Para Musafir Arbain Imam Husein as (2)
-
Haram Suci Imam Musa dan Imam Jawad as.
Kazhimain adalah salah satu kota ziarah terpenting di Irak setelah Najaf dan Karbala. Kota ini terletak di bagian barat Sungai Tigris dan barat laut Baghdad. Sungai Tigris yang memanjang telah memisahkan kota itu dari Baghdad.
Sejarah mencatat bahwa Kazhimain pernah menjadi pusat penting pendidikan Syiah, tetapi seiring berjalannya waktu, gelar itu berpindah ke kota-kota lain. Kazhimain telah melahirkan sejumlah besar ulama, fuqaha, penulis, penyair, cendekiawan, dan dokter.
Kota ini juga memiliki sejumlah pusat pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu agama. Pusat pendidikan yang paling terkenal adalah Madrasah Mohsin al-Aaraji yang didirikan pada awal abad ke-13 Hijriah. Kota ini juga memiliki beberapa perpustakaan besar yang penuh dengan manuskrip.
Kota tersebut diberi nama Kazhimain karena keberadaan dua pusara imam maksum yaitu: Imam Musa al-Kazhim dan Imam Muhammad al-Jawad as. Nama lain kota ini adalah Kazhimiyah, Balad al-Kazimi, dan al-Masyhad al-Kazhimi. Kota ini memiliki kedudukan yang penting bagi Muslim Syiah setelah kota ziarah Najaf dan Karbala.
Pada 25 Rajab 183 H, Imam Musa al-Kadhim as diracun oleh al-Sindi bin Shahik atas perintah Harun al-Rashid, khalifah Abbasiyah. Jasadnya dibawa ke pemakaman Quraish untuk dimakamkan, dan makam sucinya terletak di tempat yang sama, yang sekarang dikenal sebagai Kazhimiyah. Pada akhir Dzulkaidah 220 H, Imam Muhammad al-Jawad as, cucu Imam Musa al-Kadhim, dibunuh dan dikubur di sebelah kakeknya.
Daerah ini mulai ramai dihuni setelah pemakaman kedua imam tersebut. Didorong oleh iman mereka yang kuat kepada imam maksum, orang-orang mulai tinggal di sekitar makam untuk memberikan penjagaan, pengurusan, dan penginapan bagi para peziarah yang datang.
Menurut catatan sejarah era Abbasiyah, Kazhimain menyaksikan perkembangan yang pesat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Baghdad. Oleh karena itu, ia menjadi sangat padat penduduk dengan banyak bangunan seperti distrik-distrik lain di Baghdad.
Pada tahun 334 H (sekitar 835 M), Mu'izil-Dawla al-Buwaihi menguasai pemerintahan Baghdad. Salah satu prestasinya selama memerintah adalah membangun haram imam dengan bentuk yang indah. Saat ini, komplek makam suci Imam Musa dan Imam Jawad as membentuk pusat kota Kazhimain dan gerbang komplek haram (tempat suci) bermuara ke jalan-jalan utama dan pusat-pusat penting di kota itu.
Alauddin Juaini, salah satu penguasa Baghdad, juga termasuk seorang yang melakukan renovasi kota tersebut dan makam para Imam Syiah, khususnya setelah penyerangan Hulagu Khan pada tahun 651 H.

Komplek makam ini dianggap istimewa karena merupakan lokasi pemakaman dua imam maksum sekaligus dalam satu zarih (pagar makam). Zarih ini cukup besar dan memenuhi seluruh kolong kubah makam.
Haram ini memiliki dua kubah emas dengan empat menara. Ia dilengkapi dengan tiga beranda yang besar dan indah dengan tiang-tiang yang kokoh dan atap yang menjulang tinggi. Beranda ini dipercantik dengan dekorasi ubin dan mosaik cermin. Sejarah bangunan yang sekarang kembali ke awal abad ke-16 dan terawat dengan sangat baik.
Para peziarah datang berduyun-duyun ke makam Imam Musa dan Imam Jawad as dan tempat ini tidak pernah sepi dari pengunjung yang datang dari berbagai daerah Irak dan mancanegara. Haram ini menyambut para peziarah dari jauh dan dekat yang merindukan tempat ini, memanggil mereka dengan kubahnya yang terang benderang dan menara emasnya yang menjulang tinggi.
Ini adalah tempat di mana orang-orang yang tertekan akan mendapatkan bantuan dengan izin Allah Swt, dan mereka yang membutuhkan akan memperoleh hajatnya. Para pecinta Ahlul Bait Nabi as tidak pernah berhenti mendatangi makam Imam Musa dan Imam Jawad as, dan mereka larut dalam keheningan di tempat itu.
Konstruksi bangunan haram terus diperluas untuk menyambut para peziarah. Pembangunan haram ini telah melewati banyak tahapan dan telah menyaksikan perbaikan yang berulang kali.
Komplek makam Imam Musa dan Imam Jawad as adalah tempat yang luar biasa, yang menggunakan seni arsitektur Islami. Di dinding dan langit-langit, potongan-potongan cermin kecil secara terampil dipasang untuk menyelaraskan dekorasi lain di sekitarnya dan mewakili sebuah mahakarya.

Para pengunjung biasanya akan mengawali kegiatannya dengan membaca doa ziarah sebelum menyentuh zarih dan bertawassul kepada kedua manusia suci itu. Doa ziarah Imam Musa as memuat makrifat yang tinggi dan mengabarkan tentang keterasingan, ketertindasan, dan kebenaran yang beliau perjuangkan.
Penguasa Abbasiyah tidak hanya merampas hak kepemimpinan umat dari Imam Musa dan Imam Jawad as, tetapi juga membatasi gerak-gerik mereka sehingga masyarakat tidak bisa memperoleh lautan makrifat dari mereka. Ini adalah sebuah kejahatan yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah dan Abbasiyah terhadap semua imam maksum as.
Salah satu bait doa ziarah Imam Musa as berbunyi, "Ya Allah, (mohon) sampaikan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul Baitnya. Dan sampaikan shalawat kepada Musa bin Jakfar, penerus orang-orang yang saleh, pemimpin yang sangat baik, dan pewaris ketenangan dan kesungguhan… dia selalu menghabiskan malam tanpa tidur sampai fajar dengan menyibukkan diri dengan istighfar dan memohon pengampunan."
"Dia (Imam Musa as) adalah sahabat yang tak terpisahkan dari sujud yang panjang, air mata yang deras, munajat yang sangat banyak… akal, pemikiran, kebijaksanaan, kebaikan, kebajikan, kedermawanan, dan pemaaf selalu termanifestasi dalam dirinya. Ia terbiasa dengan kesulitan dan kesabaran, dan dia teraniaya, dimakamkan secara zalim dan disiksa dalam kegelapan penjara…"
Para pengunjung biasanya akan melanjutkan dengan menziarahi makam para ulama yang dimakamkan di komplek itu. Beberapa makam para ulama dan fuqaha besar di Kazhimain adalah Syeikh Mufid (fuqaha besar dan teolog Syiah), Khoja Nashiruddin Thusi (ulama dan tokoh besar Syiah), Abu Yusuf Qadhi (faqih dan ulama masyhur Ahlu Sunnah dan murid Abu Hanifah), Sayid Radhi (penulis kitab Nahjul Balaghah), dan Sayid Murtadha.
Imam Musa dan Imam Jawad as telah menunjukkan kebaikan, kemurahan hati, dan kasih sayang. Bahkan setelah kepergian mereka dari dunia ini, Kazhimain memperoleh pendapatan dari jutaan peziarah yang datang dari berbagai negara dan roda ekonomi berputar karena kehadiran mereka. (RM)