Tuduh Hamas, Alat Netanyahu Solusi dari Krisis Internal dan Internasional
-
PM Israel Benjamin Netanyahu
Pars Today - Dalam upaya menghindari tekanan internal dan internasional, Perdana Menteri Zionis Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata. Analis Israel menganggap tindakan ini sebagai upaya terakhirnya untuk kembali berperang dan menghindari krisis.
Ron Ben-Yishai, analis surat kabar Zionis Ma'ariv memperingatkan dalam sebuah analisis bahwa Benjamin Netanyahu, untuk menghindari tekanan internasional dan krisis domestik, berupaya menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata guna membuka jalan bagi kembalinya perang di Jalur Gaza.
Menurut Pars Today, Ron Ben-Yishai menekankan bahwa pemerintah AS juga mengetahui motif sebenarnya Netanyahu untuk memulai kembali perang, dan skenario ini dapat membantu Perdana Menteri Israel lolos dari pengadilan dan opini publik.
Ron Ben-Yishai menekankan, Satu-satunya cara bagi Perdana Menteri Israel untuk lolos dari krisis adalah dengan menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata agar dapat kembali berperang. Sebuah langkah yang dapat membantu Netanyahu lolos dari tekanan internasional dan masalah hukumnya.
Analis Zionis ini menambahkan, "Kelompok yang kalah di sekitar Netanyahu menyadari bahwa perang Gaza telah berakhir dengan kekalahan telak, tetapi mereka terlambat menyadari kenyataan ini."
Menurutnya, "Kita menghadapi kenyataan baru ini, yaitu adanya pembicaraan tentang persiapan syarat-syarat pembentukan negara Palestina, sehingga tidak ada pilihan selain menuduh Hamas melanggar perjanjian terhadap Netanyahu untuk menghalangi implementasi perjanjian tersebut atau menggagalkannya."
Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, memperingatkan pada hari Minggu (26/10/2025) dalam sebuah wawancara dengan Al-Arabi Al-Jadeed bahwa ketidakpedulian masyarakat internasional dalam menanggapi pelanggaran gencatan senjata oleh rezim Israel dapat menyebabkan eskalasi ketegangan.
Qassem mengatakan bahwa rezim Zionis terus melanggar perjanjian gencatan senjata yang ditetapkan di bawah pengawasan internasional, dan 90 orang telah gugur sebagai akibat dari pelanggaran ini.
Pada hari Kamis, 9 Oktober, gerakan Hamas mengeluarkan pernyataan yang secara resmi mengumumkan tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza dan pertukaran tahanan.
Militer Israel secara resmi mengumumkan penerapan gencatan senjata di Jalur Gaza pada Jumat (10/10) sore dan mengumumkan, "Berdasarkan perjanjian tersebut, pasukan Israel akan tetap ditempatkan di beberapa wilayah Jalur Gaza. Hal ini terjadi sementara rezim Zionis terus menghalangi pelaksanaan ketentuan-ketentuan fase pertama gencatan senjata dan pelanggaran berulangnya dengan membunuh warga Palestina dan menghancurkan Gaza."(sl)