Pemilu Legislatif dan Era Politik Baru Pakistan
Pemilu legislatif Pakistan rencananya akan diselenggarakan tanggal 25 Juli. Pileg kali ini memiliki keistimewaan dan perbedaan mendasar bila dibandingkan dengan pemilu-pemilu legislatif sebelumnya. Karena tidak diragukan bahwa hasil pemilu legislatif kali ini sangat mempengaruhi masa depan transformasi politik Pakistan.
Penahanan Muhammad Nawaz Sharif, mantan Perdana Menteri Pakistan dan putrinya di bandara Lahore ketika tiba di negara ini dapat mengubah proses perubahan terkait pemilu parlemen negara ini. Banyak analis meyakini sudah ada persiapan untuk mempengaruhi pemilu legislatif mendatang Pakistan sejak sekitar 2 tahun lalu dan pasca publikasi laporan Panama Papers, ketika anak Nawaz Sharif dituduh melakukan korupsi.
Menyusul pengaduan partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) atas Nawaz Sharif, sebagai gerakan yang telah diperhitungkan dengan matang, sehingga pengadilan memutuskan pelengserannya dari jabatan Perdana Menteri Pakistan dan setelah itu harus mengundurkan diri dari ketua partai Liga Muslim Pakistan. Tekanan peradilan terhadap Nawaz Sharif dan keluarnya dengan dikeluarkannya hukum penjara terhadap dirinya dan putrinya, Maryam Nawaz Sharif dan menantunya terus berlanjut.
Kalangan politik di Pakistan percaya pengadilan dalam sebuah gerakan yang telah dipersiapkan sebelumnya menarget para pemimpin dua partai besar negara ini; Liga Muslim Pakistan dan Rakyat Pakistan. Sementara Asif Ali Zardari, mantan Presiden Pakistan dan pemimpin partai Rakyat Pakistan sekalipun menghadapi tuduhan korupsi, tapi dalam proses pemilu legislatif kali ini akan menjadi korban Muhammad Nawaz Sharif.
Tujuan dikeluarkannya putusan peradilan anti-Nawaz Sharif dan penangkapan putrinya di bandara Lahore serta larangan keluar negeri bagi Zardari dan saudari perempuannya dari Pakistan bertujuan untuk semakin melemahkan dua keluarga ini di percaturan politik negara ini. Ini menjadi masalah pertama yang mewarnai pileg Pakistan dan keistimewaan kedua adalah putra-putra Nawaz Sharif dan Zardari sekarang terlibat dalam pemilu legislatif. Artinya, pemilu kali ini sebenarnya kompetisi antara generasi baru keluarga Zardari, Bhutto dan Nawaz Sharif.
Ada Maryam Nawaz Sharif, Hamza Sharif anak Shehbaz Sharif, mantan Gubernur Punjab dan ketua partai Liga Muslim Pakistan di satu sisi akan bersaing kerang dengan Bilawal Bhutto Zardari dan Asifah Bhutto Zardari, putra dan putri Asif Ali Zardari.
Bilawal tengah berusaha berada di luar tekanan peradilan terhadap ayahnya, tapi masalah besar yang dihadapinya adalah ketidakmampuannya berbicara bahasa Urdu. Mereka yang menolaknya menuduh Bilawal bahkan tidak bisa berbicara bahasa ibunya dengan benar. Jadi, bagaimana kita bisa menyerahkan urusan kepada orang seperti ini. Maryam Nawaz Sharif juga dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan. Sementara Hamza Sharif karena persaingan Nawaz Sharif dan Shehbaz Sharif terkait masa depan Liga Muslim Pakistan memiliki cara pandang lain dan dalam pemilu bukan sekutu Maryam.
Bila Imran Khan, ketua partai Pakistan Tehreek-e-Insaf dimasukkan dalam politikus generasi baru Pakistan, harus dikatakan bahwa persaingan politik di negara ini menjadi tiga kubu. Karena pemilu legislatif Pakistan diselenggarakan bersama dengan pemilu legislatif daerah, maka dua pemilu ini sangat penting bagi partai Liga Muslim Pakistan dan Rakyat Pakistan. Setidaknya, kedua partai ini berusaha memenangkan pemilu di provinsi-provinsi yang banyak pendukung fanatiknya. Daerah pendukung fanatik partai Liga Muslim Pakistan adalah Punjab, sementara Sindh merupakan konsentrasi pendukung partai Rakyat Pakistan.
Keistimewaan ketiga dari pemilu parlemen mendatang Pakistan adalah upaya sembunyi-sembunyi atau terang-terangan sebagian kubu militer yang bekerjasama dengan lembaga peradilan negara ini. Manuver ini dianggap upaya memperkuat posisi partai Pakistan Tehreek-e-Insaf. Javed Jabbar, mantan Menteri Intelijen Pakistan mengatakan, militer Pakistan tidak memiliki kapasitas institusional untuk mencampuri urusan sipil dan politik, tetapi peran peradilan dan media telah meningkat dalam perkembangan politik Pakistan.
Akibatnya, beberapa kelompok politik di Pakistan percaya bahwa pemilu parlemen dapat menyebabkan berakhirnya dominasi Liga Muslim Pakistan dan Rakyat Pakistan di kancah politik Pakistan dan persaingan menjadi tiga kubu. Namun, pengalaman juga menunjukkan bahwa setiap partai yang dapat menarik perhatian militer negara ini, Amerika dan investor asing bakal memenangkan pemilu. Oleh karenanya, penting untuk bertanya partai mana yang memenangkan pemilu legislatif di Pakistan?
Tampaknya partai Pakistan Tehreek-e-Insaf mendapat dukungan kelompok di militer Pakistan dan misinya adalah untuk mengubah ruang dua kubu menjadi tiga kubu politik. Sejauh ini, 34 pemimpin dan pejabat senior dari partai Liga Muslim dan Rakyat Pakistan telah bergabung dengan partai Pakistan Tehreek-e-Insaf yang membutuhkan dana besar untuk merekrut mereka.
Dengan demikian, semakin berperannya militer dalam pemilu legislatif Pakistan dilakukan dengan berbagai cara, seperti mencari dukungan partai-partai kecil dari Pakistan Tehreek-e-Insaf pimpinan Imran Khan, mengeluarkan dana tidak sedikit dan melakukan koordinasi dengan lembaga peradilan untuk membongkar sebagian masalah di balik tabir partai-partai politik dan pemimpinnya sampai mengeluarkan putusan hukum bagi Nawaz Sharif.
Artinya, kubu di militer Pakistan secara serius tengah berhadap-hadapan dengan partai Liga Muslim Pakistan untuk mengeluarkannya dari kancah politik Pakistan. Ketegangan ini telah dimulai sejak kudeta Pervez Musharraf tahun 1999 yang anti pemerintah Nawaz Sharif. Putusan pengadilan yang menjebloskan keluarga Nawaz Sharif dan dirinya ke penjara menunjukkan militer tidak ingin mundur dari sikapnya.
Salah satu isu kunci yang mengkhawatirkan proses pemilihan parlemen Pakistan yang akan datang adalah dukungan militer negara ini terhadap kelompok-kelompok agama dan radikal yang belum pernah ada sebelumnya. Bila parlemen Pakistan dimasuki oleh kelompok sektarian dan radikal sektarian, mereka bakal punya daya tawar politik dan memperkuat posisinya dalam proses transformasi Pakistan.
Tahereh Abdollahi, analis politik mengatakan, dengan situasi saat ini Pakistan bergerak cepat menuju Talibanisme dan Radikalisme yang akan memiliki konsekuensi buruk bagi perkembangan politik dan keamanan bahkan sosial dan keagamaan di Pakistan.
Sebagaimana diketahui, provinsi Punjab merupakan daerah pendukung fanatik partai Liga Muslim Pakistan. Partai ini dengan mudah dapat meraih setengah dari kursi yang diperebutkan di pemilu legislatif Pakistan dan itu berarti 272 kursi. Karena parlemen Pakistan memiliki 342 kursi, dimana 70 darinya merupakan saham yang dengan perincian 60 kursi untuk perempuan dan 10 lainnya untuk kalangan minoritas.
Namun dalam periode ini, partai Liga Muslim sedang berada dalam konsisi yang sangat lemah akibat tuduhan terhadap pejabat seniornya. Sementara Shehbaz Sharif, pemimpin baru Liga Muslim belum dikenal sebagai tokoh nasional dan hanya baru dikenal di provinsi Punjab. Sementara strategi pemilu partai Liga Muslim adalah menghadapi militer Pakistan bukan menghadapi partai-partai politik lainnya.
Itulah mengapa baru-baru ini, mantan Perdana Menteri Pakistan Muhammad Nawaz Sharif menuding militer Pakistan erlibat dalam serangan teroris ke Mumbai, India pada tahun 2008. Dengan tudingan ini, Nawaz Sharif berusaha meyakinkan opini publik Pakistan bahwa militer menjadi penghalang besar bagi pembangunan Pakistan. Padahal rakyat negara ini tidak puas dengan kinerja partai Liga Muslim dan Rakyat Pakistan selama bertahun-tahun memerintah.
Sementara strategi pemilu legislatif Imran Khan menghadapi korupsi dan kolusi dan memusatkan perhatiannya pada Nawaz Sharif dan keluarnya. Namun bukan berarti
Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf tidak punya kelemahan. Karena pada dasarnya mereka tidak punya program yang sesuai terkait kebijakan dalam dan luar negeri. Selain itu, Imran Khan sendiri dikenal sebagai pribadi otoriter. Satu-satunya kelebihan Imran Khan adalah seorang pahlawan Kriket yang dicintai rakyat Pakistan.