Istri Soleimani: AS Sambut Tamunya dengan Penjara
(last modified Wed, 23 Oct 2019 13:03:58 GMT )
Okt 23, 2019 20:03 Asia/Jakarta

Istri Masoud Soleimani, seorang ilmuwan Republik Islam Iran mengatakan, Amerika Serikat mengundang tamunya, dan menyambut tamunya itu dengan memenjarakannya.

"Saya benar-benar tidak tahu, negara mana dan di mana, seorang tamu masuk ke sebuah tempat dan sebuah negara, namun dia disambut dengan penangkapan dan pemenjaraan," kata  Mahnaz Rabeie dalam jumpa pers di kantor pusat Press TV di Tehran pada  pada hari Selasa (22/10/2019).

Keluarga Masoud Soleimani mengecam pemenjaraan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap ilmuwan Republik Islam Iran ini dan menuntut pembebasannya.

Mereka menyebut tindakan pemerintah AS sebagai "tindakan bermusuhan dan tidak manusiawi" yang dimaksudkan untuk menekan pemerintah Iran.

Mahnaz Rabeie dalam jumpa pers tersebut mengecam AS karena memenjarakan suaminya selama setahun penuh tanpa pengadilan yang adil.

Rabeie menolak klaim bahwa suaminya telah ditangkap karena melanggar sanksi AS terhadap Iran. Dia menegaskan bahwa penahanan itu bermotif politik.

Rabeie mengatakan, jika suaminya melanggar sanksi, tindakan penahanan di penjara tanpa pengadilan bukanlah hukuman yang proporsional.

Dia menambahkan, Masoud Soleimani tetap dipenjara meski tidak ada bukti yang memadai untuk menghukumnya.

Soleimani adalah seorang profesor dan peneliti biomedis di Universitas Tarbiat Modares (TMU) di Tehran. Dia juga mendapat pengakuan sebagai salah satu dari 1% ilmuwan dan peneliti teratas berdasarkan ISI (Thomson Scientific Institute) pada 2015.

Ilmuan Iran ini ditangkap oleh Biro Investigasi Federal AS (FBI) setelah kedatangannya di bandara Chicago, Amerika pada 22 Oktober 2018.

Soleimani pergi ke Amerika atas undangan Mayo Clinic di Minnesota untuk memimpin program penelitian di sana, tetapi dia tiba-tiba ditangkap FBI, yang juga membatalkan visa penelitiannya. FBI maupun jaksa AS sejauh ini secara resmi belum mengomentari penahanannya.

Berdasarkan pernyataan keluarga Soleimani, keberadaan Soleimani tidak diketahui hingga satu minggu sampai polisi bandara Chicago mengklaim bahwa ilmuwan Iran ini telah kembali ke negaranya dengan penerbangan Qatar.

"Itu adalah upaya gagal yang pada akhirnya hanya mengungkapkan langkah sengaja AS untuk berpura-pura bahwa Profesor Soleimani 'menghilang' guna mengalihkan proses pengejaran. Sekarang, Profesor Masoud Soleimani telah ditahan di penjara selama hampir setahun tanpa dakwaan dan persidangan. Ilmuwan muda yang tidak memiliki catatan tindakan negatif atau melanggar hukum dalam hidupnya ini tidak diizinkan untuk dibebaskan dengan jaminan sampai persidangannya. Upaya dan penelitian ilmiahnya selalu transparan dan membantu kemanusiaan, dan tindakan serta perbuatannya sangat manusiawi dan dihormati di penjara menurut para tahanan dan penjaga," imbuh pernyataan keluarga Soleimani.

Keluarga Soleiman juga  menyatakan kekhawatiran atas kondisi mental dan fisik ilmuwan Iran ini selama di penjara. Menurut keluarganya, Soleimani menderita sindrom iritasi usus kronis, dan berat badannya menurun hingga 15 kg dan menderita kehilangan penglihatan yang parah.

Pernyataan itu menambahkan bahwa berbagai upaya oleh keluarganya dan perwakilan Iran di AS untuk memberinya obat yang sangat dibutuhkan tidak berhasil. Keluarga Soleimani mengutuk tindakan bermusuhan pemerintah AS itu.

"Kami yakin bahwa penyalahgunaan warga negara untuk menekan pemerintahannya adalah tindakan yang tidak manusiawi dan contoh nyata pelanggaran Hak Asasi Manusia. Konspirasi pemerintah AS dan Klinik Mayo untuk mengatur dan menangkap seorang ilmuwan, yang ahli dalam bidangnya (Stem Cells) dan telah melangkah untuk membantu pasien yang sulit disembuhkan di seluruh dunia adalah gerakan yang bertujuan, terutama ketika kita melihat bahwa dia telah menulis banyak artikel di bidang ini. Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah ilmuwan non-Amerika mencapai sains dan kemajuan," jelas pernyataan itu.

Keluarga Soleimani menegaskan, tidak ada orang yang berakal yang menyetujui "perilaku bias dan tidak manusiawi" ini.

Mereka menuntut AS sebagai negara yang mengklaim mengadvokasi HAM dan keadilan untuk membebaskan Soleimani segera mungkin.

Keluarga Soleimani menegakan bahwa jika memang ada bukti, tentunya persidangan atas ilmuwan Iran ini tidak akan ditunda selama satu tahun.

"Kami menyerukan para cendekiawan dan ilmuwan Iran dan non-Iran untuk memprotes pemerintah AS dan kebijakan anti-HAM untuk menghindari terulangnya kasus-kasus seperti ini. Kami juga mendesak mereka untuk menuntut pemerintah AS dan sistem hukumnya untuk segera membebaskan Profesor Masoud Soleimani," tegas pernyataan itu.

Jaksa mendakwa Soleimani, yang bekerja dalam penelitian Sel Punca, hematologi, dan kedokteran regeneratif, dan dua mantan muridnya berkonspirasi dan berusaha mengekspor vial hormon pertumbuhan dari AS ke Iran tanpa izin, yang melanggar sanksi Amerika.

Mereka diam-diam memperoleh dakwaan terhadap Soleimani pada Juni 2018, sebelum kedatangannya di AS.

Sementara itu, pengacara para ilmuwan mengatakan bahwa tidak ada lisensi khusus yang diperlukan untuk percobaan pengangkutan karena hormon tersebut merupakan bahan medis dan membawa mereka ke Iran untuk tujuan non-komersial tidak sama dengan mengekspor barang.

Hormon tersebut, yang merupakan bentuk protein sintetik, tidak dilarang di AS atau Iran dan digunakan secara eksklusif untuk penelitian medis.

Kini kondisi Soleimani di penjara Amerika dilaporkan memburuk. Upaya telah dilakukan untuk membebaskannya, namun belum membuahkan hasil.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Sayid Abbas Mousavi pada hari Senin, 21 Oktober 2019  mengatakan bahwa Tehran telah memberikan kepada AS daftar tahanan Iran yang mereka inginkan untuk dibebaskan dalam kemungkinan kesepakatan pertukaran tahanan.

Menurut Mousavi, sekitar 20 warga Iran telah ditahan oleh AS atas tuduhan "tidak berdasar" untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran.

Jubir Kemlu Iran menyebut penangkapan itu sama dengan "penculikan dan penyanderaan." Dia juga menyinggung kekhawatiran atas memburuknya kondisi kesehatan Soleimani.

Secara terpisah pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa  pihaknya telah mengejar kasus ini selama perjalanannya baru-baru ini ke New York dan menyatakan harapan bahwa akan ada "kabar baik" tentang Soleimani dalam waktu dekat.

Aktivis media sosial juga telah meluncurkan kampanye dengan tagar #Free_Masoud_Soleimani untuk menarik perhatian global pada kasus ilmuwan Iran yang dipenjara satu tahun terakhir ini.  (RA)

Tags