Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global dan RI yang Semakin Berat
Dana Moneter Internasional ( IMF) memproyeksi perekonomian global bakal mengalami kontraksi yang lebih dalam dari prediksi yang sebelumnya telah dilakukan pada April lalu.
Sebelumnya IMF menyatakan perekonomian dunia akan mengalami krisis keuangan terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930-an, perekonomian dunia diproyeksi bakal mengalami kontraksi hingga 3 persen pada 2020.
Dikutip dari CNBC Rabu (17/6/2020) saat ini, terlepas dari kondisi perekonomian dunia yang telah dibuka di beberapa negara, IMF memproyeksi realisasi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun bakal lebih buruk dari proyeksi yang sebelumnya mereka lakukan.
"Untuk pertama kalinya sejak Depresi Besar, baik negara berkembang maupun negara maju akan mengalami resesi di tahun 2020. Dalam Outlook Perekonomian Dunia Juni nanti pertumbuhan ekonomi nampaknya akan jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan prediksi yang sebelumnya sudah dilakukan," ujar Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam keterangannya. Sebagaiman hasil pantauan Parstodayid dari Kompas, Rabu (17/06/2020).
Selain itu, Gopinath pun memaparkan, krisis yang terjadi saat ini yang disebut dengan the Great Lockdown merupakan krisis yang sebelumnya tidak pernah terjadi di dunia.
Pasalnya kali ini krisis terjadi dan dipicu oleh pandemi virus corona (Covid-19) yang merupakan kondisi darurat kesehatan, tetapi segera berubah menjadi krisis ekonomi dengan langkah-langkah pembatasan sosial dan perjalanan yang dilakukan untuk meredam penyebaran.
Pertumbuhan Ekonomi RI di Triwulan II
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengungkapkan pandemi Corona alias COVID-19 telah mengubah cerita anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) nasional di 2021.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF, Hidayat Amir mengatakan awalnya pemerintah menyusun APBN 2021 dengan rasa optimis yang tinggi, bahkan menjadi tahun peningkatan pertumbuhan ekonomi.
"Kami sudah diskusi KEM-PPKF (kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal) sejak Desember 2019, dan studi dari berbagai lembaga itu positif semua," kata Hidayat dalam acara leaders talk via virtual, Rabu (17/6/2020). Demikian dilaporkan Detik, Rabu (17/06/2020).
Hidayat menjelaskan, proyeksi dari berbagai lembaga internasional pun menunjukkan angka pertumbuhan yang positif lantaran perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) sudah mencapai titik terang.
Namun begitu ada virus Corona, dikatakan Hidayat, semua cerita yang tergambar dalam angka proyeksi berubah. Apalagi ketika COVID-19 diumumkan sebagai pandemi oleh WHO.
Sementara itu, Kepala ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 minus 3,4%. Menurut Andry, kuartal II ini memang menjadi periode dengan pertumbuhan ekonomi terburuk di tahun 2020.
"Dari perkembangan terkini memang kita menghadapi sekarang, seperti yang sudah dikatakan Bu Sri Mulyani juga, eksektasi kita sama yaitu kuartal II adalah kuartal yang relatif paling dalam menurut kami. Kalau pemerintah memprediksi minus 3,1%, kami sudah sejak 1 bulan lalu membuat forecast bahwa di kuartal II akan terkoreksi minus 3,4%," kata Andry dalam diskusi virtual Mandiri Economic Outlook 2020, Rabu (17/6/2020).
Menurut Andry, perekonomian Indonesia masih punya peluang untuk pulih kembali di kuartal IV-2020. Namun, hal ini bisa terwujud jika tak ada gelombang kedua (second wave) virus Corona (COVID-19) di Indonesia. Begitu juga dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai wilayah.