Perdana Menteri Lebanon menilai kesepakatan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dengan rencana gencatan senjata yang diajukan negara-negara mediator sebagai langkah maju untuk menghentikan konflik.
Presiden Turki, mengatakan, Perdana Menteri Israel, tak berperikemanusiaan, dan Turki, menyetop seluruh transaksi perdagangan dengan Israel, yang bernilai 9,5 miliar dolar Amerika.
Berlanjutnya protes jalanan di Wilayah Pendudukan, perbedaan pendapat antara pihak oposisi dan kabinet rezim Zionis, serta meningkatnya kemungkinan Mahkamah Internasional mengeluarkan perintah untuk menangkap Benjamin Netanyahu telah menyebabkan krisis politik di Tel Aviv semakin membara.
Anggota Kabinet Perang Rezim Zionis, mengancam akan menumbangkan pemerintahan Israel, saat ini, dan mengatakan, pembebasan tawanan Israel, dari tangan perlawanan Palestina, jauh lebih penting dari serangan ke Rafah.
Dengan pelanggaran gencatan senjata tidak tertulis antara Amerika Serikat dan kelompok-kelompok perlawanan oleh Washington, serangan baru terhadap pangkalan negara itu di Suriah dan Irak pun dimulai.
Media Lebanon, mengabarkan, Perdana Menteri Israel, meminta Presiden Prancis, untuk menerapkan kembali programnya guna menenangkan perbatasan selatan Lebanon, dan menjauhkan pasukan Hizbullah.
Perdana Menteri Inggris, dalam kontak telepon dengan sejawatnya dari Rezim Zionis menegaskan bahwa ketegangan dengan Iran, tidak akan menguntungkan siapa pun.
Mantan Perdana Menteri Rezim Zionis, mengatakan segala bentuk langkah militer Israel, atas Iran, akan memicu bahaya serangan, dan serangan balik Republik Islam Iran.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Gedung Putih, Presiden AS Joe Biden menekankan dukungan komprehensif Washington terhadap Jepang dalam melawan Cina, termasuk penggunaan pencegahan nuklir.
Insiden penabrakan terhadap para demonstran anti-Perdana Menteri Israel, di Tel Aviv, memicu reaksi luas di tengah pejabat Rezim Zionis. Hal ini menunjukkan memburuknya krisis sosial, dan politik di Israel.