Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi selama sepekan terakhir di Iran, di antaranya masih seputar gugurnya ilmuwan nuklir Iran, Dr. Mohsen Fakhirzadeh. Rahbar meminta para ilmuwan Iran melanjutkan perjuangan Syahid Fakhrizadeh, motif teror Syahid Fakhirzadeh jegal kemajuan Iran, Israel dalang teror Dr. Fakhrizadeh, dan Parlemen Iran mengesahkan RUU staretegis untuk mencabut sanksi.
Rahbar Minta Ilmuwan Iran Lanjutkan Jalan Fakhrizadeh
Seorang ilmuwan nuklir Iran, yang juga Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Kementerian Pertahanan Iran, Dr. Mohsen Fakhrizadeh gugur syahid dalam sebuah serangan teror di pinggiran kota Tehran pada Jumat (27/11/2020) sore.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menuntut hukuman atas para pelaku, dan dalang teror yang menyebabkan gugurnya ilmuwan terkemuka Republik Islam Iran, Dr. Mohsen Fakhrizadeh dan meminta para ahli Iran untuk melestarikan warisan ilmu pengetahuan dan teknologi Dr.Fakhrizadeh, serta melanjutkan jalan dan upayanya di bidang sains dan teknologi.
"Ada dua masalah penting yang harus diperhatikan semua pejabat pemerintah Iran secara serius. Pertama, pengusutan kasus kejahatan ini, dan menghukum keras para pelakunya, serta pihak yang memberi perintah, dan kedua, melanjutkan kerja keras Syahid Fakhirzadeh di bidang ilmu pengetahuan, dan berbagai bidang yang digelutinya," kata Rahbar dalam sebuah pesan seperti dikutip dikutip Alalam (28/11/2020).
Rangkaian teror ini pertama kali dilakukan terhadap Dr. Masoud Alimohammadi, dosen fisika terkemuka Iran oleh Majid Jamali Fashi, yang berafiliasi ke dinas intelijen Israel, Mossad, pada 12 Januari 2010 di Jalan Gheytarieh, dekat Tehran, tepat di depan rumahnya.
Disusul dua tahun kemudian dengan teror Dr. Majid Shahriari, dan Fereydoun Abbasi, pada 29 November 2010, dan dilanjutkan dengan teror Mostafa Ahmadi Roushan, pada 11 Januari 2012. Saat ini aksi teror terhadap ilmuwan masih terus berlangsung, dan yang terbaru adalah teror sadis para pengklaim pembela HAM terhadap Dr. Mohsen Fakhrizadeh.
Kepala Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia Iran, Ali Bagheri-Kani menilai tujuan pembunuhan elit Iran dan sanksi yang diterapkan terhadap negara ini demi menjegal kemajuan bangsa Iran.
"Pengalaman empat dekade terakhir menunjukkan bahwa tekanan sanksi telah membebani rakyat Iran, tetapi tidak dapat menghentikan kemajuannya, " ujar Bagheri-Kani.
"Teror dan sanksi adalah dua sisi mata uang yang sama yang dilancarkan terhadap rakyat Iran, yang dimulai pada masa pemerintahan Obama," tegasnya.
Mengenai aksi teror terhadap Syahid Mohsen Fakhrizadeh, Kepala Pusat Riset dan Inovasi Kementerian Pertahanan Iran pada hari Jumat (27/11/2020), Bagheri-Kani menjelaskan, "Kejahatan ini kelanjutan dari kebijakan tekanan maksimum Trump, yang meneruskan era Obama terhadap bangsa Iran,".
Menurutnya, kebijakan tekanan maksimum Trump, dan sanksi yang dijatuhkan pada masa pemerintahan Obama menyasar berbagai bidang yang berkaitan dengan kebutuhan dasar rakyat Iran, bahkan para pejabat Amerika memperluasnya ke peralatan medis dan obat-obatan.
"Pemerintah Barat telah melakukan kejahatan di bidang lain. Ketika Obama menjabat, lima ilmuwan nuklir Iran dibunuh," paparnya menunjukkan bukti kejahatan AS di era Obama.
Israel Dalang Teror Syahid Fakhrizadeh
Kementerian Intelijen Iran, Minggu (29/11/2020) sore menemukan petunjuk tentang para pelaku di balik pembunuhan ilmuwan nuklir dan Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Kementerian Pertahanan, Syahid Mohsen Fakhrizadeh.
Sejumlah bukti baru akurat terkait teror ilmuwan nuklir Iran, ditemukan, dan menunjukkan anasir-anasir intelijen rezim Zionis Israel, dan Mojahedin Khalq Organization, MKO terlibat langsung dalam merancang, dan melancarkan teror ini.
Iran Press (30/11/2020) menemukan detail bukti baru dari teror ilmuwan nuklir Iran, Kepala Organisasi Riset dan Inovasi, Kementerian Pertahanan Iran, Dr. Mohsen Fakhrizadeh, yang menunjukkan keterlibatan langsung dinas intelijen Israel, dan MKO dalam teror ini. Bekas-bekas senjata yang digunakan para penyerang pasca teror Syahid Mohsen Fakhrizadeh menunjukkan bahwa senjata yang digunakan itu buatan Israel.
Menurut bukti baru yang ditemukan, teror dilakukan menggunakan sebuah senjata otomatis yang dikontrol dari jarak jauh, dan dipasang di mobil Nissan yang kemudian meledak.
Informasi ini juga menyebutkan, senjata otomatis itu buatan Israel, dan saat mengunci tampilan wajah Syahid Fakhrizadeh, ia langsung menembaknya. Dari informasi ini diketahui bahwa peledakan mobil Nissan dilakukan untuk dua tujuan, pertama, melumpuhkan pengawal Dr. Fakhrizadeh, dan kedua, menghilangkan bukti teror.
Jurnalis terkemuka Amerika, Seymour Hersh, pada tahun 2015 dalam artikelnya, “Our Men in Iran” yang dimuat di majalah mingguan, Newyorker mengatakan, pemubunuhan ilmuwan Iran adalan proyek bersama Amerika dan Israel yang dilakukan oleh anasir-anasir Mojahedin Khalq Organization, MKO.
Dari informasi yang diperolehnya, Seymour Hersh mengungkapkan bahwa anggota MKO dilatih melakukan operasi teror di gurun Nevada, Amerika. Majalah Jerman, Der Spiegel pasca gugurnya ilmuwan Iran, Darioush Rezaeinejad, menyebut pembunuhan ilmuwan Iran dilakukan oleh Mossad.
Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Ahad (29/11/2020)meloloskan sebuah RUU strategis untuk membatalkan sanksi-sanksi.
Menurut keterangan Abolfazl Amouei, juru bicara Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen, Tehran – berdasarkan RUU Rencana Aksi Strategis untuk Pembatalan Sanksi – akan menarik diri dari implementasi sukarela Protokol Tambahan dalam dua bulan ke depan jika negara-negara Eropa tidak memenuji kewajibannya dalam JCPOA.
Amouei menjelaskan bahwa berdasarkan Pasal 1 RUU ini, 120 kilogram uranium dengan tingkat kemurnian 20 persen akan diproduksi dan disimpan di Iran setiap tahun. Pasal 2 memerintahkan Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) untuk memproduksi dan menyimpan 500 kg uranium per bulan yang diperkaya tingkat rendah.
“Pasal 3 memerintahkan AEOI untuk mengoperasikan mesin generasi baru sentrifugal IR-2m dan IR-6 serta wajib meresmikan pabrik produksi logam uranium di kota Isfahan,” ungkapnya.(HS)