Raisi dan Macron Menekankan Pemenuhan Kewajiban JCPOA dan Menjaga Keamanan Kawasan
"Pemerintah Iran yang baru menyambut baik perkembangan hubungan dengan Prancis atas dasar kepentingan bersama dan saling menghormati."
Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi, menelepon Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Senin ((09/08/2021) dan mengutip pelanggaran berulang oleh Amerika Serikat dan kegagalan tiga negara anggota Eropa untuk mematuhi kewajiban mereka berdasarkan perjanjian internasional.
Presiden Raisi mengatakan, "Baik Amerika Serikat dan Eropa harus memenuhi kewajiban mereka di Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), dan dalam negosiasi apapun, hak-hak rakyat Iran harus ditegakkan dan kepentingan bangsa kami harus dipastikan."
Sekaitan dengan jaminan keamanan dan mempertahankan pencegahan di kawasan Teluk Persia dan Laut Oman, Presiden Republik Islam Iran juga menyatakan bahwa Iran sangat serius dalam hal ini dan akan menghadapi faktor-faktor yang merampas keamanan.
Peran Iran sebagai negara besar di kawasan dan mempengaruhi perkembangan di kawasan selalu diperhatikan oleh Eropa, khususnya Prancis. Selain itu, hubungan Tehran-Paris di antara hubungan Iran dengan Eropa berada pada tingkat yang berbeda dari negara-negara Eropa lainnya. Perbedaan itu dapat disaksikan dari segi jenis hubungan ekonomi dan usaha patungan maupun dalam hal pandangan politik tentang perkembangan di Asia Barat.
Pada saat yang sama, di Iran, ada pandangan yang jelas tentang negara-negara Eropa. Menurut pandangan ini, hubungan Iran dengan Eropa harus didasarkan pada dialog bilateral dan kepentingan bersama. Bila ada masalah dalam hubungan yang perlu didiskusikan, kekhawatiran harus diselesaikan secara bilateral.
Apa yang disampaikan residen Iran dalam percakapan dengan Presiden Prancis dalam hal ini juga jelas dan eksplisit.
"Pemerintah Iran yang baru menyambut baik perkembangan hubungan dengan Prancis atas dasar kepentingan bersama dan saling menghormati."
Setelah penarikan Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir dan pelanggaran eksplisit atas JCPOA, di luar dugaan Iran sepenuhnya memenuhi kewajibannya dalam interaksi selama setahun. Ketiga negara Eropa telah berjanji untuk melaksanakan 11 komitmennya sesuai dengan kesepakatan JCPOA, tetapi bahkan mekanisme keuangan khusus Eropa yang disebut INSTEX tidak terhubung.
Selama periode ini, Uni Eropa telah menunjukkan bahwa mereka tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk mencabut sanksi terhadap Iran dalam kerangka JCPOA. Eropa sangat menyadari bahwa Amerika Serikat telah melakukan bidah berbahaya dengan melanggar JCPOA. Jadi pertanyaannya adalah mengapa Eropa harus mundur dari menghadapi unilateralisme AS, dan mengapa negara-negara ini tidak menekan Amerika Serikat yang melanggar JCPOA untuk kembali ke JCPOA dan memenuhi kewajibannya.
Seyed Jalal Sadatian, seorang analis kebijakan luar negeri percaya bahwa Eropa, di bawah pengaruh Amerika Serikat, telah menyandera pelaksanaan JCPOA untuk tujuan dan tuntutan di luar JCPOA, termasuk dalam hal kemampuan rudal dan kekuatan pencegahan pertahanan Iran.
Pernyataan Presiden Iran dalam hal ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa pilihan paling logis bagi Eropa adalah kembali ke JCPOA dan bertindak sesuai komitmennya di bawah perjanjian multilateral dan terus melaksanakan Resolusi 2231 Dewan Keamanan.
- Baca juga: Iran Kecam Sikap AS Terhadap JCPOA
Dari sudut pandang ini, ucapan Sayid Ebrahim Raisi dalam pembicaraan dengan mitra Prancisnya Emmanuel Macron mengingatkan akan perlunya keputusan serius di pihak Eropa dan pemenuhan tanggung jawab dan kewajiban terhadap JCPOA. Pernyataan ini juga menekankan poin kunci bahwa kembalinya hubungan berdasarkan kepentingan bersama tergantung pada kemauan dan niat baik dari pihak lain dan pemulihan kepercayaan Iran yang hilang atas Eropa.
Jika Iran melihat itikad baik di pihak Eropa, pasti akan merespons dengan pandangan positif. Sebagaimana dinyatakan oleh Presiden Iran, "Pemerintah Iran yang baru menyambut baik perkembangan hubungan dengan Prancis berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati."(SL)