Transformasi Asia Barat, 27 Mei 2023
Perkembangan di Asia Barat selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Maariv: Saudi Tak Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel.
Selain itu, masih ada isu lain, seperti;
- Media Zionis: Bashar Al Assad Menang !
- Arab Saudi Kecam Pelecehan Masjid Al Aqsa oleh Menteri Zionis
- Bin Habtour: Disintegrasi Yaman akan Gagal
- Legislator Lebanon: Israel Terlalu Kecil untuk Bisa Perangi Iran
- Gantz: Kabinet Netanyahu Harus Digulingkan
- Liga Arab Kecam Agresi Israel terhadap Bangsa Palestina
- Al Houthi Tegaskan Perlawanan atas Serangan AS dan Israel
- Analis Arab: Plot Zionis Ancam Iran Selalu Gagal !
- Sayid Hassan Nasrallah: Tidak Ada Lagi Hegemoni Amerika di Dunia
- Oman Kabarkan Kesepakatan Pertukaran Tahanan Iran-Belgia
- Bahrain Pulihkan Hubungan Diplomatik dengan Lebanon
Maariv: Saudi Tak Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel
Surat kabar Rezim Zionis, menyoroti pertemuan Liga Arab di Jeddah, dan menulis, Arab Saudi, saat ini tidak ingin menormalisasi hubungan dengan Israel, dan tiba saatnya bagi Tel Aviv untuk memahami tanda-tandanya.
Maariv, Jumat (19/5/2023) melaporkan, siapa pun yang mengikuti berita media di hari-hari penuh badai belakangan ini, akan berpikir bahwa tidak ada perubahan apa pun dalam visi normalisasi hubungan Israel, dan Saudi.
Ditambahkannya, "Akan mengejutkan ketika Gedung Putih, segera menyetujui hubungan hangat dengan Israel, dan bayangan ini muncul bukan karena pertimbangan-pertimbangan Saudi terkait Israel, tapi semata-mata karena orang-orang Amerika."
Menurut koran Rezim Zionis itu, Arab Saudi sebagai sahabat AS, berharap minimal mendapatkan apa yang sudah diperoleh orang-orang Iran, dari AS terkait nuklir.
"Selama bertahun-tahun Washington, selalu menghindar untuk memberikan kompensasi-kompensasi semacam ini kepada Riyadh, dan orang-orang Saudi, tak punya pilihan lain selain jatuh ke pelukan Iran dan Cina," imbuhnya.
Maariv menjelaskan, proses pemulihan hubungan Saudi dan Iran, saat ini masih berada di level awal, maka dari itu normalisasi hubungan Saudi dan Israel, dapat dilakukan dalam tahapan ini.
Media Zionis: Bashar Al Assad Menang !
Media Rezim Zionis mengunggah foto Presiden Suriah, di pertemuan Liga Arab di Arab Saudi, dan menulis, Suriah dan Pemimpin tak terbantahkan negara itu, menang, dan Liga Arab yang kembali ke Suriah bukan sebaliknya.
Dikutip Al Mayadeen, Jumat (19/5/2023) malam, media-media Rezim Zionis, mengunggah foto Assad tengah berjabat tangan dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, dalam pertemuan Jeddah.
"Akan lebih benar jika kita katakan bahwa Liga Arab kembali ke Suriah, bukan sebaliknya," tulis media-media Rezim Zionis.
Media Zionis menambahkan, "Harus kami tegaskan bahwa apa yang telah terjadi adalah kemenangan besar bagi Suriah, dan Pemimpin tak terbantahkan negara itu. Sekarang satu-satunya yang tersisa adalah memulihkan hubungan dengan Turki, seperti semula."
Roi Kais, koresponden stasiun televisi Israel, KAN juga mengunggah foto Presiden Suriah, yang berjabat tangan dengan Putra Mahkota Saudi, lalu berpelukan, menurutnya ini adalah foto kemenangan Assad.
Jurnalis Israel, Eldad Beck mengatakan, "Kembalinya Suriah, ke Liga Arab, menandai berakhirnya secara resmi 'Musim Semi Arab', dan Dunia Arab, seperti sebelumnya, kembali menempatkan masalah Palestina, sebagai kekhawatiran utama mereka."
Majalah Amerika Serikat Newsweek menulis, "Kembalinya Damaskus ke Liga Arab adalah kekalahan terbesar Washington dalam pertempuran di Suriah. Pesan penting peristiwa ini adalah urgensi mengakhiri kehadiran militer, dan pencabutan sanksi AS terhadap Suriah."
Arab Saudi Kecam Pelecehan Masjid Al Aqsa oleh Menteri Zionis
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, mengecam pelecehan yang dilakukan Menteri Keamanan Nasional Rezim Zionis, bersama rombongan terhadap Masjid Al Aqsa.
Dikutip stasiun televisi Al Jazeera, Minggu (21/5/2023), Kemlu Arab Saudi menanggapi pelecehan terbaru yang dilakukan Menteri Keamanan Nasional Rezim Zionis, Itamar Ben Gvir, terhadap Masjid Al Aqsa.
Kemlu Saudi menyebut pelecehan Menteri Keamanan Nasional Rezim Zionis atas Masjid Al Aqsa, sebagai pelanggaran tegas terhadap aturan, dan konvensi-konvensi internasional, serta telah melukai perasaan umat Islam.
Menteri Keamanan Nasional Rezim Zionis, Itamar Ben Gvir, untuk kedua kalinya sejak menjabat menteri di Kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, melecehkan Masjid Al Aqsa, dengan memasuki tempat suci tersebut tanpa izin, bersama sejumlah Zionis, di bawah pengawalan ketat aparat keamanan Zionis.
Bin Habtour: Disintegrasi Yaman akan Gagal
Perdana Menteri pemerintahan penyelamatan nasional Yaman menyatakan, rencana asing untuk memecah belah Yaman tidak akan berhasil.
Seperti dilaporkan Televisi al-Masirah, Abdel-Aziz bin Habtour mengatakan, rencana disintegrasi Yaman bermula dari Inggris, dan dijamin secara finansial oleh Uni Emirat Arab (UEA).
"Rencana kubu bayaran asing untuk memecah belah Yaman tidak akan berhasil," tegas Bin Habtour.
Seraya mengisyaratkan bahwa menyusul keluarnya pasukan asing dari Yaman, dialog politik akan dimulai, Bin Habtour mengungkapkan, dalam pembicaraan tersebut, kepentingan nasional, penindasan yang dilakukan terhadap rakyat dan hak-hak bangsa akan dikaji dalam kerangka persatuan dan kesatuan.
Seraya menekankan bahwa persatuan dan kesatuan Yaman serta menjaga integritas wilayahnya adalah capaian bangsa Yaman, Bin Habtour menjelaskan, integritas wilayah Yaman tidak tergantung pada keinginan dan permintaan satu kelompok politik, apalagi kubu yang mewakili penjajah.
Sebelumnya Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, Mahdi al-Mashat seraya menyinggung bahwa ketamakan penjajah untuk merusak Yaman membuat wilayah dan rakyat Yaman diabaikan, mengingatkan, konspirasi musuh Yaman dan upaya untuk memecah belah negara ini telah terungkap, dan ditolak oleh seluruh rakyat Yaman.
Legislator Lebanon: Israel Terlalu Kecil untuk Bisa Perangi Iran
Seorang anggota Parlemen Lebanon, mengapresiasi kinerja kelompok perlawanan di kawasan, dan tercapainya solidaritas penuh. Menurutnya, Zionis terlalu kecil untuk bisa berperang melawan Iran.
Dikutip kantor berita Lebanon, NNA, Senin (22/5/2023), Ibrahim Al Moussawi mengatakan, "11 tahun lalu upaya-upaya kelompok perlawanan sporadis, akan tetapi sekarang kami telah berubah menjadi sebuah poros yang terbentang dari Yaman hingga Gaza."
Ia menambahkan, "Berkat darah syuhada, bukan hanya perimbangan perlindungan dan pencegahan yang telah kami bangun, bahkan sekarang kami menciptakan sebuah perimbangan yang berlaku di Palestina, Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman."
Ibrahim Al Moussawi menjelaskan, "Rezim Zionis terlalu hina untuk nekat memasuki pertempuran melawan Iran. Rezim Zionis mengalami kesulitan di Gaza, dan tak mampu mengalahkan Jihad Islam, apalagi Hamas, Hizbullah atau negara-negara poros perlawanan."
Hari Kamis, minggu ini Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah, dijadwalkan akan memberikan pidato untuk memperingati Hari Perlawanan dan Pembebasan Lebanon Selatan dari tangan Rezim Zionis.
Gantz: Kabinet Netanyahu Harus Digulingkan
Mantan menteri peperangan rezim Zionis, Benny Gantz Senin (22/5/2023) dalam statemennya seraya menyerang kembali perdana menteri rezim ini, menekankan perlunya menggulingkan kabinet ini dan menggantinya dengan kabinet baru.
Menurut laporan IRNA, Benny Gantz di Tweetnya terkait hal ini menulis, "Dalam situasi kita saat ini, pertama-tama kita harus melindungi Israel dan sistem hukum dan peradilannya serta mencegah perpecahan antara rakyat dan kerusakan ekonomi dan keamanan."
"Kita harus mencegah politisasi sistem peradilan Israel dengan segala cara, dan Saya yakini bahwa kabinet buruk harus kita ganti," tegas Gantz.
Berlanjutnya aksi protes menentang rencana reformasi peradilan Netanyahu, memaksa perdana menteri Israel menangguhkan sementara rencananya tersebut.
Dalam rencana kabinet Netnayahu yang dikenal dengan reformasi sistem peradilan, wewenang pengadilan akan dikurangi dan posisi lembaga eksekutif dan legislatif di rezim ini akan diperkuat.
Sementara itu, kabinet Netanyahu membuat RUU perubahan peradilan untuk menenangkan kondisi tetap diam tanpa kemajuan, peratifikasian draf anggaran berubah menjadi krisis baru bagi Israel, dan setiap partai politik dan faksi Israel menuntut pengesahan bujet untuk keuntungan mereka sendiri.
Bujet rezim Zionis tengah dikaji di Knesset dan jika pemerintah gagal mengesahkannya, maka secara otomatis akan berujung pada pembubaran parlemen dan penyelenggaraan pemilu dini.
Liga Arab Kecam Agresi Israel terhadap Bangsa Palestina
Liga Arab mengecam eskalasi kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina dan gugurnya warga Palestina di Kamp Balata.
Menteri Keamanan Internal Israel, Itamar Ben-Gvir Minggu (21/5/2023) untuk kedua kalinya selama menjabat posisi ini, secara ilegal dan bersama sejumlah pemukim Zionis menyerbu halaman Masjid al-Aqsa dan aksi ini menuai kecaman dari banyak negara dunia.
Di sisi lain, militer Zionis Senin (22/5/2023) dini hari menyerang sebuah kamp di timur Nablus, Tepi Barat Sungai Jordan serta menggugurkan tiga pemuda Palestina dan melukai enam lainnya.
Menurut laporan laman SAMA Selasa (23/5/2023), Saeed Abu Ali, deputi Sekjen Liga Arab untuk urusan Palestina dan bumi pendudukan Arab, menilai rezim Zionis Israel bertanggung jawab atas kejahatan terorganisir ini.
Abu Ali meminta komunitas internasional untuk mengakhiri kebungkamannya dan tidak hanya mengecam, tapi mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menggalang dukungan internasional terhadap bumi pendudukan Palestina.
Abu Ali meminta organisasi internaisonal, khususnya Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) memenuhi tanggung jawab mereka untuk mengadili dan menghukum para pelaku kejahatan keji ini dan mencegah berlanjutnya kejahatan dan pelanggaran tersebut.
Di sisi lain, parlemen Arab juga meminta tanggung jawab komunitas internasional dan organisasi HAM serta langkah segera dan sikap tegas guna menghentikan agresi rezim Zionis ke Masjid al-Aqsa serta tempat-tempat suci lainnya.
Al Houthi Tegaskan Perlawanan atas Serangan AS dan Israel
Pemimpin Ansarullah Yaman, menekankan pentingnya untuk melawan serangan-serangan Amerika Serikat, dan Rezim Zionis terhadap umat Islam.
Sayid Abdul Malik Al Houthi, Selasa (23/5/2023) dalam peringatan "Hari Teriakan untuk Penjajah" mengatakan, "Slogan ini penting untuk memobilisasi lebih besar, dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengambil sikap di hadapan musuh Tuhan."
Ia menambahkan, "Teriakan kepada para penjajah, adalah slogan proyek Qurani untuk melawan serangan-serangan AS, dan Rezim Zionis terhadap umat Islam, sebuah proyek yang muncul di puncak serangan AS dan Rezim Zionis dengan dalih memerangi terorisme."
Menurut Abdul Malik Al Houthi, tujuan dari serangan-serangan AS dan Rezim Zionis ini adalah untuk mendominasi total sumber daya manusia, dan sumber alam umat Islam.
"Banyak rezim dan pemimpin Arab, yang membuka peluang bagi AS, sehingga bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan termasuk pembangunan pangkalan militer, memaksakan kebijakan ekonomi, dan mencampuri pendidikan bahkan media," imbuhnya.
Pemimpin Ansarullah menegaskan, salah satu karakteristik proyek Qurani ini adalah rakyat didorong untuk bergerak di dalam bingkai mobilisasi massa.
Analis Arab: Plot Zionis Ancam Iran Selalu Gagal !
Analis Arab dan pemimpin redaksi surat kabar Rai Al Youm menilai plot rezim Zionis untuk mengancam Iran telah diulang selama 20 tahun, tapi selalu gagal.
Abdul Bari Atwan, seorang analis terkenal dunia Arab hari Rabu (24/5/2023) menggambarkan alasan meningkatnya ancaman verbal kabinet rezim Zionis terhadap Iran sebagai ketakutan dan kegagalan di lapangan.
"Ancaman seperti dalam 20 tahun terakhir, tidak berpengaruh terhadap Tehran, dan sekutunya di poros perlawanan," ujar Atwan.
"Manuver militer pasukan darat gerakan Hizbullah di Lebanon selatan yang berada dekat perbatasan utara rezim Zionis, telah menciptakan keadaan kecemasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di jajaran rezim pendudukan, terutama institusi militernya," tegasnya.
Pada Minggu, dan beberapa hari menjelang peringatan 23 tahun pembebasan Lebanon Selatan dari tangan rezim Zionis, Hizbullah menggelar latihan militer di Lebanon Selatan.
Latihan ini diadakan di salah satu pangkalan militer Hizbullah di Lebanon selatan.
Sayid Hassan Nasrallah: Tidak Ada Lagi Hegemoni Amerika di Dunia
Sayid Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menyatakan bahwa tidak ada lagi hegemoni Amerika Serikat di dunia dan semuanya bergerak menuju dunia multipolar.
Menurutnya, Inilah yang mengkhawatirkan Israel.
Menurut laporan IRNA, Sayid Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah di Lebanon mengatakan pada Kamis (25/05/2023) malam pada peringatan pembebasan Lebanon, yang dikenal sebagai "Hari Perlawanan dan Pembebasan", Hari Perlawanan adalah pengingat akan kemenangan besar yang dimenangkan Lebanon.
Sekjen Hizbullah menambahkan, Semua generasi dan rakyat Lebanon harus diingatkan bahwa kemenangan yang diraih bukanlah dengan cuma-cuma, melainkan hasil dari pengorbanan selama bertahun-tahun.
"Israel sekarang bersembunyi di balik tembok dan api dan tidak dapat memaksakan persyaratannya dalam negosiasi dengan rakyat Palestina," ungkap Sayid Hassan Nasrullah.
Sayid Hassan Nasrallah menjelaskan bahwa sebaliknya dari friksi internal Zionis Israel, ada kohesi dan stabilitas poros perlawanan dan mengatakan, Perang dengan musuh Zionis belum berakhir dan sebagian tanah kami masih diduduki.
Lebih lanjut Sekjen Hizbullah menghargai posisi Iran dan Suriah dalam mendukung perlawanan dan menambahkan, Sikap Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Iran dalam kunjungannya ke Suriah setelah 12 tahun perang dunia melawan negara ini menegaskan kesatuan poros perlawanan.
Sebagai tanggapan atas ancaman Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim Zionis, Nasrallah mengatakan, Bukan Anda yang mengancam kami dengan perang besar, tetapi kamilah yang mengancam Anda dengan perang seperti itu.
Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa musuh mampu menormalkan hubungan dengan beberapa rezim Arab, tetapi tidak mampu menormalkan hubungan dengan rakyatnya, dan menambahkan, Rezim pendudukan telah menyadari bahwa rezim Arab tidak dapat memaksakan normalisasi pada rakyatnya.
Merujuk pada operasi baru-baru ini pasukan perlawanan Palestina di Gaza melawan rezim Zionis, Nasrallah mengatakan, Peningkatan kekuatan penangkalan perlawanan seiring dengan pengikisan kekuatan penangkalan Israel adalah apa yang ditunjukkan dengan operasi "balas dendam kebebasan" di Gaza.
"Israel menarik ancaman mereka baru-baru ini karena ketakutan yang tercipta di pemukiman Zionis dan latihan terbaru Hizbullah, serta penurunan turis dan jatuhnya nilai mata uang mereka terhadap dolar," ungkap Sekjen Hizbullah.
"Israel akan digulingkan dan kehancurannya pasti akan terjadi," pungkas Sayid Hassan Nasrallah.
Oman Kabarkan Kesepakatan Pertukaran Tahanan Iran-Belgia
Kementerian Luar Negeri Oman mengumumkan, berkat mediasi Oman, akhirnya Belgia dan Iran, sepakat untuk membebaskan tahanan dua negara, dan kedua tahanan itu sudah dibawa ke Muscat.
"Berkat mediasi pemerintah Oman, Iran dan Belgia mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan masalah warga kedua negara yang ditahan," kata Kemlu Oman, Jumat (26/5/2023).
Kantor berita resmi Oman melaporkan, "Dua tahanan yang telah dibebaskan oleh Iran dan Belgia, saat ini sudah berada di Muscat."
Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo mengonfirmasi pembebasan tahanan negara itu oleh Iran, dan mengatakan, "Iran telah membebaskan seorang tahanan Belgia, dan ia sekarang sedang dalam perjalanan menuju tanah air."
Dalam kesepakatan pertukaran tahanan yang dimediasi Oman ini, Assadollah Assadi, diplomat Iran, yang ditahan di Brussels, ditukar dengan seorang tahanan Belgia, bernama Olivier Vandecasteele, dan segera kembali ke negara ini.
Satu jam sebelumnya, media-media Belgia melaporkan, sebuah pesawat negara ini membawa diplomat Iran, Assadollah Assadi, ke Muscat, ibu kota Oman.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian terkait masalah ini mengatakan, "Assadollah Assadi saat ini sedang dalam perjalanan menuju tanah air. Saya berterimakasih atas upaya positif Kerajaan Oman."
Berita keberhasilan mediasi Oman, ini tersebar menjelang kunjungan dua hari Sultan Oman, Haitham bin Tariq Al Said, hari Minggu mendatang untuk memenuhi undangan Presiden Iran.
Bahrain Pulihkan Hubungan Diplomatik dengan Lebanon
Kementerian Luar Negeri Bahrain mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik dengan Lebanon di tingkat duta besar setelah lebih dari satu setengah tahun hubungan bilateral dibekukan.
Pada Oktober 2021, menyusul pernyataan kritis mantan Menteri Penerangan Lebanon, George Kordahi tentang Arab Saudi dalam isu perang di Yaman, Riyadh memutuskan untuk mengusir duta besar Lebanon dan menarik duta besarnya dari Beirut. Langkah tersebut diikuti sejumlah negara Arab termasuk Bahrain.
Al-Khaleej Online melaporkan, Kementerian Luar Negeri Bahrain dalam sebuah pernyataan hari Sabtu (20/5/2023) mengumumkan negaranya telah memutuskan untuk melanjutkan perwakilan diplomatiknya di tingkat duta besar dengan negara saudara Lebanon untuk memperkuat hubungan persaudaraan antara kedua negara berdasarkan prinsip saling menghormati.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Bahrain menyebutkan bahwa keputusan ini dibuat berdasarkan prinsip Piagam Liga Arab dan ketentuan Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik.
Tindakan Bahrain ini terjadi sehari setelah diterbitkannya pernyataan Liga Arab di Jeddah, Arab Saudi, yang berisi solidaritas dengan Lebanon dan permintaan semua pihak Lebanon untuk berdialog guna memilih presiden yang dapat diterima oleh mayoritas rakyat Lebanon, dan mengadopsi reformasi yang diperlukan untuk mengatasi krisis saat ini yang melilit Lebanon.