Ekonomi Kreatif Unggulan RI: Fashion, Kuliner, Kriya
-
Para pemateri kuliah umum bertema Industri Kreatif di Era Bisnis Digital.
Wakil Menteri Keuangan Prof Mardiasmo menyinggung soal ekonomi kreatif dalam kuliah umum bertema Industri Kreatif di Era Bisnis Digital di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Rabu 24 Oktober 2018.
Mardiasmo menyebutkan ada 16 subsektor ekonomi kreatif yang saat ini dijalankan di Indonesia. Namun, ada tiga yang menjadi unggulan, yaitu fashion, kuliner, dan kriya. Dari jumlah ini, 54,96 persen dilakukan oleh kaum perempuan. Sementara subsektor yang mengalami perkembangan signifikan, yaitu aplikasi games, film, dan musik.
Menurutnya, ekonomi kreatif memberikan dampak sosial paling luas dalam menyejahterakan masyarakat. Hal ini dikarenakan sektor ekonomi kreatif dapat digeluti siapa saja tanpa memerlukan modal besar. Ekonomi kreatif juga dapat dilakukan di mana saja tanpa memandang batas usia.
Mardiasmo mengatakan ekonomi kreatif dapat menumbuhkan citra positif bangsa serta meningkatkan pendapatan negara. Hal ini terlihat saat penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang yang memberikan manfaat besar. Saat itu banyak bisnis kreatif bermunculan, seperti merchandise, kuliner, musik, video, dan konten kreatif lainnya.
“Terpenting dalam menjalankan ekonomi kreatif harus selalu mengedepankan inovasi dan kreativitas,” ujarnya seperti dilansir Tempo.co.
Sementara itu, Rektor Unsyiah Prof. Samsul Rizal mengatakan industri ekonomi kreatif secara nasional telah mengalami pertumbuhan positif dalam tiga tahun terakhir. Ia mengutip data nasional Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang memprediksikan tahun 2018, sumbangan industri ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih di atas Rp 1.000 triliun.
Pada skala global, nilai ekonomi industri kreatif mampu melampaui industri perminyakan. Bahkan, para ekonom memprediksikan jika ke depan, ekonomi global akan bergantung kepada sektor industri kreatif.
“Penggunaan teknologi digital dalam mengembangkan industri kreatif Indonesia, dapat mengangkat persaingan bangsa secara global dan membangun rasa bangga di dalam negeri,” ujarnya.
Samsul juga menambahkan jika Unsyiah berkomitmen melahirkan lulusan yang mampu berkontribusi dalam industri ekonomi kreatif. Hal ini diwujudkan dengan upaya membuka program studi baru Magister Eco-Technopreneurship. Progam studi ini diproyeksikan untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0.

Kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap Ekonomi Nasional 7,57 Persen
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menyampaikan bahwa ekonomi kreatif tumbuh di atas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kalau kita bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sendiri, di mana kuartal I/2018 5,06 persen dan kuartal II/2018 itu 5,27 persen, kita bisa tumbuh 5,6 persen," kata Triawan di Jakarta.
Dia menyampaikan hal tersebut pada konferensi pers bertajuk "Empat Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla: Membangun Manusia Indonesia Menuju Negara Maju" pada Selasa lalu.
Triawan memaparkan, secara kuantitatif, sektor ekonomi kreatif telah menyumbang Rp 1.009 triliun terhadap PDB nasional pada 2017.
Adapun kontribusi ekonomi kreatif terhadap ekonomi nasional mencapai 7,57 persen yang mampu menyerap 17,4 juta tenaga kerja pada 2017.
"Diramalkan tenaga kerja yang terserap mampu mencapai 18,1 juta pada 2018," ujar Triawan.
Triawan menyampaikan, ekonomi kreatif sebagai model ekonomi baru yang berkelanjutan yang berdasarkan pikiran dan gagasan diharapkan mampu menjadi tulang punggung perekonomian yang lebih baik lagi di kemudian hari. (Tempo/RM)