Operasi Mati Syahid Kelima di Palestina Pendudukan
Dua orang Zionis tewas dan 16 lainnya terluka dalam operasi mati syahid kelima di Palestina Pendudukan.
Operasi mati syahid Palestina kelima terjadi pada Kamis (07/04/2022) malam, dilakukan dalam waktu kurang dari 20 hari sejak operasi pertama. Televisi Kanal 13 Zionis Israel 13 melaporkan bahwa operasi itu dilakukan oleh seorang warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan.
Operasi mati syahid pertama dilakukan dengan serangan mobil, kemudian dengan pisau dan empat operasi lainnya dengan menembak. Sejauh ini, 13 zionis telah tewas dan puluhan lainnya terluka dalam operasi ini.
Masalah pertama adalah bahwa operasi ini sebagai balasan atas eskalasi kekerasan oleh pemukim anti-Palestina dan milisi Zionis.
"Sekaitan dengan serangan baru-baru ini di daerah Palestina Pendudukan, Hamas, Jihad Islam dan kelompok perlawanan lainnya menyebut kejahatan terus-menerus Zionis Israel baru-baru ini terhadap warga Palestina di Palestina Pendudukan, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Secara khusus, mereka menunjuk pada penyitaan harian tanah warga Palestina di Tepi Barat, eskalasi kekerasan para pemukim Zionis Israel terhadap rakyat Palestina, penodaan harian Masjid al-Aqsa, rasisme Israel terhadap Palestina, dan pengepungan terus-menerus terhadap orang-orang Palestina di Jalur Gaza," lapor Middle East Monitor.
"Kekerasan para pemukim Zionis tetap menjadi perhatian serius di Tepi Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah menyaksikan tingkat kekerasan tertinggi oleh mereka terhadap warga Palestina, yang dalam banyak kasus telah menyebabkan pembunuhan warga Palestina," kata Sven Kuehn von Burgsdorff, perwakilan dari Uni Eropa (UE).
Sementara itu, Kantor PBB Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, pada tahun 2021, tercatat 496 serangan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina, 370 di antaranya mengakibatkan kerusakan material pada warga Palestina dan 126 kasus berujung pada kematian. Pada tahun 2020, total 358 serangan serupa tercatat.
Kekerasan Zionis terhadap Palestina begitu hebat sehingga bahkan jurnalis terkenal Israel Gideon Levy menulis, "Kekerasan para pemukim Zionis terhadap Palestina adalah salah satu alasan serangan baru-baru ini oleh orang-orang Palestina di wilayah pendudukan."
Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengumumkan dalam menanggapi operasi mati syahid pada Kamis (07/4) malam, "Operasi ini adalah balasan alami dan sah terhadap eskalasi kejahatan penjajah terhadap bangsa kita, tanah kita, al-Quds dan Masjid al-Aqsa."
Masalah kedua adalah bahwa operasi Kamis malam sekali lagi membuktikan penetrasi keamanan rezim Zionis dan kegagalan aparat keamanannya. Untuk kelima kalinya dalam waktu kurang dari 20 hari, operasi mati syahid dilakukan di dalam wilayah pendudukan dekat Tel Aviv.
Kekalahan intelijen dan keamanan ini menjadi lebih jelas dengan reaksi rezim Zionis Kamis malam, dengan media melaporkan bahwa lebih dari 1.000 tentara telah dikerahkan di Tel Aviv sejak operasi tersebut.
Kegagalan intelijen dan keamanan ini terjadi padahal rezim Zionis telah membentuk milisi "Harel" yang terdiri dari pemukim Zionis untuk menyerang warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan sambil membela para pemukim.
Poin penting lainnya adalah bahwa kelanjutan operasi mati syahid, di satu sisi, menunjukkan kegagalan kebijakan rezim Zionis untuk membuat orang-orang Palestina bertekuk lutut, dan, di sisi lain, mencerminkan keyakinan orang-orang Palestina akan perlawanan dan frustrasi mereka terhadap aktor asing dalam membela Palestina.
"Operasi mati syahid menekankan kegagalan kebijakan rezim Zionis selama tujuh puluh tahun untuk membuat bangsa kita bertekuk lutut dan menghancurkan identitasnya," kata Youssef al-Husseini, anggota biro politik Gerakan Jihad Islam Palestina.(sl)