Ketidakmampuan Zionis Menghadapi Perlawanan Berujung Eskalasi Krisis Internal
Berlanjutnya perang di Gaza dan Lebanon telah menempatkan tentara rezim Zionis dalam situasi kritis, dan protes di Wilayah Pendudukan juga meningkat akibat tindakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Krisis yang diciptakan oleh rezim Zionis, dan berlanjutnya perang di Gaza dan Lebanon, bertentangan dengan keinginan dan klaim otoritas Zionis, serta belum membuahkan hasil dalam menghadapi kelompok perlawanan. Sementara kondisi krisis di Wilayah Pendudukan semakin meningkat dengan eskalasi friksi internal antara Zionis dan protes sehari-hari.
Dalam situasi ini, tidak ada kemungkinan bagi Zionis untuk berperang dan kelompok perlawanan di Palestina dan Lebanon telah memberikan pukulan yang tidak dapat diperbaiki terhadap rezim Zionis.
Keluarga para tawanan Zionis, pada Sabtu (16/11), dengan berpartisipasi dalam demonstrasi di depan rumah Isaac Herzog, Pemimpin Rezim Zionis di Tel Aviv, mengumumkan dalam sebuah pernyataan, Netanyahu mempertaruhkan nyawa para tawanan dan tentara Zionis serta memperpanjang perang di Gaza untuk tetap menjamin kekuasaannya di Israel.
Namun, berlanjutnya perang telah memperburuk situasi kritis di berbagai kota di Wilayah Pendudukan, dan Hizbullah Lebanon terus melanjutkan operasi militernya dengan sukses.
Sebagai kelanjutan dari serangan terhadap posisi rezim Zionis, pada hari Sabtu (16/11), gerakan Hizbullah Lebanon menargetkan pangkalan, tempat berkumpulnya militer dan pemukiman Zionis, termasuk Haifa.
Sumber-sumber Zionis melaporkan bahwa serangan roket Hizbullah di Haifa menyebabkan lima orang terluka. Media Zionis memberitakan, sejak Sabtu pagi hingga larut malam, Hizbullah menyasar wilayah utara Palestina yang diduduki dengan total 130 rudal dan lima drone.
Surat kabar Zionis Israel HaYom juga melaporkan bahwa listrik padam di beberapa bagian kota Haifa karena serangan roket dan daerah lain berada dalam kegelapan.
Sebuah media Zionis melaporkan bahwa suar ditembakkan ke kediaman Netanyahu di kota Caesarea di selatan Haifa.
Hizbullah Lebanon mengumumkan dengan memublikasikan pernyataan bahwa dalam rangka mendukung rakyat Gaza dan mendukung perlawanan Palestina serta membela Lebanon, mereka telah menargetkan pangkalan Shraga, markas administratif komando brigade Golani yang terletak di utara Akko.
Menurut laporan ini, pangkalan angkatan laut Stela Maris, pangkalan pemantauan dan pengawasan laut strategis di pantai utara di barat laut Haifa menjadi sasaran serangan roket Hizbullah.
Para komandan militer Zionis memperingatkan akan berlanjutnya perang dan menekankan bahwa kerentanan tentara rezim Zionis semakin meningkat dan mereka tidak mampu menghadapi kekuatan perlawanan.
Itzhak Brik, Mayor Jenderal Cadangan Militer Zionis mengakui, Militer berada dalam kondisi rentan dan pasukan tidak mampu maju lebih jauh.
Mayor Jenderal Cadangan Militer Rezim Zionis menambahkan, Tentara menolak dinas militer sementara ratusan roket ditembakkan dari Lebanon setiap hari dan perang ini menghancurkan kami.
Akibat perang di Gaza dan krisis yang diciptakan oleh rezim Zionis di wilayah tersebut telah menyebabkan meningkatnya ketidakpuasan dan krisis internal di wilayah-wilayah pendudukan.
Rezim Zionis melanjutkan serangan tidak manusiawinya di Gaza dan Lebanon dalam situasi yang didukung penuh oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat.
Meskipun mendapat dukungan, Zionis tidak dapat mencapai tujuan mereka dalam beberapa hari terakhir dan rencana mereka digagalkan oleh kelompok perlawanan.
Dengan berlanjutnya situasi saat ini, dan meningkatnya perbedaan pendapat di antara kaum Zionis, situasi kritis Netanyahu dan kabinetnya akan menjadi lebih sulit dari sebelumnya, dan partai-partai oposisi Zionis akan mempersiapkan landasan bagi pemakzulan dan pembubaran kabinet.
Para anggota kabinet penebar perang rezim Zionis tidak sepakat mengenai kelanjutan perang di Gaza dan Lebanon, dan masalah ini telah menyebabkan pemecatan beberapa anggota kabinet dan komandan militer Zionis dalam beberapa minggu terakhir.(sl)