Sayid Alavi: Pernyataan Trump akan Semakin Mengisolasi AS
(last modified Sat, 14 Oct 2017 20:27:09 GMT )
Okt 15, 2017 03:27 Asia/Jakarta
  • Hujjatul Islam wal Muslimin Sayid Mahmoud Alavi, Menteri Intelijen RII.
    Hujjatul Islam wal Muslimin Sayid Mahmoud Alavi, Menteri Intelijen RII.

Menteri Intelijen Republik Islam Iran mereaksi pernyataan permusuhan Presiden Amerika Serikat terhadap Iran, dan mengatakan, pernyataan Donald Trump akan mendorong rakyat Iran menuju persatuan dan konvergensi yang lebih besar.

Hujjatul Islam wal Muslimin Sayid Mahmoud Alavi mengungkapkan hal itu dalam wawancara dengan ISNA, Sabtu (14/10/2017).

"Trump tidak mengangkat isu-isu lain dalam retorikanya selain serangkaian tuduhan-tuduhan palsu, " imbuhnya.

Sayid Alavi menjelaskan bahwa pernyataan Presiden AS jauh dari akhlak, etika dan kesopanan.

Ia mengatakan, pernyataan anti-Iran dan perjanjian nuklir JPCOA (Rencana Aksi Bersama Komprehensif) oleh Trump akan membuat AS semakin terisolasi.

Presiden AS pada Jumat petang mengabaikan delapan laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang menegaskan komitmen Iran terhadap JCPOA. Trump mengatakan bahwa ia tidak akan mengkonfirmasi komitmen Iran terhadap perjanjian nuklir ini.

Kebijakan baru pemerintah AS tersebut tentunya bertujuan untuk merusak kesepakatan internasional JCPOA.

Usai pengumuman kebijakan baru pemerintah AS, Uni Eropa dan banyak negara dunia mengumukan akan sepenuhnya mendukung JCPOA seperti sebelumnya.

Presiden AS juga mengulang kembali tuduhan palsu terhadap Iran dan mengklaim bahwa Tehran mendukung terorisme. Trump kemudian memasukkan Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran/IRGC) ke dalam daftar sanksi.

AS memasukkan Pasdaran ke dalam daftar sanksi ketika pasukan ini memiliki peran mendasar dalam memberantas teroris Daesh (ISIS) di Suriah dan Irak, di mana menurut pengakuan pejabat AS sendiri, Daesh adalah bentukan Washington.

Selama ini, atas permintaan resmi pemerintah Suriah dan Irak, Pasdaran telah memberikan bantuan penasihat militer kepada kedua negara Arab ini untuk menumpas kelompok-kelompok teroris takfiri yang didukung oleh AS, di mana Trump tidak akan dapat menerima tindakan tersebut.

Presiden AS dalam pidatonya juga mengabaikan berbagai dokumen Kementerian Luar Negeri negaranya dan menggunakan nama palsu dengan Arab ketika menyebut Teluk Persia.

Usai pernyataan itu, Hassan Rouhani, Presiden Iran meminta Trump untuk memahami sejarah dan geografi dunia guna meningkatkan pemahamannya tentang kewajiban internasional, dan etika, etiket serta konvensi global. (RA)

Tags