Demonstrasi Menentang Kabinet Netanyahu dan Peringatan Perang Saudara
(last modified Mon, 16 Jan 2023 05:28:14 GMT )
Jan 16, 2023 12:28 Asia/Jakarta

Puluhan ribu orang dari Wilayah Pendudukan memprotes keputusan kabinet Benjamin Netanyahu yang membatasi sistem peradilan rezim ini.

Demonstrasi ini lebih menonjol di Tel Aviv dan Haifa daripada di kota-kota lain di Wilayah Pendudukan.

Yariv Levin, Menteri Kehakiman kabinet Benjamin Netanyahu, baru-baru ini mempresentasikan rencana untuk mereformasi sistem peradilan Zionis Israel, yang tujuan utamanya adalah untuk membatasi kekuasaan sistem peradilan rezim ini.

Protes di Tel Aviv

Rencana ini membatasi kekuasaan Mahkamah Agung dalam dua bidang.

Di satu sisi, kabinet akan memiliki kendali penuh atas penunjukan hakim, termasuk hakim Mahkamah Agung Rezim Zionis.

Di sisi lain, rencana ini sangat membatasi kekuasaan Mahkamah Agung untuk membatalkan undang-undang dan keputusan kabinet serta memungkinkan Knesset (Parlemen Zionis) untuk memberlakukan kembali undang-undang yang berhasil dibatalkan oleh pengadilan, dengan persetujuan dari hanya 61 anggota.

Oleh karena itu, rencana ini menghancurkan prinsip pemisahan kekuasaan dan menambah bobot parlemen dan kabinet di hadapan sistem peradilan.

Selain melemahkan sistem peradilan rezim Zionis, rencana ini entah bagaimana menyebabkan kekebalan pejabat yang memiliki kasus di sistem peradilan rezim ini.

Sekarang di kabinet Netanyahu, dia serta beberapa menteri memiliki kasus terkait korupsi dan terorisme.

Kritikus percaya bahwa Netanyahu dan beberapa anggota kabinetnya berusaha menutup kasus mereka dengan melemahkan sistem peradilan.

Puluhan ribu orang dari Wilayah Pendudukan memprotes keputusan kabinet Benjamin Netanyahu yang membatasi sistem peradilan rezim ini.

Para penentang mengatakan bahwa rencana ini akan mengakhiri independensi peradilan di Zionis Israel dan tidak memungkinkan untuk mencegah korupsi di negara ini.

Poin penting lainnya adalah bahwa para pengunjuk rasa dan kritikus percaya bahwa rencana ini akan membawa rezim Zionis ke kediktatoran dan akan menghancurkan sepenuhnya demokrasi yang mengatur rezim ini.

Dalam konteks yang sama, kantor berita AFP menulis bahwa pengunjuk rasa membawa plakat seperti "Pemerintahan yang memalukan", "Kami ingin penggulingan diktator" dan "Benjamin Netanyahu tidak menginginkan demokrasi, kami tidak membutuhkan fasis".

Masalah penting lainnya adalah bahwa demonstrasi di kota-kota besar seperti Tel Aviv dan Haifa menunjukkan bahwa kabinet baru rezim Zionis segera menghadapi protes besar-besaran. Protes yang dihadiri kedua rival politiknya dan kuatnya kehadiran masyarakat terlihat di dalamnya.

Ini menunjukkan bahwa, pertama, kabinet baru rezim Zionis berada di bawah tekanan berat dan merupakan kabinet yang rapuh, dan kedua, situasi politik dan keamanan di Wilayah Pendudukan sangat rentan.

Protes di Tel Aviv

Ehud Barak, mantan Perdana Menteri Zionis Israel, menulis dalam sebuah catatan yang diterbitkan di surat kabar Ibrani Yediot Aharonot, “Perselisihan dengan pemerintah Benjamin Netanyahu mencapai tahap perang, dan ini adalah peringatan nyata. Karena bahayanya sudah dekat dan segera terjadi. Semua mengarah pada keruntuhan sistem politik berbasis pendudukan. Dengan diamnya orang Israel, hal buruk akan terus berlanjut. Oleh karena itu, mereka harus membuka mata mereka, bertanya pada diri mereka sendiri di mana mereka berdiri dalam perjuangan ini dan menemukan jawaban yang sebenarnya sekalipun itu menyakitkan dan berat."(sl)