Mengapa Kunjungan Biden Penting bagi Arab Saudi ?
(last modified Tue, 12 Jul 2022 03:22:13 GMT )
Jul 12, 2022 10:22 Asia/Jakarta

Arab Saudi bulan Juli ini menjadi tuan rumah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

Biden berkunjung ke kawasan Asia Barat mulai 13 Juli dan berakhir pada 16 Juli di Arab Saudi ketika satu setengah tahun lalu hubungan Washington dan Riyadh mengalami perubahan besar-besaran di banding dengan sebelumnya. Arab Saudi ketika di masa pemerintahan Presiden AS, Donald Trump memiliki kebebasan bergerak yang luas di kebijakan dalam dan luar negerinya, tapi di masa pemerintahan Presiden AS Joe Biden, menghadapi kritikan jelas dari presiden Demokrat ini.

Pokok kritik utama adalah masalah hak asasi manusia dan pelanggaran HAM yang berat dan meluas oleh Arab Saudi dan dengan peran Mohammad bin Salman (MBS). Namun demikian, sejak awal tahun 2022, nada Biden terhadap Arab Saudi dan bahkan MBS secara bertahap berubah serta tidak terdengar lagi kritikan pedas darinya. Perang Rusia dan Ukraina merupakan faktor utama perubahan nada Biden terhadap Riyadh. Perang Ukraina telah memicu kenaikan harga minyak di pasar global.

Minyak

Sampai saat ini, Arab Saudi bertahan dari permintaan Barat untuk menaikkan produksi minyaknya, tapi perubahan nada Biden menunjukkan bahwa Riyadh kembali berhasil memanfaatkan minyak sebaga alat dikebijakan luar negerinya terkait hubungan dengan Amerika. Meski pemerintah Joe Biden bersikeras minyak bukan agenda utama kunjungannya, dan presiden Amerika ini pada 12 Juni lalu mengatakan, “Kunjungan ini seputar masalah yang lebih besar,” tapi sepertinya minyak masih menjadi faktor utama kunjungan Biden ke Arab Saudi.

Masalah terpenting adalah kunjungan presiden Amerika memiliki nilai penting yang besar bagi Arab Saudi. Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman membutuhkan dukungan Washington untuk naik tahta. Pada dasarnya untuk berkuasa dan kelangsungan kekuasaan para pemimpin negara-negara Arab kawasan Teluk Persia membutuhkan dukungan pemerintah Amerika. Oleh karena itu, MBS yang tidak jauh dari tahta di masa Presiden AS Donald Trump, setelah berkuasanya Joe Biden, menyaksikan posisinya terancam karena Biden sepertinya lebih mendukung rivalnya. Oleh karena itu, kunjungan Biden ke Arab Saudi dan pertemuannya dengan Mohammad bin Salman sama halnya dengan berakhirnya tekanan terhadap MBS.

Poin penting lain adalah kunjungan Biden ke Arab Saudi meski ada banyak kritik, menunjukkan bahwa Riyadh memiliki posisi penting di transformasi Asia Barat dan juga di kebijakan luar negeri kekuatan besar dunia. Ini yang ingin dimanfaatkan Arab Saudi dari kunjungan Biden. Sekaitan dengan ini,  Dalia Dasa Kay dalam sebuah analisa yang dimuat Majalah Foreign Affairs menulis, “Ketika Biden memulai masa kerjanya bertekad mengubah kebiasaan pendahulunya, Donald Trump yang sangat dekat dan hangat dengan para tiran, termasuk Mohammad bin Salman, pangeran mahkota Arab Saudi yang tercatat sebagai pemimpin sejati Arab Saudi. Meski demikian, lebih dari satu tahun kemudian, sepertinya presiden Amerika di kunjungan pertamanya ke Timur Tengah selama masa jabatannya ini berencana mengunjungi Arab Saudi. Hal ini sebuah kekecewaan besar bagi mereka yang menganggap Biden sebagai pahlawan HAM; Hadiah kepada Mohammad bin Salman dengan berjabat tangan dan foto bareng di lapangan golf putra mahkota ini sama halnya dengan pengakuan akan hal ini bahwa otokrat dapat membunuh lawan mereka selama mereka terus mengalirkan minyak.”

Poin terakhir adalah jika kunjungan Biden ke Arab Saudi tidak berhasil mensukseskan tujuannya terkait jaminan energi, maka hal ini akan menjadi kekalahan penting lain di bidang kebijakan luar negerinya. (MF)