Ketika Faksi Berseteru Israel Tidak Melihat Jalan Mundur
Sabtu (14/1/2023) sore seperti kebiasaan setiap Sabtu, akan digelar demonstrasi di Tel Aviv. Mengingat seruan luas, sepertinya ini adalah demonstrasi anti-pemerintah Netanyahu terbesar sejak perdana menteri ini memulai tugasnya.
Seiring dengan berkuasanya pemerintahan ekstrim Netanyahu yang terdiri dari kubu sayap kanan ekstrim, kancah politik di rezim ilegal ini menjadi ajang konfrontsi antara pemerintah berkuasa saat ini yang dipimpin Benjamin Netanyahu dan mantan pemerintah pimpinan Yair Lapid, pemimpin oposisi saat ini.
Yair Lapid, mantan perdana menteri Israel dan ketua kubu oposisi saat ini meminta bantuan instansi polisi untuk menjamin keamanan para demonstran. Kepada ketua polisi ia mengatakan, "Saya berhadap kepada Anda untuk menginstruksikan jajaran Anda berperilaku terhormat kepada demonstran, dan mengerahkan segenap upaya Anda untuk mengijinkan demonstran menyuarakan protes legalnya. Tugas Anda adalah menjamin bahwa polisi tidak dipolitisasi dan tidak dimanfaatkan oleh satu pihak politik, bahkan jika tersebut saat ini tengah berkuasa."
Sejumlah tokoh di kabinet koalisi Netanyahu seperti Zvika Fogel yang satu partai dengan Itamar Ben Gvir, ketua Partai radikal Otzma Yehudit yang saat ini menjabat Menteri Keamanan Internal Israel, untuk menakut-nakuti oposisi meminta penangkapan tokoh terkemuka oposisi seperti Yair Lapid dan Benny Gantz, mentan perdana menteri dan menteri pertahanan rezim ini yang memainkan peran utama di aksi demo hari ini.
Namun ancaman ini tidak menimbulkan dampak dan pengaruh kepada oposisi, dan mereka seraya melakukan seruan luas untuk demonstrasi hari ini, juga menyatakan kesiapannya untuk berpartisipasi di aksi demo tersebut.
Salah satu orang terakhir yang menyerukan demonstrasi hari ini adalah Ehud Barak, mantan Perdana Menteri dan Menteri Perang dari Partai Buruh. Dalam sebuah catatan yang diterbitkan di surat kabar Yediot Aharonot, dia menulis: Apa yang kita lakukan hari ini melawan pemerintah saat ini adalah pertempuran terpenting dalam hidup kita, dan konfrontasi akan dilakukan melalui demonstrasi jalanan, alun-alun, jalan raya, tempat kerja, dan universitas.
Dia memperingatkan bahwa perselisihan yang ada dengan pemerintah Benjamin Netanyahu akan mencapai tahap perang dan menyatakan bahwa ada bahaya yang mengintai dan hal-hal buruk akan terus berlanjut jika Israel tetap diam, sehingga situasi menuntut warga Israel bertindak dengan mata terbuka dan melihat di mana mereka memilih sisi pertempuran.
Menjelaskan alasan penentangannya terhadap pemerintahan Netanyahu, Barak menulis: "Para pejabat pemerintahan ini bertindak dengan fanatisme, dokter merawat pasien mereka berdasarkan ras dan warna kulit, mereka mengeluarkan surat perintah penangkapan atas kejahatan pengkhianatan terhadap mantan perdana menteri dan dua mantan menteri perang, dan mereka menunjuk hakim, pengusaha, eksekutif, dan penasihat hukum tanpa pengalaman profesional yang seluruhnya menjadi awal dari pembersihan sistematis."
Pemerintah Netanyahu menerapkan perjanjian intra-koalisi satu demi satu karena melihat kelangsungan hidupnya di dalamnya, tetapi pada titik yang berlawanan dari pelaksanaan perjanjian ini, selain membawa reaksi dari pihak Palestina dan pihak regional dan internasional, juga telah menghadapi kemarahan dan penentangan yang meluas dari partai sayap kiri dan sekuler, memaksa beberapa dari mereka untuk membalikkan migrasi dan meninggalkan Israel, dan memaksa yang lain untuk membentuk front stabilitas dan perlawanan terhadap pemerintahan baru Netanyahu dan mengambil langkah-langkah seperti mengadakan demonstrasi atau perlawanan sipil.
Kedua belah pihak dalam konflik berasumsi bahwa jembatan di belakang mereka telah dihancurkan, bahwa mereka tidak melihat jalan lain selain bergerak maju, dan atas dasar ini, opsi konflik internal telah diangkat sebagai kemungkinan yang serius, dan sebagai akibatnya, kemungkinan ini semakin kuat bahwa pemerintah radikal Netanyahu akan mulai memproyeksikan krisis untuk mengatasi perpecahan internal. (MF)