Pars Today
Sebuah surat kabar Rezim Zionis menyebut operasi-operasi perlawanan di Wilayah pendudukan tahun 1948 yang telah memperburuk konflik di tengah kabinet Israel, sebagai penyebab utama bubarnya koalisi Perdana Menteri Naftali Bennett.
Juru bicara gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas menanggapi pembubaran kabinet koalisi Israel, dan parlemen Rezim Zionis (Knesset), dan mengatakan bahwa rezim ini lemah.
Knesset atau Parlemen rezim Zionis Israel menyaksikan baku hantam antara anggota pro dan anti-kabinet rezim Zionis hari Selasa (07/06/2022) pagi, sekaligus menunjukkan semakin rapuhnya kabinet Naftali Bennett.
Menteri Perang Rezim Zionis merespon tidak diperpanjangnya undang-undang terkait aturan darurat distrik-distrik Zionis. Menurutnya dalam hal ini bukan hanya Kabinet Israel saja yang kalah.
Parlemen rezim Zionis, Knesset mengumumkan kesepakatan awal mengenai larangan mengibarkan bendera Palestina di wilayah pendudukan.
Perdana Menteri rezim Zionis Israel, Nafali Bennett seraya mengungkapkan kekhawatiran atas keluarnya salah satu anggota kabinet koalisinya dari Knesset mengatakan, masa depan Israel dalam bahaya.
Salah satu anggota Parlemen Rezim Zionis Israel (Knesset) mendesak dimulainya pembangunan sinagoge di Masjid Al Aqsa.
Militer Zionis Israel telah memutuskan untuk mengerahkan lebih banyak pasukan di daerah-daerah penuh ketegangan dengan Palestina di Tepi Barat.
Israel telah jatuh ke dalam krisis politik.
Mundurnya Idit Silman dari koalisi Yamina yang berkuasa membawa kabinet Perdana Menteri Israel Naftali Bennett selangkah lebih dekat ke arah pembubaran.