Putin dan Dampak Global Amandemen Konsitusi Rusia
Dinamika perubahan politik di Rusia yang dimulai sejak Januari 2020 dengan pengunduran diri Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, berlanjut dengan paket reformasi konstitusi yang disetujui badan legislatif, dan akhirnya digelar referendum amandemen konstitusi membawa Rusia memasuki tahap baru sejarah modern negara adidaya ini yang memperingaruhi kontelasi global.
Reformasi Konstitusi Rusia ini membuka jalan lebih panjang bagi Vladimir Putin untuk memimpin lebih lama lagi. Lebih dari 108 juta orang Rusia yang memenuhi syarat di dalam dan di luar negeri memiliki sekitar satu minggu untuk memilih "ya" atau "tidak" terhadap amandemen konstitusi yang baru.
Referendum tentang reformasi konstitusi Rusia dimulai sejak 25 Juni yang berakhir 1 Juli. Menurut Komisi Pemilihan Umum Rusia, sebanyak 77,92 persen dari mereka yang mengikuti referendum mendukung amandemen konstitusi, sementara 21,27 persen lainnya menentangnya.Tingkat partisipasi dalam referendum kali ini sebesar 65 persen. Sekitar 78 persen pemilih memberikan dukungannya kepada Putin untuk mencalonkan kembali sebagai presiden Rusia dalam dua putaran pilpres berikutnya selama 16 tahun lagi hingga 2036.
Teks baru amandemen Konstitusi Rusia yang telah disetujui oleh mayoritas rakyat Rusia selama referendum nasional dan ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat, telah diposting di situs resmi Kremlin, pada hari Sabtu, 4 Juli 2020. Informasi hukum Rusia dipublikasikan media nasional negara ini menyebutkan "Konstitusi Federasi Rusia disetujui melalui pemungutan suara rakyat pada 12 Desember 1993, dan amandemennya disetujui melalui referendum nasional pada 1 Juli 2020,". Undang-undang ini secara eksplisit menyatakan bahwa reformasi ini hanya akan efektif jika mayoritas warga Rusia mendukungnya.
Amandemen baru Konstitusi Rusia memiliki 46 sumbu utama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan. Mempertahankan nilai-nilai dasar keluarga, jaminan sosial untuk pensiunan dan karyawan organisasi pemerintah dan non-pemerintah, layanan medis yang berkualitas dan dapat diakses oleh publik, melarang kehadiran kewarganegaraan ganda di semua badan pemerintah dan majelis Duma dan Senat, kedaulatan nasional, dukungan terhadap elit intelektual, pengembangan teknologi modernisasi, penguatan industri pertahanan, pelestarian warisan nasional dan alam, penentuan rubel sebagai mata uang permanen Rusia dan penguatan infrastruktur ekonomi nasional dan swasembada sebagai poros terpenting dari perubahan baru dalam konstitusi negara. Selain memperpanjang kepresidenan Vladimir Putin, reformasi ini mendukung supremasi aturan Rusia di atas hukum internasional dan melarang pernikahan sesama jenis.
Setelah mengadakan referendum konstitusi, Presiden Rusia Vladimir Putin meyakinkan bahwa adopsi amandemen terhadap konstitusi Federasi Rusia saat ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Menurutnya, perubahan yang direncanakan akan memperkuat kedaulatan Rusia dan menciptakan kondisi bagi kemajuan Rusia di masa depan.
"Saya benar-benar yakin bahwa kita telah bertindak benar dengan mengadopsi amandemen konstitusi saat ini yang akan memperkuat kedaulatan Rusia dan menciptakan kondisi bagi kemajuan negara dan pembangunan selama beberapa dekade mendatang," ujar Putin.
"Masalah tentang keadilan sosial menunjukkan kenyataan bahwa tidak seorangpun boleh menerima kurang dari upah minimum dan biaya hidup harus terpenuhi dengan gajinya," tegasnya. Ia juga mengungkapkan bahwa amandemen konstitusi menyediakan berfungsinya sistem pensiun sehingga dapat diimplementasikan dengan dukungan hukum yang diperlukan, sehingga tidak ada pemerintah yang dapat melanggarnya di masa depan.
Tampaknya, masalah terpenting dalam amandemen konstitusi Rusia mengenai hak bagi Putin untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden setelah berakhir tahun 2024. Rusia membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk mengejar tujuan besarnya di masa depan. Masalah ini menjadi kabar buruk bagi rival Putin yang didukung Barat.
Bertentangan dengan pendekatannya sebelumnya, Putin sebagai presiden yang kuat dan berpengaruh menyimpulkan bahwa politik Rusia yang harus terus berpengaruh dan menentukan di dalam dan luar negeri, membutuhkan situasi politik yang mapan.
Vladimir Putin, 67 tahun, pertama kali menjadi presiden Rusia pada Desember 1999 setelah pengunduran diri Boris Yeltsin. Dia juga mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai presiden baru Rusia setelah masa jabatannya berakhir tahun 2024. Dalam pidato yang disiarkan televisi baru-baru ini, Putin mencatat bahwa reformasi yang diusulkan pemerintah bisa dijalankan jika didukung rakyatnya.
Putin selama dua dekade tidak hanya memainkan peran kunci dalam pembangunan nasional Rusia, tapi juga mengangkat kembali posisi negara ini di arena internasional. Masalah lain yang menarik perhatian dalam reformasi konstitusi Rusia adalah upaya nyata Putin untuk membawa perubahan mendasar di berbagai bidang di Rusia. Sebagaimana dilakukan Presiden Cina Deng Xioping yang mendorong perubahan mendasar di negara ini pada 1980-an, Putin ingin mengambil langkah kedua setelah pergantian perdana menteri. Negara harus mengambil langkah-langkah untuk mereformasi struktur sistem pemerintahan dan pilar-pilar kekuatan Rusia.
Menurutnya, Rusia harus tampil di panggung kekuasaan dunia dengan mengandalkan nasionalismenya supaya tidak ketinggalan dengan kekuatan internasional lainnya, terutama Cina dan Amerika Serikat yang bisa dilakukan dengan mengubah empat pilar utama konstitusi yaitu Partai Rusia Bersatu, militer, Dinas Keamanan Federal, serta oligarki keuangan yang dikristalisasi dalam bentuk industri minyak dan gas Rusia, bank, dan media.
Tentu saja, reformasi konstitusional Rusia ini memicu ketidakpuasan blok Barat yang mempertanyakannya. Pihak Barat, termasuk Eropa dan Amerika Serikat bereaksi negatif terhadap perpanjangan kekuasaan Putin, dan mempersoalkan hasil referendum Rusia baru-baru ini. Dengan mengadopsi pendekatan intervensionis, mereka mengklaim terjadi pelanggaran terhadap penyelenggaraan amandemen konstitusi tersebut.
Juru bicara Uni Eropa Peter Stano mengatakan, "Ada laporan dugaan kecurangan suara, termasuk memaksa orang untuk memilih, pemilih ganda, pelanggaran terhadap kerahasiaan pemilih dan kekerasan polisi terhadap wartawan." Dia juga menegaskan, "Kami berharap dilakukan penelitian yang tepat karena masalah serius ini. Kami meminta Rusia mematuhi kewajiban internasionalnya, terlepas dari amandemen konstitusi."
Senada dengan Rusia, Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan mengungkapkan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap pelaksanaan referendum, karena menerima laporan tentang orang-orang yang dipaksa untuk mengikutinya. Langkah ini dilakukan pihak Barat yang telah berulangkali mengkritik dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan Eropa dan Amerika, tapi mereka sendiri secara terbuka melancarkan intervensi terhadap Moskow.
Konsolidasi kekuasaan Putin yang berkelanjutan akan membawa Rusia melanjutkan jalur kebijakan luar negerinya saat ini dengan lebih cepat. Ini berarti Moskow akan mencoba untuk melawan kebijakan dan tindakan AS sebagai saingan utama militer dan keamanan di berbagai bidang, termasuk di Eropa Timur dan Asia Barat.
Apakah Trump tetap berkuasa atau saingannya dari partai Demokratnya, Joe Biden yang akan naik tidak akan mengubah permusuhan AS terhadap Rusia yang akan terus berlanjut, terutama di bidang sanksi. Pada saat yang sama, Washington menekankan perlunya mengurangi bahkan memutus hubungan energi antara Rusia dan Eropa yang menambah ketegangan antara kedua pihak.
Adapun Eropa, meskipun Uni Eropa telah bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas krisis Ukraina sejak 2014, Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar Rusia sebelum krisis, dan kini bekerja untuk mempertahankan hubungan gas dengan Rusia meskipun menghadapi tekanan dari AS. Pada saat yang sama, Jerman sebagai negara utama anggota Uni Eropa yang terlibat friksi dengan Amerika Serikat.
Mengingat pendekatan kebijakan ekonomi dan luar negerinya yang beralih ke Timur sejak 2014, Rusia akan memperkuat hubungannya dengan kekuatan lain di berbagai bidang, terutama perdagangan, ekonomi dan energi secara internasional, terutama dengan Cina, India, dan Jepang. Pada pada saat yang sama menemukan kehadiran yang lebih aktif di bidang-bidang utama dunia, terutama di Asia Barat, Afrika Utara, dan Amerika Latin demi melindungi dan memperluas dukungan terhadap para mitranya.
Sejatinya, tujuan utama Putin adalah membangun kembali Rusia sebagai kekuatan dunia. Dalam hal ini, peningkatan kekuatan militer Rusia dan kehadiran militernya yang terus tumbuh di bidang-bidang utama dunia menjadi salah satu prioritas utama Moskow.(PH)