Iran Aktualita 27 Juli 2019
-
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
Dinamika Iran selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting diantaranya pernyataan Rahbar bahwa Palestina tetap menjadi masalah terpenting dunia Islam, lawatan Menlu Iran ke Amerika Latin, kunjungan perdana menteri Irak ke Iran dan masalah penahanan tanker Inggris serta penekanan Hassan Rouhani soal keamanan Teluk Persia dan Laut Oman.
Rahbar: Palestina Tetap Menjadi Masalah Terpenting Dunia Islam
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran hari Senin (22/07) pekan lalu dalam pertemuan dengan delegasi tinggi Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di Tehran menyebut Palestina tetap menjadi masalah pertama dan terpenting dunia Islam.
Rahbar memuji perlawanan dan resisteni menakjubkan rakyat Palestina dan faksi-faksi Muqawama seperti Hamas dan menekankan, "Kemenangan tidak dapat diraih tanpa perlawanan dan perjuangan dan kami berdasarkan janji ilahi yang pasti terjadi meyakini bahwa masalah Palestina pasti berakhir dengan kemenangan rakyat Palestina dan dunia Islam."
Dalam hal ini, Rahbar dalam pesannya menegaskan kembali bahwa Republik Islam Iran dalam masalah Palestina tidak sungkan dengan negara manapun di dunia seraya mengingatkan, "Salah satu sebab penting permusuhan dengan Republik Islam Iran adalah masalah Palestina, tapi segala permusuhan dan tekanan ini tidak menyebabkan Iran mundur dari sikapnya dalam masalah Palestina. Karena mendukung Palestina merupakan masalah keyakinan dan agama."
Kebijakan luar negeri Republik Islam Iran ketika mengumumkan Hari Quds Sedunia sampai sekarang selalu mendukung bangsa Palestina yang tertindas, mengecam aksi-aksi menciptakan perselisihan di Palestina dan mengutuk kejahatan Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel. Dengan dasar ini, Republik Islam Iran selalu berada di sisi rakyat Palestina dan mendukung cita-cita mereka.
Sebagaimana yang disampaikan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, mendukung Palestina merupakan satu prinsip mendasar kebijakan luar negeri Republik Islam Iran.
Sebelumnya, dalam pesan yang disampaikan sat bertemu dengan para pelaksana haji, Rahbar menyinggung bagaimana musuh memusatkan pikirannya untuk menghadapi umat Islam, khususnya masalah Palestina.
Rahbar mengatakan, "Sekarang, Amerika Serikat menyebut kebijakan setannya tentang Palestina dengan nama "Kesepakatan Abad", tapi mereka harus tahu bahwa dengan keutamaan ilahi, Kesepakatan Abad ini tidak akan pernah terwujud dan semoga buta mata para pejabat Amerika, karena masalah Palestina tidak akan hilangan dari ingatan, serta Quds tetap akan menjadi ibukota Palestina."
Lawatan Menlu Iran ke Tiga Negara Amerika Latin
Menteri luar negeri Iran pekan lalu setelah melakukan kunjungan kerja ke New York untuk mengikuti sidang tahunan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) menunjungi tiga negara Amerika Latin; Venezuela, Nikaragua dan Bolivia.
Pidato Zarif di New York dan pernyataannya di sidang GNB yang dihadiri 120 negara anggota yang merupakan organisasi internasional terbesar setelah PBB membuat lawatan Zarif memiliki pelbagai dimensi penting.
Mohammad Javad Zarif dalam sidang menteri-menteri luar negeri anggota GNB di Karakas menilai kebijakan unilateralisme Amerika Serikat sebagai tantangan paling penting yang dihadapi semua negara-negara anggota GNB.
Zarif menekankan, "Tantangan ini sedang berusaha melemahkan supremasi hukum di tingkat internasional dan dengan berbagai cara sedang mengancam perdamaian dan stabilitas di seluruh dunia."
Iran dan negara-negara Amerika Latin telah menciptakan hubungan satu sama lain di sektor ekonomi, politik dan budaya, sekalipun dipisahkan jarak geografi yang sedemikian jauhnya. Dalam hal ini, hubungan Iran dan negara-negara seperti Kuba dan Venezuela yang punya cara pandang anti imperialisme dan dari sisi politik dekat dengan Iran, semakin berkembang.
Kunjungan Perdana Menteri Irak ke Tehran
Pekan lalu, perdana menteri Irak melakukan kunjungan kenegaraan ke Tehran.
Adil Abdul-Mahdi, Perdana Menteri Irak hari Senin (22/07) bersama rombongan tiba di Tehran dan satu dari agenda penting perundingan para pejabat tinggi dua negara dalam pertemuan ini adalah masalah keamanan dan stabilitas regional.
Adil Abdul-Mahdi dalam pertemuan dengan Hassan Rouhani, Presiden Republik Islam Iran seraya mengisyaratkan hubungan dan kerja sama Iran dan Irak di berbagai sektor mengatakan, kita harus berusaha menjamin dan menjaga kepentingan bersama dengan memperluas hubungan bilateral dan upaya untuk mempercepat implementasi kesepakatan kedua negara.
Perdana menteri Irak seraya mengisyaratkan sejumalh konspirasi untuk meningkatkan tensi di kawasan menambahkan, Irak tidak terlibat dalam sanksi anti Iran dan tidak akan.
Republik Islam Iran selalu berusaha memperluas perdamaian dan keamanan di kawasan dan dalam kerangka ini menekankan kerja sama regional.
Dalam pertemuannya dengan Adil Abdul Mahdi, Perdana Menteri Irak, Hassan Rouhani, Presiden Republik Islam Iran menekankan, "Di kondisi ketika kawasan masih belum stabil dan keamanan yang seharusnya belum diraih, perluasan kerja sama dan hubungan penuh Tehran-Baghdad pastinya sangat berpengaruh bagi perluasan serta peningkatan keamanan dan stabilitas regional"
Iraj Masjedi, Duta Besar Iran untuk Irak meyakini bahwa dengan mencermati saling kunjung terbaru antara para pejabat tinggi dunia negara Iran dan Irak, hubungan dua negara bertetangga telah memasuki periode baru kerja sama politik dan ekonomi dan masah ini mempengaruhi positif peningkatan kerja sama regional dan internasional dua negara.
Penahanan Tanker Inggris dan Keamanan Teluk Persia
Menyusul pelanggaran sebuah kapal tanker Inggris ketika hendak melewati Selat Hormuz, pasukan angkatan laut Iran mengambil tindakan dengan menghentikan tanker Inggris ini.
Wakil Tetap Republik Islam Iran di PBB pekan lalu mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB dan menyatakan bahwa kapal tanker yang ditahan pada hari Jumat, 19 Juli 2019 di Selat Hormuz menabrak sebuah kapal penangkap ikan Iran dan mengakibatkan kerusakan, dimana sejumlah anak buah kapal Iran terluka, bahkan ada yang kondisinya sangat mengkhawatirkan.
Sesuai dengan surat ini, kapal tanker Inggris setelah peristiwa tersebut mengacuhkan peringatan para pejabat Iran dan dengan mematikan alat-alat navigasinya, dan melakukan langkah berbahaya dengan mengubah rutenya. Kapal tersebut bergerak melawan arus dan berusaha untuk melarikan diri yang berujung pada penahanannya oleh pasukan angkatan laut Iran.
Dalam surat ini disebutkan juga bahwa langkah Iran itu penting untuk menciptakan ketertiban, supremasi hukum dan melindungi keamanan maritim di Selat Hormus serta sesuai dengan aturan internasional.
WATAP Iran dalam suratnya juga mengumumkan, "Sesuai dengan perintah pejabat berwenang di Mahkamah Agung, penyidikan soal pelanggaran kapal tanker ini tengah dilakukan termasuk kerugian yang dilakukan terhadap ekosistem laut, kapal penangkap irak Iran, anak buah kapal dan para penangkap ikan."
Apa yang dilakukan Iran ini ketika pada 4 Juli, pasukan angkatan laut Inggris menyita kapal tanker Iran di Selat Gibraltal dengan alasan tidak memperhatikan sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.
Surat kabar The Guardian dalam laporannya mengakui, "John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Gegung Putih mendorong pemerintah Inggris untuk menyita kapal tanker Iran di Selat Gibraltal."
Pada saat yang sama, Presiden Iran menyebut keamanan Teluk Persia, Laut Oman dan Selat Hormuz sangat penting bagi Iran.
"Iran selain menjaga keamanan Teluk Persia dan Selat Hormuz, juga berusaha melindungi perairan dunia lain seperti Bab El Mandeb dan Samudra Hindia," imbuhnya.
Rouhani menegaskan, langkah IRGC menahan kapal tanker Inggris di Selat Hormuz sudah benar dan seluruh dunia harus berterimakasih kepada IRGC karena telah menjaga keamanan Teluk Persia.
Ia menandaskan, Iran tidak akan membiarkan negara manapun menciptakan ketidakamanan di Teluk Persia dan Selat Hormuz, dan semua yang dilakukan Iran di wilayah ini sesuai dengan pelanggaran pihak lawan.