Ini Harapan Israel Normalisasi Hubungan dengan Negara kecil Arab
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i120756-ini_harapan_israel_normalisasi_hubungan_dengan_negara_kecil_arab
Ketika pemerintah Zionis berada dalam kesulitan dan krisis internal serta regional, dan khususnya kemampuannya menerapkan keamanan dipertanyakan, rezim ini dengan berbagai alasan giat memajukan normalisasi hubungan dengan sejumlah negara Arab.
(last modified 2025-10-23T14:30:52+00:00 )
May 10, 2022 19:29 Asia/Jakarta
  • Normalisasi hubungan Negara Arab dan Israel bersama Trump
    Normalisasi hubungan Negara Arab dan Israel bersama Trump

Ketika pemerintah Zionis berada dalam kesulitan dan krisis internal serta regional, dan khususnya kemampuannya menerapkan keamanan dipertanyakan, rezim ini dengan berbagai alasan giat memajukan normalisasi hubungan dengan sejumlah negara Arab.

Melalui langkahnya tersebut, rezim Zionis ingin melepaskan diri dari tekanan yang ada, dan juga mencitrakan bahwa dirinya tidak sendirian serta sejumlah negara berdiri bersamanya.

Dengan demikian memandang normaliasasi hubungan dengan negara-negara ini sebagai malaikat penyelamat, dan negara-negara tersebut selain sebagai pengkhianat terbesar terhadap cita-cita bangsa Palestina, juga menjadi pelayan terbesar rezim Zionis Israel. Praktik ini dimulai pada masa Netanyahu dan berlanjut selama pemerintahan koalisi Lapid-Bennett yang rapuh, di mana masing-masing dari dua faksi yang bersaing berusaha untuk menormalkan hubungan dengan dunia Arab dan menggunakannya sebagai keberhasilan.

Dalam hal ini, setelah kegagalan koalisi Lapid-Bennett untuk membangun keamanan dan stabilitas internal, dan Palestina berhasil melakukan lebih dari enam operasi anti-Israel di dalam wilayah pendudukan 1948 yang dikenal sebagai Israel, dan di sisi lain kelanjutan dari perang di Ukraina dan eskalasi ketegangan dalam hubungan antara Rusia dan Israel, muncul berita tentang penguatan kehadiran Iran di Suriah, dan tak lama kemudian muncul pula berita perluasan hubungan Israel dan sejumlah negara Arab yang sepertinya tujuannya adalah untuk menanamkan di negara-negara ini bahwa rezim ini tidak sendirian di kawasan dan memiliki hubungan yang hangat.

Israel-UEA

Dalam hal ini, Israel Hayom menerbitkan kembali berita Kementerian Pertahanan rezim beberapa minggu yang lalu tentang peningkatan penjualan senjata 11 miliar dan 300 juta dolar di seluruh dunia, termasuk ke negara-negara Arab yang baru menormalisasikan hubungan, dan mencoba memperkenalkan senjata Israel kepada pelanggan dalam skala global, terutama di bidang sistem pertahanan rudal serta mencitrakan bahwa negara-negara Arab yang menormalisasikan hubungannya dengan Israel terpana dengan senjata tersebut.

Namun demikian surat kabar Israel ini mengabaikan sejumlah poin dan fakta:

Pertama, jika sistem pertahanan anti-rudal rezim Israel yang dipropagandakan besar-besaran ini benar sesuai dengan kemampuannya, lantas mengapa tidak mampu menahan serangan roket pejuang Palestina ? Apakah kemampuan roket dan rudal Palestina sangat maju hingga melampaui kemampuan dan kekuatan sistem anti-udara Israel.

Kedua, Israel sengaja meningkatkan krisis dan bahkan perang, baik untuk memasarkan senjatanya maupun untuk memperkuat kehadirannya di wilayah konflik. Ada banyak indikator dalam hal ini. Disintegrasi Sudan memungkinkan Israel untuk memperkuat pijakannya di Sungai Nil, perang Yaman mendorong negara-negara agresor yang dipimpin oleh Arab Saudi dan UEA ke dalam situasi Israel yang serupa, dan akhirnya menormalkan hubungan dengan rezim dengan melewati masalah. Perang Nagorno-Karabakh memimpin rezim untuk mendapatkan kehadiran yang lebih besar di Kaukasus Selatan dan menjadikan Republik Azerbaijan salah satu klien senjatanya. Proyek Iranophobia membuka rezim Zionis ke Teluk Persia dan, selain penjualan senjata, memungkinkannya untuk menyusup ke dinas intelijen, keamanan, dan militer beberapa negara ini.

Ini artinya kerja sama persenjataan dan keamanan serta militer negara-negara ini dengan rezim Zionis Isael bertentangan dengan apa yang tidak dikatakan, tidak hanya tidak dapat membawa keamanan dan stabilitas ke negara-negara ini, tetapi sebaliknya dapat membahayakan keamanan mereka, karena rezim ini melalui pengaruhnya akan memiliki kesempatan lebih untuk mengejar kebijakan pengobaran friksi dan ini adalah fakta yang dilupakan oleh negara-negara Arab ini.

Selain itu, sebelumnya pembelian senjata tidak membawa keamanan dan stabilitas bagi kawasan, dan hanya membuat miliaran dolar investasi negara-negara kawasan masuk ke kantong penjual senjata di Barat. Padahal uang tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dalam negeri dan kawasan. Kini pembelian senjata dari Israel tidak pernah dapat menjamin keamanan negara-negara ini, karena pembelian senjata pada dasarnya menghilangkan keamanan, selain itu Israel memandang instabilitas, kerusuhan, krisis dan perang sebagai peluang untuk menjual senjata dan memperkuat kehadirannya. Dan fakta bahwa negara-negara di setiap sudut dunia telah menjadi pelanggan senjata Israel terletak pada fakta ini. (MF)