Demonstrasi di Wilayah Pendudukan Palestina Protes Kabinet Netanyahu
-
Protes warga zionis di Tel Aviv (arsip)
Protes terus berlanjut di wilayah pendudukan terhadap Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis dan anggota kabinet.
Protes besar-besaran di Wilayah Pendudukan terhadap Perdana Menteri Rezim Zionis terus berlanjut.
Para pengunjuk rasa menuduh Netanyahu lemah dalam negosiasi gencatan senjata dan pembebasan tawanan Zionis.
Pada Sabtu (7/12), media-media rezim Zionis mengumumkan diadakannya demonstrasi di beberapa Wilayah Pendudukan, termasuk Haifa dan Tel Aviv.
Dalam demonstrasi tersebut, waega zionis yang ikut serta menuntut kesepakatan dengan Hamas mengenai pertukaran tawanan.
Sebelumnya, pemukim zionis sempat menggelar demonstrasi di selatan Tel Aviv, menuntut penandatanganan perjanjian dengan Hamas mengenai pemulangan secepatnya tawanan Zionis di Gaza.
Para pemukim zionis juga berdemonstrasi di depan rumah Herzog di Tel Aviv sebagai protes atas diamnya pemimpin rezim Zionis, Isaac Herzog, terkait "kehancuran perjanjian pertukaran tawanan" dan pengabaian perjanjian tersebut oleh kabinet Netanyahu.

Yair Lapid, pemimpin oposisi rezim Zionis mengatakan tentang negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan, Kabinet Netanyahu bisa saja menyelesaikan perjanjian pertukaran tawanan, tetapi tidak melaksanakannya karena pertimbangan politik.
Benny Gantz, mantan anggota kabinet rezim Zionis juga mengatakan, Kami tidak menandatangani perjanjian pertukaran tawanan karena "alasan politik".
Dalam beberapa hari terakhir, keluarga para tahanan Zionis mengadakan pertemuan dengan anggota kabinet perang rezim Zionis yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, di mana kemarahan dan teriakan meruak dan beberapa dari mereka keluar dari pertemuan sebagai protes karena tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka.
Dalam pertemuan itu, keluarga warga yang masih ditahan di Gaza mengecam keras Netanyahu dan menganggap tujuan kabinet rezim Zionis untuk “menghancurkan” gerakan Hamas hanya sekedar lelucon.
Perdana Menteri Rezim Zionis, dan anggota kabinetnya, yang terdiri dari dua kelompok Zionis ekstremis dan haus perang, selalu mengklaim bahwa mereka akan memperoleh kendali penuh atas wilayah ini dengan berlanjutnya perang di Gaza sejak dimulainya operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 dan Hamas juga berakhir.
Namun berlanjutnya perang dan perlawanan kelompok perlawanan yang tak tertandingi menunjukkan dengan baik bahwa Zionis tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi Hamas dan kelompok perlawanan Palestina.
Dalam beberapa bulan terakhir, Hamas juga telah mengumumkan kesiapannya untuk melakukan perundingan gencatan senjata, sementara Netanyahu dan sekutunya di kabinet berupaya membuang-buang waktu dan menyalahgunakan situasi.
Protes internal di wilayah-wilayah pendudukan, dan perbedaan pendapat di antara anggota kabinet Netanyahu disebabkan oleh berlanjutnya krisis dan penghasutan dalam perang Gaza.
Rezim Zionis melanjutkan serangannya terhadap penduduk Gaza dengan dukungan Amerika dan Barat, dan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berdaya adalah bagian utama dari serangan brutal Zionis.
Hamas secara terbuka mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan perundingan gencatan senjata hanya jika tuntutan sah dari rakyat Palestina terpenuhi.
Penarikan tentara pendudukan dari Gaza, serta kembalinya pengungsi Palestina, merupakan salah satu syarat utama Hamas untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata.
Protes dan ketidakpuasan terhadap kinerja Netanyahu semakin meningkat dalam situasi di mana Perdana Menteri Rezim Zionis juga harus hadir di pengadilan pada 10 Desember dan menjawab tuduhan terhadapnya terkait penerimaan suap, penipuan, dan pengkhianatan kepercayaan.
Ketidakmampuan Netanyahu untuk melakukan negosiasi gencatan senjata menyebabkan berlanjutnya krisis internal di wilayah-wilayah pendudukan, dalam situasi di mana kegagalan mencapai kesimpulan perundingan akibat kegagalan rezim Zionis dalam melakukan pertukaran tawanan juga menjadi penyebab utama ketidakpuasan dan protes terhadap Netanyahu.
Dalam beberapa hari dan minggu terakhir, Wilayah Pendudukan Palestina menghadapi situasi kritis dan kacau, yang berlanjut dengan meningkatnya ketidakstabilan di Tel Aviv.
Kebohongan Netanyahu mengenai perundingan gencatan senjata selama ini menjadi penyebab utama protes terhadap dirinya dan anggota kabinet rezim Zionis.(sl)