Masjid Bersejarah Shiraz: Manifestasi Cahaya, Warna, dan Spiritualitas
https://parstoday.ir/id/news/iran-i178182-masjid_bersejarah_shiraz_manifestasi_cahaya_warna_dan_spiritualitas
Dalam lintasan sejarah Iran, kota Shiraz bersinar bak sebuah permata hidup dari kebudayaan Iran; semangat spiritualnya mengalir dalam rangkaian masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai mahakarya arsitektur.
(last modified 2025-10-13T09:54:09+00:00 )
Okt 13, 2025 10:31 Asia/Jakarta
  • Masjid Bersejarah Shiraz: Manifestasi Cahaya, Warna, dan Spiritualitas

Dalam lintasan sejarah Iran, kota Shiraz bersinar bak sebuah permata hidup dari kebudayaan Iran; semangat spiritualnya mengalir dalam rangkaian masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai mahakarya arsitektur.

Bangunan-bangunan di kota Shiraz yang dibangun sepanjang berabad-abad, menuturkan kisah menarik tentang transformasi artistik, gairah religius, dan dialog abadi dengan waktu.

Menurut laporan Pars Today yang dikutip dari Press TV, mulai dari Masjid Jami Qadim yang menampilkan akar Islam kuno kota ini, hingga kemegahan penuh warna Masjid Nasir al-Mulk, permata dari era Qajar yang dikenal karena permainan puitis cahaya dan warna, arsitektur religius Shiraz menawarkan perjalanan yang tiada bandingnya bagi para pengunjung.

Setiap masjid, dengan karakteristik estetika dan narasi sejarahnya yang unik, membentuk bagian dari tenunan kaya Shiraz — kota yang tidak hanya terkenal karena taman-tamannya dan puisi, tetapi juga dikenal sebagai salah satu pusat utama seni Islam dan spiritualitas. Setiap ubin, lengkungan, dan tiang di sana berbisik tentang kisah iman dan kejeniusaan artistik.

Masjid Jami Qadim Shiraz

Masjid Jami Qadim Shiraz, yang dengan penuh penghormatan juga dikenal sebagai Masjid Atiq, merupakan salah satu fondasi utama dalam sejarah spiritual dan arsitektur kota ini. Dibangun pada tahun 894 Masehi (281 Hijriah) pada masa dinasti Saffarid, masjid ini menjadi salah satu peninggalan Islam tertua di Iran.Tempat suci ini memiliki posisi istimewa berkat kombinasi arsitekturnya yang unik.

Bagian paling menakjubkan dari masjid ini adalah Khoda Khaneh atau Dar al-Mushaf — sebuah struktur berbentuk kubus misterius yang dibangun pada abad ke-8 Hijriah atas perintah Shah Sheikh Abu Ishaq Injoo, sezaman dengan penyair besar Hafez, di tengah halaman utama masjid.

Bangunan ini, yang kadang disebut secara puitis sebagai “Ka'bah Kedua”, merupakan tempat suci untuk membaca, menulis, dan menyimpan mushaf Al-Qur’an. Empat menara di keempat sudutnya dan struktur batu serta gipsumnya menciptakan titik agung ibadah dan ilmu di tengah pelataran luas masjid.

Gerbang utara masjid yang dikenal dengan sebutan “Dar-e Davazdah Emam” (Pintu Dua Belas Imam) menampilkan ubin-ubin berhiaskan nama para Imam Syiah. Bagian ini merupakan hasil restorasi megah pada masa dinasti Safawi, dengan lengkungan muqarnas dan inskripsi mosaik yang menjadi bukti dukungan berkelanjutan terhadap seni sakral sepanjang berbagai dinasti.

Masjid Nasir al-Mulk

Masjid Nasir al-Mulk, mahakarya tiada tara dari masa Qajar, melampaui fungsi utamanya sebagai tempat ibadah dan menjelma menjadi simfoni warna, cahaya, dan bentuk.Karena dominasi warna merah muda pada hiasan ubinnya, masjid ini dikenal pula dengan nama “Masjid Merah Muda.”

Masjid ini dibangun atas perintah Mirza Hasan Ali Khan Nasir al-Mulk dan diselesaikan dalam waktu dua belas tahun oleh arsitek terkemuka Muhammad Hasan Memar. Dari segi seni ubin dan muqarnas, bangunan ini dianggap sebagai masjid paling bernilai di Iran, dan menjadi puncak ambisi dekoratif dalam arsitektur Islam.

Fasad luar masjid merupakan pendahulu yang memukau bagi keindahan interiornya. Pintu utama, yang dikenal sebagai “Taq-e Morvarid” (Kubah Mutiara), memiliki iwan yang cekung dan ditutupi ubin tujuh warna bermotif mawar dan bunga lili — penghormatan penuh warna bagi kota Shiraz. Namun, keajaiban sejatinya terjadi di ruang salat barat, di mana cahaya pagi menembus jendela-jendela kaca berwarna besar, menebarkan spektrum warna memukau di atas karpet Persia dan kubah-kubah berwarna yang disangga tiang-tiang spiral yang ramping.

Pertunjukan cahaya harian ini mengubah ruang suci menjadi kanvas hidup; di mana pelangi-pelangi yang fana menari di atas pola-pola islami dan mosaik berliku, menciptakan suasana spiritual yang tiada banding. Masjid Nasir al-Mulk pada akhirnya menjadi mahakarya absolut perpaduan estetika, di mana semangat keindahan Qajar mengubah cahaya menjadi medium ilahi dan artistik.

Masjid Vakil

Masjid Vakil, yang dibangun pada akhir abad ke-18 atas perintah Karim Khan Zand, merupakan perwujudan visi arsitektur yang kuat dan ambisius pada zamannya. Nama masjid ini, yang berarti “Wakil,” merujuk pada masa kemakmuran budaya dan stabilitas politik di Shiraz.

Masjid ini, dengan skala besar dan kemegahan arsitekturnya, dikenal sebagai kompleks religius dengan nilai artistik dan historis yang mendalam. Desain arsitekturnya merupakan jawaban cerdas terhadap keterbatasan ruang kota; pintu masuknya dirancang pada sudut sembilan puluh derajat agar halaman luasnya sejajar dengan arah kiblat dan tetap harmonis dengan Bazaar Vakil yang berdekatan — solusi yang mencerminkan kecanggihan geometris luar biasa.

Ruh artistik masjid terwujud dalam dua ruang utama: Ruang salat selatan, aula luas dengan empat puluh delapan tiang batu tunggal yang diukir spiral indah dan menyangga lengkungan bata tinggi; serta mihrab berubin tujuh warna yang memancarkan intensitas spiritual mendalam.

Ruang ini juga dihiasi mimbar dari batu pualam hijau tunggal dengan empat belas anak tangga. Dikisahkan bahwa biayanya begitu tinggi sehingga Karim Khan berkata, “Membuat mimbar dari emas murni akan lebih murah,” ungkapan yang menggambarkan penghargaan tinggi terhadap seni pada masa itu.

Iwan Mutiara di sisi utara, dengan dua menara berubin setinggi dua puluh meter di kedua sisinya, serta ruang salat musim dingin yang bertiang di timur, menyempurnakan kompleks yang bahkan mendapat pujian dari Madame Dieulafoy, arkeolog asal Prancis, yang mengatakan bahwa setiap ubin masjid ini adalah sebuah mahakarya yang dapat dibandingkan dengan karya seni terbaik di Barat. Masjid Vakil, dengan demikian, adalah warisan abadi dari komitmen dinasti Zand untuk menciptakan arsitektur yang sekaligus spiritual dan gemilang.

Masjid Moshir

Masjid Moshir, salah satu bangunan religius penting dari masa Qajar, merepresentasikan selera estetika halus arsitektur Iran abad ke-19.
Masjid ini dibangun atas perintah Abu’l Hasan Khan Moshir al-Mulk.

Terletak di kawasan bersejarah Sang-e Siah, dekat makam suci Shah Cheragh, masjid ini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pusat wisata religius utama di Shiraz. Daya tarik artistiknya merupakan bagian penting dari warisan budaya kota ini.

Nilai sejarah dan estetika bangunan tercermin dalam ubin-ubin berhias indah dengan detail menawan yang menjadikannya daya tarik bagi para pecinta seni dekoratif Islam. Masjid ini berdiri sebagai simbol harmoni antara keindahan dan spiritualitas dalam arsitektur Iran klasik.(PH)