Pertemuan Peserta Konferensi Persatuan Islam dengan Rahbar
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-33 digelar di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Kamis, 14 November 2019. Konferensi tahunan yang diprakarsai Republik Islam Iran ini mengusung tema "Persatuan Umat Islam untuk Membela Masjid al-Aqsa".
400 ulama, tokoh politik, cendekiawan dan akademisi dari 90 negara dunia, termasuk Republik Indonesia berpartisipasi dalam konferensi yang membahas itu-isu penting dunia Islam, terutama Palestina.
Pada pertemuan tingkat dunia ini, 10 pembicara menyampaikan pandangannya, dan penghargaan diberikan kepada lima tokoh internasional terkemuka. Konferensi Persatuan Islam tahun ini dibagi menjadi empat komite dan 16 pertemuan khusus diadakan, di mana petemuan-pertemuan ini akan fokus pada masalah pemuda dan gerakan perlawanan.
Pada hari Jumat, 15 November 2019, para peserta konferensi bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Said Ali Khamenei.
Dalam pidato pertemuan tersebut, Ayatullah Khamenei mengatakan, terhapusnya Israel berarti terhapusnya rezim buatan Zionis, dan berkuasanya pemerintahan terpilih para pemilik asli Palestina baik itu dari Islam, Kristen maupun Yahudi.
"Musuh Islam, yang dipimpin Amerika Serikat, menentang prinsip agama Islam dan semua negara Muslim. Senjata utama mereka di kawasan adalah infiltrasi di pusat-pusat sensitif dan pusat pengambilan keputusan, menciptakan perpecahan di antara bangsa-bangsa, dan mengajukan opsi menyerah di hadapan Amerika sebagai solusi masalah. Jalan keluar untuk menghadapi konspirasi ini adalah penyadaran dan perlawanan di jalan kebenaran," imbuhnya.
Rahbar menjelaskan, tahapan-tahapan persatuan, tahap paling rendah dan paling awal dalam menyatukan Dunia Islam adalah menghindari saling serang dan saling pukul di antara masyarakat, pemerintah, kaum dan mazhab Islam, dan bersatu melawan musuh bersama.
"Pada tahap yang lebih tinggi, negara-negara Muslim harus bersinergi di bidang ilmu pengetahuan, kekayaan, keamanan dan kekuatan politik demi mencapai peradaban baru Islam, dan tujuan Iran juga sama yaitu mencapai peradaban baru Islam," ujarnya.
Menurut Rahbar, musibah-musibah yang menimpa Dunia Islam termasuk pendudukan Palestina dan perang berdarah di Yaman, Asia Barat dan Afrika Utara diakibatkan oleh tidak adanya komitmen atas prinsip menghindari konflik, dan tidak adanya persatuan melawan musuh bersama.
"Hari ini musibah terbesar Dunia Islam adalah pendudukan Palestina, sebuah bangsa yang terasing dari rumah dan tanah airnya sendiri," turturnya.
Ayatullah Khamenei lebih lanjut menyinggung upaya musuh menyimpangkan makna penegasan Imam Khomeini ra dan pejabat pemerintah Islam tentang penghapusan Israel.
"Kami adalah pendukung Palestina, kemerdekaan dan keselamatannya. Penghapusan Israel bukan berarti penghapusan rakyat Yahudi, karena kami tidak mempermasalahkan mereka, di negara kami pun tinggal sekelompok warga Yahudi dalam keamanan penuh," tegasnya
Ayatullah Khamenei menandaskan, rakyat Palestina baik Muslim, Kristen maupun Yahudi yang merupakan pemilik asli tanah air mereka, harus bisa memilih pemerintahannya sendiri, dan pihak asing, perusuh serta pengacau seperti Benjamin Netanyahu harus diusir, sehingga bangsa Palestina bisa mengelola negaranya sendiri, dan ini akan segera terwujud.
Di bagian akhir pidatonya, Rahbar menilai tanggung jawab para intelektual dan ulama Dunia Islam sangat penting.
"Kalian harus membela kebenaran dengan segenap kekuatan, jangan takut musuh, ketahuilah Dunia Islam dengan bantuan Ilahi tidak lama lagi akan menyaksikan cita-citanya terwujud," pungkasnya. (RA)