Keadilan, Korban Politik di Amerika
Sejak akhir Oktober 2018, Dr. Masoud Soleimani, dosen dan peneliti terkemuka Republik Islam Iran di bidang sel punca (stem-cell) ditahan di sebuah penjara di salah satu negara bagian Amerika.
Dr.Soleimani bertolak ke Amerika dengan visa legal J-1 untuk melakukan penelitian di klinik Mayo, namun setibanya di AS, ia langsung ditangkap dan dituding tidang memiliki ijin yang diperlukan untuk impor sejumlah produk pertumbuhan manusia.
Mansoureh Movahedin, kepala jurusan kedokteran Universitas Tarbiat Modares terkait hal ini mengatakan, "Ia (Soleimani) pergi karena mendapat undangan klinik Mayo. Sama seperti sebelumnya ia juga pergi ke Amerika atas undangan lembaga terkemuka ini. Sejatinya ia diundang untuk melakukan sejumlah tukar pengalaman keilmuan. Yakni sejumlah teknik yang dimiliki Soleimani diminta untuk dibawa ke klinik ini dan dioperasikan di sana. Ia juga ingin membawa sejumlah prestasi ilmiah di sana untuk diterapkan di sini."
Ehsan Javan Dust, salah satu mahasiswa Dr. Soleimani mengatakan, "Semua orang mengerti realita ini bahwa ia (Soleimani) tercatat segelintir orang yang aktif di bidang penelitian hematologi dan sel punca yang dimiliki negara untuk saat ini."
Penahanan ilmuwan Iran di Amerika yang terus berlanjut memunculkan isu rumit terkait motif politik penangkapan di Amerika Serikat. Yang paling penting adalah apa kondisi Amerika untuk menangkap dan memenjarakan seseorang dengan alasan politik dan pada akhirnya membebaskannya?
Dr. Masoud Soleimani saat ini tengah ditahan di penjara di selatan Atlanta.
Berbagai bukti yang tidak dapat dibantah menunjukkan bahwa Soleimani jatuh ke perangkap FBI dan lembaga ini menyalahgunakan kunjungan ilmuwan Iran ini ke klinik Mayo di Minnesota. Bukti interogasi terhadap Maryam Jazayeri, salah satu mantan mahasiswi Soleimani yang ditangkap dan diinterogasi pada 6 September 2016 menunjukkan, Dr Soleimani sedikitnya dua tahun telah diawasi Amerika. Ini dua tahun sebelumnya ketika Soleimani ditangkap pada Oktober 2018 ketika memasuki Amerika.
FBI mempersiapkan berkas Soleimani selama dua tahun. Muncul pertanyaan mengapa dan untuk apa? Selain itu, muncul pertanyaan lebih lanjut, seberapa besar fenomena ini dan apa yang ingin diraih Amerika dengan menjebak, menangkap dan memenjarakan individu seperti Dr.Soleimani.
Sejak meletusnya Revolusi Islam di Iran tahun 1979, pemerintah Amerika memenjarakan warga Iran dengan alasan politik. Ahmad Sheikhzadeh, salah satu contoh dan korban lain dalam kasus ini. Ia memiliki gelar doktor dari Universitas Columbia yang sempat bekerja untuk PBB di Iran selama beberapa waktu.
Maret 2016, FBI mengusulkan kerja sama kepada Ahmad Sheikhzadeh. Tapi ketika ia menolak usulan tersebut, ia tiba-tiba didakwa dengan sejumlah tuduhan seperti melanggar cukai, pencucian uang dan konspirasi untuk melanggar sanksi Amerika anti Iran.
Meski hasil penyidikan terhadap Sheikhzadeh tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh FBI, ia pada akhirnya tetap ditahan selama tiga bulan dengan alasan penipuan pajak. Kasus ini menunjukkan bagaimana pemerintah Amerika, khususnya lembaga hukum federal termasuk FBI menarget warga Iran demi kepentingan politik.
Bahram Qassemi, jubir Kemenlu Iran saat itu mengatakan, "Sebagai kelanjutan dari kebijakan Amerika sebelumnya, di mana penerapan represi terhadap warga Iran di Amerika Serikat dan bahkan di sejumlah negara lain, kisah seperti ini terjadi di Amerika dan individu yang dibidik dihukum beberapa bulan. Mengingat dakwaan sementara yang digulirkan di kasus ini, vonis yang dirilis menunjukkan betapa kampanye awal dan dakwaan berat sementara tidak tepat dan keliru."
Sheikhzadeh korban operasi pelapisan karena menolak bekerja sama dengan FBI. Tetapi itu tidak menghalangi pemerintah AS untuk mencoba mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan politik dan strategis melawan Iran.
Sayid Abbas Mousavi, Juru bicara Kemenlu Iran saat ini mengatakan,"Berkas ini bukan satu atau dua, tapi kami memiliki 20 sampai 30 berkas di kasus ini, di negara Eropa dan non Eropa yang dilakukan atas permintaan ilegal Amerika dan ada potensi ekstradisi mereka ke AS. Sebagian mereka malah berada di Amerika Serikat."
Pemerintah Amerika bukan saja dengan sewenang-wenang menangakapi warga Iran dan memenjarakannya, bahkan dalam kenyataannya pemerintah ini melampaui batas dengan meminta ekstradisi individu yang akan ditangkap untuk dijadikan bagian dari strategi anti Irannya.
Berkas terbaru yang terkenal di kasus ini adalah Negar Ghodskani warga Iran yang ditangkap di Australia pada Juni 2017 atas permintaan Departemen Kehakiman Amerika. Sama seperti warga Iran lainnya yang menarik perhatian petinggi Amerika, Ghodskani juga didakwa dengan melanggar sanksi.
Di kasus Ghodskani, tekanan pemerintah Amerika sangat keras sehingga pemerintah Canberra tidak memiliki jalan kecuali menyerah kepada tuntutan Amerika dan mengekstradisi warga Iran ini ke AS pada Juli 2019.
Padahal pemerintah Australia menyadari bahwa Ghodskani dari sisi kesehatan sangat lemah dan ketika ditangkap ia dalam kondisi hamil. Saat ditahan di Australia, Ghodskani melahirkan bayinya di penjara. Ghodskani dibebaskan pada September setelah petinggi Amerika menganggapnya tidak lagi memiliki nilai politis.
Patut dicatat bahwa lembaga keamanan Amerika bukan saja menangkap warga Iran. Sejatinya pemerintah menarget warga negara yang selalu menimbulkan masalah serius bagi mereka. Ini mencakup warga negara Rusia, Kuba, Venezuela, Suriah, Lebanon dan berbagai negara lain.
Salah satu berkas terbaru yang cukup terkenal adalah kasus seorang warga Rusia, Marina Butina yang ditangkap Juli 2018 dan didakwa melakukan konspirasi anti Amerika. Para pengamat menekankan bahwa penangkapan Butina terjadi ketika hubungan AS-Rusia mulai anjlok. Butina dibebaskan pada Oktober 2019 setelah dipenjara selama 18 bulan di penjara Amerika.
Maria Zakharova, Jubir Kemenlu Rusia saat itu mengatakan, "Warga kami benar-benar dipaksa untuk menandatangani surat dengan dakwaaan menggelikan. Kami menilai kelayakan penangkapan dan penahanan Maria Butina sebagai represi politik, sebuah pemerasan politik dan ia sendiri seorang tahanan politik. Kami yakin bahwa berkas kriminal Maria Butina sekedar komitmen sejumlah elit politik Amerika untuk mendorong propaganda anti Rusia dan Rusiaphobia."
Kini pertanyaannya adalah apa perlakuan yang diterima tahanan politik ini dan bagaimana kondisi kehidupan mereka? Nino Brown, anggota Jericho Movement dan ANSWER Coalition dalam wawancaranya dengan Real News Network mengatakan, tahanan politik Amerika telah dilupakan, sementara mereka berusaha tetap hidup di air kotor.
Nino Brown mengatakan, "Para tahanan minum air tercemar dan mandi dengan air hitam. Ketika para tahanan ini dipaksa kerja, terkadang para sipir memaksa mereka minum air abu-abu (greywater) yang memiliki kandungan tinggi magnesium, besi dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Jika tidak mereka akan dimasukkan ke sel individu dan mendapat beragam penyiksaan di era abad pertengahan. Sementara anjing penjaga minum air mineral. Ini merupakan contoh nyata pelanggaran HAM."
Bukan saja penangakan dan penahanan dengan motif politik menjadi karakteristik kebijakan luar negeri Amerika, bahkan berbagai lembaga Amerika khususnya Departemen Kehakiman aktif melakukan aksi pengkapan dengan motif politik untuk memuaskan petinggi dan lembaga lokal.
Salah satu agenda ini adalah perang anti teror yang memberi banyak tekanan kepada berbagai instansi Amerika untuk menunjukkan hasilnya. Sebagai bagian dari strategi ini, FBI membentuk operasi sengatan dan berdasarkan operasi ini, mereka menjebak seseorang dengan alasan terlibat dalam terorisme.
Di banyak kasus, warga awam dan rentan di masyakarat, secara terus menerus menjadi target spionase FBI dan informannya serta mereka didorong untuk melakukan aksi-aksi teroris. Berdasarkan laporan, lebih dari 300 orang menjadi korban operasi sengatan FBI di bawah koridoro perang anti terorisme sehingga tujuan politik berbagai lembaga dan instansi Amerika terpenuhi.
Sepertinya bukan hanya warga asing, bahkan warga Amerika sendiri tidak aman dari interogasi politik pemerintah Washington. Tak diragukan lagi bahwa keadilan dan kebebasan yang diklaim Amerika tidak dibangun di atas prinsip ini, tapi malah menjadi korban langsung dari pendekatan ini.