Apa Pesan Forum Dialog Tehran dalam Mendefinisikan Ulang Diplomasi Regional?
-
Forum Dialog Tehran
Pars Today - Forum Dialog Tehran Keempat, yang bertemakan "Dialog untuk Konsensus dan Integrasi Regional serta Internasional", dimulai pada Minggu pagi tanggal 18 Mei selama dua hari dengan partisipasi 200 delegasi pejabat senior dari 53 negara di Gedung Studi Politik dan Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran.
Saeed Khatibzadeh, Sekretaris Tehran Dialogue Forum (TDF) mengatakan tentang rincian pertemuan forum ini, Forum Dialog Tehran adalah platform terpenting bagi dialog internasional di Iran, yang telah diselenggarakan di pusat ini selama empat dekade.
Pusat Studi Politik, yang merupakan buah dari Revolusi Islam, telah menjadi salah satu bagian dari perangkat diplomatik, dan konferensi tripartit yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Merujuk pada agenda sesi forum ini, dengan menekankan konsep "konsensus" sebagai poros utama pertemuan, Sekretaris Forum Dialog Tehran menyatakan, Konsensus bukan hanya kompromi sementara, tetapi juga pendekatan berkelanjutan untuk menyelesaikan perbedaan, memberikan solusi kerja sama, dan memperkuat fondasi dialog di berbagai tingkat nasional, regional, dan internasional.
"Di forum ini, kami ingin, lebih dari apa pun, mengadakan dialog yang bermakna dengan hati yang terbuka dan jujur. Kami berharap dapat memperluas konsep konsensus melampaui batas-batas negara, tambah Khatibzadeh.
Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, dalam pidato analitis dengan referensi bermakna ke masa lalu yang bergejolak, menganggap masa depan kawasan sebagai isu yang harus diputuskan “di ibu kota regional” dan bukan di “lembaga pemikir kekuatan trans-regional”.
Memperhatikan bahwa “untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, peluang bersejarah ini telah muncul”, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, Negara-negara kita dapat membuka jalan baru untuk pembangunan, perdamaian, dan kerja sama dengan memulihkan hak untuk menentukan nasib sendiri dan merancang masa depan berdasarkan keinginan kolektif mereka.
Pernyataan ini jelas mengubah fokus diplomasi regional Republik Islam Iran dari “mereaksi krisis” menjadi “menciptakan wacana alternatif”.
Araghchi, di bagian lain, menekankan bahwa aktor regional harus menjadi “arsitek tatanan masa depan”, dan menunjuk pada perlunya transformasi dalam “fondasi intelektual dan persepsi tatanan yang ada”.
Abbas Araghchi secara eksplisit menekankan apa yang disebutnya “cakrawala linguistik” dan “narasi asli”.
Perspektif ini melampaui posisi anti-Barat tradisional dan mencerminkan upaya untuk membentuk semacam "diplomasi naratif" di mana negara-negara di kawasan tidak hanya menjadi konsumen tatanan yang ada, tapi juga produsen pemahaman baru tentang tatanan tersebut.
Menteri Luar Negeri Iran menyebut Republik Islam Iran sebagai "mitra yang bisa dipercaya" dan kolega yang dapat diandalkan".
Araghchi mengatakan, Diplomasi kami mengarah ke semua negara di kawasan untuk membangun kawasan yang kuat dan konvergen, yang terinspirasi oleh slogan utama pemerintahan konsensus Republik Islam Iran.
Forum Dialog Tehran lebih dari sekadar pertemuan diplomatik. Ini adalah upaya untuk memulihkan kemandirian intelektual dan linguistik regional.
Di dunia di mana tatanan internasional sedang berubah dan retak, negara-negara seperti Iran mencoba untuk berpartisipasi dalam membentuk lapangan permainan daripada hanya menjadi pemain dalam tatanan yang dominan.
Pernyataan Menteri Luar Negeri Iran dapat dilihat sebagai bagian dari upaya ini, upaya untuk bergerak melampaui peran pasif dan bergerak menuju pembangunan tatanan.
Namun, tantangan besarnya terletak pada penerapan visi-visi ini.
Dapatkah negara-negara di kawasan mengesampingkan perpecahan historis, persaingan geopolitik, dan ketidakpercayaan kronis serta mencapai kesepakatan tentang pembangunan lembaga regional?
Jawaban atas pertanyaan ini tidak akan terungkap di Tehran, tapi dalam keseluruhan tindakan regional di masa mendatang.(sl)