Jul 02, 2024 11:04 Asia/Jakarta
  • Perempuan Perlawanan, Narator Penting Perjuangan yang Disensor Media Barat

Konferensi pertama "Jihad Naratif Perempuan" digelar di Tehran baru-baru ini.

Tehran, Parstoday- Para pejuang perlawanan harus menjadi narator atau yang dinarasikan, dan perempuan yang melakukan perlawanan mempunyai peran penting dalam mengobjektifikasi narasi-narasi ini.

Konferensi pertama "Jihad Naratif Perempuan" dihadiri oleh sekitar 900 perempuan yang aktif di media, agama, budaya dan politik, serta 25 tamu asing, dengan tema "Narasi, Media Berkelanjutan dan Perempuan Perlawanan dari Karbala hingga Quds " yang berlangsung di gedung konferensi IRIB, Tehran.

Dalam pertemuan ini, Hujatul Islam Mohsen Qanbarian, profesor Hauzah dan universitas, mengatakan, "Setiap narasi didasarkan pada sebuah visi, dan jika kita tidak memandang dengan benar, maka kita tidak dapat menceritakannya dengan benar."

Ghanbarian dalam statemennya menyinggung acara Asyura dan peran unik Sayidah Zainab sebagai simbol perempuan perlawanan, dan menambahkan, "Narasinya adalah narasi yang membangunkan hati nurani suatu bangsa yang tertidur dan mengembalikan mereka ke asalnya, dan ini adalah contoh dari narasi yang benar".

Ia menekankan tingginya kemampuan kekuatan perlawanan di kawasan, khususnya gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas, dengan mengungkapkan, “Saat ini, semua orang di Gaza berdiri dan melawan agar tidak terhina.”

Profesor hauzah dan universitas ini memandang perlawanan di bidang lain, termasuk ekonomi dan budaya juga penting, dan menambahkan, "Upaya presiden yang syahid Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi menjadikan Iran sebagai anggota tetap SCO dan BRICS dan kami melihat kekuatan ekonomi berkembang dari Barat ke Timur,"

Dalam konferensi ini, Hujatul Islam Majid Babakhani, ketua Dewan Organisasi Keagamaan Iran, mengatakan bahwa pandangan baru terhadap lingkungan budaya Iran akan membuat peran penting perempuan dalam promosi budaya menjadi lebih jelas.

Ia juga menekankan perlunya mengadakan konferensi semacam itu untuk menciptakan gerakan budaya perempuan yang besar.

Sementara itu, Javad Ramazannejad, Kepala Basij IRIB, pembicara lain dalam konferensi ini, menjelaskan, "Media Barat membuat perempuan dari Timur tampak resisten dan meneruskan budaya Barat."

"Barat berusaha menanamkan persepsi mereka tentang kebenaran sebagai kenyataan di media kepada khalayak, tapi mereka diam terhadap perlawanan perempuan di Gaza dan hanya menunjukkan kepada mereka wajah tertindas yang ketakutan," ujarnya.

Pembicara lainnya, Hasan Rahimpour Azghadi, anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan menggambarkan Sayidah Zainab sebagai mujahid perempuan dan pahlawan yang mengubah situasi tersulit menjadi kesuksesan terbaik, dan kini kita bisa menyebarkan nilai-nailai agama dengan benar berkat perannya,".

Peyman Jebeli, Kepala IRIB dalam pidatonya pada konferensi inimenilai narasi perlawanan dari sudut pandang sejarah, oleh setiap orang di bidang dan geografi perlawanan sangat berharga dengan perannya masing-masing.

Menyinggung kejahatan Israel di Gaza, Jebeli menekankan bahwa perlawanan Palestina saat ini merupakan salah satu hasil narasi tentang Sayidu Syuhada dan para sahabatnya.

Kepala IRIB menambahkan bahwa narasi-narasi inilah yang membuat kisah kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina tetap hidup dan ketahui banyak orang untuk membangun kesadaran kolektif.

Hojjatul islam Alireza Panahian pembicara lain dalam konferensi ini, menyebutkan nama-nama perempuan perlawanan di berbagai era Islam, termasuk Sayidah Khadijah Kubra, Sayidah Zahra (saw), Sayidah Zainab dan Sayidah Masoumeh. Ia menggambarkan peran perempuan di bidang perlawanan dan narasinya sangat penting.

Pertunjukan eulogi, himne, pembacaan puisi dan pemberian penghargaan kepada perempuan berprestasi di bidang perlawanan merupakan beberapa program lain dari konferensi pertama "Narasi Jihad Perempuan".(PH)

Tags