Mengapa Terjadi Eskalasi Kekerasan terhadap Muslim di Jerman?
(last modified Mon, 04 Nov 2024 04:30:27 GMT )
Nov 04, 2024 11:30 Asia/Jakarta
  • Kekerasan terhadap umat Islam di Eropa
    Kekerasan terhadap umat Islam di Eropa

Tren anti-Islamis dan kekerasan terhadap umat Islam semakin meningkat di negara-negara Eropa, khususnya Jerman, sehingga statistik resmi menunjukkan bahwa suasana sosial di Jerman semakin bergejolak dan umat Islam juga semakin banyak mengalami kekerasan.

Surat kabar Die Welt menulis tentang ini, Menurut laporan otoritas kepolisian Jerman, pada kuartal pertama tahun ini, 42 kasus cedera dilaporkan akibat kejahatan yang terjadi dengan motif Islamofobia.

Dalam beberapa tahun terakhir, anti-Islam dan serangan terhadap umat Islam, pusat-pusat keagamaan dan tempat berkumpulnya telah dianggap sebagai salah satu kebijakan pemerintah Eropa, dan menempatkan Islam dan umat Islam di bawah tekanan dan penganiayaan dengan berbagai dalih.

Sementara itu, umat Islam di Jerman dan Prancis menghadapi situasi yang lebih sulit.

Negara-negara yang memiliki populasi umat Islam terbesar ini, secara langsung dan tidak langsung telah meningkatkan tekanan dan tindakan kekerasan terhadap umat Islam dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut hasil penelitian terbaru European Fundamental Rights Agency (FRA), umat Islam di Jerman paling banyak mengalami rasisme setelah Austria.

Di Jerman, isu Islamofobia telah menjadi masalah serius bagi umat Islam.

Mengacu pada statistik yang diberikan oleh pemerintah negara ini, Petra Pau, perwakilan Partai Kiri di Parlemen Jerman mengatakan, Berbagai laporan itu memberikan gambaran yang mengkhawatirkan. Serangan-serangan tersebut menjadi semakin brutal.

Merujuk pada meningkatnya jumlah korban kekerasan akibat Islamofobia, ia mengatakan, Situasi ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman terhadap orang-orang yang dianggap Muslim dan betapa perlunya tindakan tegas untuk perlindungan dan pencegahan.

Umat ​​Islam di Jerman telah mengalami lebih banyak tekanan dan kekerasan selama beberapa bulan terakhir seiring dengan berlanjutnya perang Israel terhadap warga Palestina yang tinggal di Gaza.

Pemerintahan Jerman saat ini, yang merupakan salah satu pendukung setia rezim Zionis, tidak hanya membantu Israel dalam perang Gaza dengan dukungan finansial dan senjata sejak awal perang Gaza, tetapi juga memperkenalkan umat Islam sebagai pendukung Palestina dan memprovokasi opini publik terhadap mereka, suatu hal yang menyebabkan meningkatnya perilaku kekerasan terhadap umat Islam yang dilakukan oleh para ekstremis.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menuduh beberapa komunitas Muslim di Jerman enggan menyatakan jarak mereka dari Hamas atau menentang penyebaran kebencian terhadap orang Yahudi.

Habeck menekankan bahwa umat Islam yang tinggal di Jerman harus secara jelas menyatakan jarak mereka dari anti-Semitisme, karena jika tidak, mereka akan kehilangan hak untuk diperlakukan tanpa diskriminasi dan prasangka.

Meskipun pemerintah Jerman telah mempersiapkan kondisi untuk meningkatnya serangan kekerasan terhadap umat Islam oleh kelompok ekstremis di negara ini, secara politik, dalam beberapa bulan terakhir, partai dan kelompok sayap kanan yang memiliki kebijakan permusuhan terhadap umat Islam dan imigran telah meraih kemenangan yang signifikan dan telah berhasil dalam kancah politik negara ini.

Partai-partai sayap kanan selalu mengkritik kehadiran umat Islam di negara ini dan bersikap keras kepala terhadap mereka, sehingga Ayman Mazik, Sekretaris Jenderal Dewan Pusat Umat Islam di Jerman menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya pengaruh mereka dan memperingatkan, Situasi ini merupakan ancaman bagi seluruh demokrasi.

Ferda Ataman, komisaris anti-diskriminasi federal Jerman memperingatkan mengenai hal ini dan menekankan, Permusuhan terhadap umat Islam telah mencapai tingkat yang harus ditanggapi.

Intensifikasi tekanan meningkat tidak hanya di Jerman tetapi juga di negara-negara Eropa lainnya.

Di Prancis, terlepas dari semua klaim kepatuhan terhadap kebebasan, umat Islam bahkan mengalami kesulitan dalam hal menutup aurat (hijab) dan burqa dilarang bagi perempuan Muslim.

Pembakaran masjid Muslim di kota Amiens, pusat wilayah Picardy di utara Prancis, selama seminggu terakhir adalah contoh lain meningkatnya kekerasan terhadap umat Islam.

Di negara-negara Eropa lainnya, umat Islam menghadapi situasi yang sulit.

Faktanya, faktor-faktor seperti penentangan umat Islam terhadap perang Gaza dan pembunuhan warga Palestina, propaganda media Barat yang menjadikan umat Islam terlihat seperti teroris, penerapan kebijakan ekstremis di banyak negara Eropa terhadap kelompok minoritas dan imigran, smua ini telah mempersulit situasi bagi umat Islam yang tinggal di Eropa, khususnya di Jerman.(sl)