Mencermati Empat Poin Pidato Asyura Abdul Malik Al-Houthi
Sekretaris Jenderal Gerakan Ansarullah Yaman menyampaikan pidato pada kesempatan memperingati Hari Asyura, dan ada empat poin penting yang dapat dicermati dari uraiannya.
Poin pertama dalam kata-kata Abdul Malik al-Houthi adalah bahwa musuh berusaha untuk mendistorsi konsep-konsep agama. Distorsi atau tahrif adalah ancaman yang sebelumnya telah disampaikan berkali-kali oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran.
Distorsi adalah pembalikan fakta dan kebenaran. Distorsi adalah mengabaikan pencapaian dan menonjolkan kelemahan.
Tahrif adalah kelanjutan dari perang psikologis dan kognitif musuh. Ancaman ini dimanfaatkan di berbagai bidang, salah satunya agama.
Musuh tahu betul bahwa agama memiliki fungsi pemersatu bagi masyarakat Islam dan merupakan elemen yang memberikan identitas masyarakat Islam.
Atas dasar ini, mereka mencoba menciptakan distorsi dalam agama, dasar dan fungsinya, terutama dengan menggunakan jejaring sosial, dan mengejar tujuan mereka melawan masyarakat Islam, terutama untuk mendominasi mereka.
Dalam hal ini, Sayid Abdul Malik al-Houthi, Sekretaris Jenderal Gerakan Ansarullah Yaman, menekankan, "Musuh-musuh umat mencoba untuk mendistorsi konsep agama kita demi menyesatkan umat Islam, mendorong mereka keluar dari jalan mereka dan mendominasi mereka."
Poin kedua dalam kata-kata Asyura Abdul Malik al-Houthi bahwa salah satu pelajaran terpenting Asyura bagi kita adalah perlawanan terhadap penindasan.
Perlawanan adalah sebuah konsep yang menjadi menonjol terutama setelah Revolusi Islam Iran, tetapi perlawanan berakar pada kebangkitan Asyura Huseini.
Perlawanan adalah strategi terpenting yang telah meningkatkan posisi regional dari Poros Perlawanan. Perlawanan ini berasal dari kebangkitan Asyura Huseini.
Imam ketiga Syiah sejatinua di Karbala menolak untuk menerima kekuasaan para tiran dan memilih jalan perlawanan, dan akhirnya dia gugur syahid.
Mengacu pada ajaran Asyura ini, Abdul Malik al-Houthi mengatakan, "Kenyataan menuntut agar kita mengambil posisi Imam Husein as dalam menghadapi penindasan dan ketidakadilan dan tidak pernah tunduk."
Sekretaris Jenderal Gerakan Ansarullah Yaman menyampaikan pidato pada kesempatan memperingati Hari Asyura, dan empat poin penting yang dapat dicermati dari uraiannya.
Poin ketiga dalam pidato Asyura Sekjen Gerakan Ansarullah Yaman adalah mengenai normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dengan rezim Zionis.
Normalisasi baik dalam bentuk resmi maupun tidak resmi kini sedang berlangsung. Khususnya UEA dan Bahrain memulai normalisasi secara terang-terangan pada September 2020 dan masih berlanjut.
Normalisasi tidak resmi juga diupayakan oleh Arab Saudi, yang juga mendapat penekanan Abdul Malik al-Houthi.
Meskipun Arab Saudi tidak secara terbuka mengumumkan hubungan diplomatiknya dengan rezim pendudukan Zionis, Arab Saudi mengambil tindakan yang mengindikasikan bergerak cepat ke arah normalisasi hubungan.
Dalam hal ini, Sekjen Gerakan Ansarullah Yaman, mengacu pada upaya Arab Saudi untuk menormalkan hubungan dengan Zionis, menyatakan, "Memilih salah satu wajah kompromi dengan Israel sebagai pembicara pada Hari Arafah dan mengizinkan orang Yahudi untuk masuk Mekah dan Madinah adalah pelanggaraan terhadap apa yang dianggap suci dalam Islam. Selain itu, wilayah udara Saudi terbuka untuk Israel sementara itu tetap tertutup untuk negara Yaman."
Poin keempat dan strategis dalam kata-kata al-Houthi adalah bahwa tujuan akhir dari musuh adalah dominasi atas bangsa Islam.
Supremasi dan kontrol atas negara-negara Islam adalah masalah yang telah dikejar oleh musuh Barat dan Zionis dengan cara yang berbeda selama beberapa dekade.
Hambatan terpenting dalam jalur ini adalah negara dan kelompok yang menekankan independensi dan berperang menghadapi musuh untuk mencapai independensinya.
Oleh karena itu, musuh berusaha mencegah negara dan kelompok ini mencapai independensi dengan menekan mereka.
Salah satu tujuan perang rezim Zionis baru-baru ini melawan Jalur Gaza adalah untuk mencegah Perlawanan Palestina mencapai independensi.
Abdul Malik al-Houthi mencatat, "Ketika musuh dapat menjauhkan bangsa kita dari independensi sejati yang membebaskan mereka dari kebergantungan, maka mereka dapat mendominasi bangsa kita."(sl)