Tiongkok: Kami Menentang Tindakan AS di Karibia
-
Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok
Pars Today - Tiongkok menentang tindakan ekstrem Amerika Serikat terhadap kapal-kapal di Laut Karibia dan Samudra Pasifik, serta menegaskan bahwa kerja sama antara Tiongkok dan Venezuela tidak akan terpengaruh oleh pihak ketiga mana pun.
Menurut laporan ISNA, Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, pada konferensi pers hari Selasa (04/11/2025) di Beijing, berbicara mengenai kerja sama antara Tiongkok dan Venezuela di tengah ancaman Amerika Serikat terhadap negara Amerika Latin tersebut.
Mao Ning menegaskan, “Kerja sama antara Tiongkok dan Venezuela tidak ditujukan terhadap pihak ketiga mana pun dan tidak akan terpengaruh oleh pihak ketiga mana pun.”
Menanggapi rumor bahwa Venezuela di bawah kepemimpinan Nicolás Maduro tengah berupaya memperoleh rudal, pesawat nirawak, dan peralatan militer lainnya dari Tiongkok, Rusia, dan Iran untuk menghadapi kemungkinan serangan Amerika Serikat, Mao Ning menyatakan dukungannya terhadap upaya pemberantasan kejahatan lintas negara melalui kerja sama internasional yang lebih kuat, serta menegaskan penentangan Beijing terhadap penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional.
Jubir Kemenlu Tiongkok mengatakan, “Tiongkok memiliki posisi yang jelas mengenai penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat dalam menghadapi apa yang disebut sebagai kartel narkotika di Laut Karibia.”
“Beijing menentang tindakan apa pun yang melemahkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Amerika Latin, serta menolak pelaksanaan tindakan sepihak dan ekstrem terhadap kapal negara lain,” imbuhnya.
Sejak bulan September, Washington telah melakukan lebih dari 12 serangan terhadap kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan narkotika, terutama di Laut Karibia dan Samudra Pasifik, yang mengakibatkan sedikitnya 64 orang tewas.
“Kami berharap Amerika Serikat berpartisipasi dalam penegakan hukum dan kerja sama yudisial secara normal melalui kerangka hukum bilateral dan multilateral,” pungkas Mao.
Sebelumnya, surat kabar The Washington Post mengutip dokumen internal pemerintah Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa, seiring dengan meningkatnya pengerahan militer AS di kawasan Karibia, Presiden Venezuela Nicolás Maduro telah menghubungi Rusia, Tiongkok, dan Iran untuk memperkuat militer yang melemah di negaranya, termasuk meminta bantuan dalam penyediaan radar pertahanan, perbaikan pesawat, dan kemungkinan sistem rudal. Namun, klaim tersebut telah dibantah oleh Moskow.(sl)