Lawatan Zarif ke Amerika Latin; Penekanan Regionalisasi dan Komunikasi Transregional
(last modified Thu, 25 Jul 2019 04:00:15 GMT )
Jul 25, 2019 11:00 Asia/Jakarta
  • Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran
    Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran

Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran di akhir kunjungannya ke tiga negara Amerika Latin melawat Bolivia.

Menteri luar negeri Republik Islam Iran dalam kunjungan ini, selain melakukan pembicaraan dengan Evo Morales, Presiden Bolivia, juga akan melakukan pertemuan dengan Diego Pary, timpalannya dari Bovilia dan membicarakan kerja sama bilateral.

Sebelum mengunjungi Bolivia, Menlu Zarif terlebih dahulu melakukan perjalan ke negara Venezuela dan Nikaragua.

Evo Morales dan Mohammad Javad Zarif

Lawatan Zarif ke Amerika Latin menjadi sangat penting dengan hadir di sidang menteri-menteri luar negeri negara-negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB). Kunjungan ini dan begitu juga ketika mengikuti sidang tahunan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) menunjukkan diplomasi Iran yang dinamis dan aktif. Hal ini menunjukkan upaya Washington untuk mengisolasi Tehran bukan saja gagal, tapi justru menciptakan peluang baru untuk Iran lebih berperan lagi di kancah internasional dan menghadapi unilateralisme Gedung Putih.

Pelbagai wawancara dan pembicaraan menteri luar negeri Iran dilakukan dalam kondisi ketika Amerika Serikat berusaha membatasi pergerakan delegasi diplomasi Iran dengan tujuan mempertanyakan aktivitas diplomasi Iran. Kenyataan ini menunjukkan kemampuan diplomasi Iran.

Kunjungan Zarif ke tiga negara Amerika Latin mendapat perhatian para pejabat Amerika Serikat dan Washington memperhatikan lawatan ini dengan detil. Puncak sensifitas ini muncul dalam komentar John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Donald Trump yang dipublikasikan di laman Twitter-nya. Bolton menyebut kehadiran menteri luar negeri Iran di samping Nicolas Maduro, Presiden Venezuela di Karakas seperti ketika Zarif sedang berada di rumahnya sendiri di Tehran.

Pidato Zarif di New York dan pernyataannya di sidang GNB yang dihadiri 120 negara anggota yang merupakan organisasi internasional terbesar setelah PBB membuat lawatan Zarif memiliki pelbagai dimensi penting.

Mohammad Javad Zarif dalam sidang menteri-menteri luar negeri anggota GNB di Karakas menilai kebijakan unilateralisme Amerika Serikat sebagai tantangan paling penting yang dihadapi semua negara-negara anggota GNB.

Zarif menekankan, "Tantangan ini sedang berusaha melemahkan supremasi hukum di tingkat internasional dan dengan berbagai cara sedang mengancam perdamaian dan stabilitas di seluruh dunia."

Menteri luar negeri Iran menyinggung tekad negara-negara anggota Gerakan Non-Blok untuk mempertahankan, memperkuat organisasi dan meningkatkan kerja sama demi melindungi kepentingan bangsa-bangsa di dunia.

"Sekarang sistem hukum internasional menghadapi ancaman lebih besar ketimbang sebelumnya. Negara-negara anggota GNB harus berada dalam satu barisan dan fokus untuk berusaha bagaimana menghilangkan ancaman ini. Bila kita tidak melakukannya, niscaya kita semua menjadi pecundang," tegas Zarif.

Iran dan negara-negara Amerika Latin telah menciptakan hubungan satu sama lain di sektor ekonomi, politik dan budaya, sekalipun dipisahkan jarak geografi yang sedemikian jauhnya. Dalam hal ini, hubungan Iran dan negara-negara seperti Kuba dan Venezuela yang punya cara pandang anti imperialisme dan dari sisi politik dekat dengan Iran, semakin berkembang.

Mohammad Javad Zarif dan Nicolas Maduro

Hassan Abedini, pakar politik luar negeri menyinggung perjalanan Zarif ke Amerika Latin dan mengatakan, "Kunjungan ini dilakukan setelah pelanggaran komitmen yang terus dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Hal ini menunjukkan Iran tengah berusaha menciptakan keseimbangan kebijakan luar negerinya di seluruh geopolitik internasional. Sebenarnya, ini adalah kesempatan yang sangat luar biasa bagi Iran dan untungnya Tehran telah berhasil mengembangkan hubungannya dengan bagian-bagian lain dunia, tanpa berharap pada negara-negara yang prinsip kerja samanya berdasarkan kolonialisme dan hegemoni. Masalah ini akan menguntungkan kepentingan bangsa-bangsa di dua kawasan."

Dalam kerangka seperti ini, Republik Islam Iran berusaha menekankan regionalisasi dan perlunya komunikasi transregional untuk memperluas hubungan multilateral dengan negara-negara di kawasan itu. Prestasi lawatan Zarif ke Amerika Latin harus dinilai dalam kerangka ini.