dalam perang Israel, terhadap rakyat Gaza, dan genosida terhadap mereka. (HS)