Tahun Ini, 22 Juta Peziarah Arbain Padati Karbala, Irak
(last modified Wed, 06 Sep 2023 13:30:10 GMT )
Sep 06, 2023 20:30 Asia/Jakarta
  • Karbala, Irak.
    Karbala, Irak.

Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mengumumkan bahwa jumlah peziarah Arbain tahun ini di kota Karbala, Irak mencapai 22 juta orang.

Menurut Alforatnews, jumlah peziarah Arbain yang dicatat oleh Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mencapai 22.019.146 orang.

Jumlah tersebut adalah hasil penghitungan yang dilakukan melalui sistem penghitungan elektronik dengan menggunakan kamera-kamera dan CCTV berkualitas tinggi dan akurat.

Kamera-kamera tersebut dipasang di pintu masuk kota Karbala dan tugas utamanya adalah menghitung peziarah Arbain yang datang ke kota ini.

Faras Abbas Hamzah, Kepala Unit Komunikasi dan Teknologi Informasi Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mengatakan, penghitungan jumlah peziarah adalah proses statistik, namun mengingat aktivitas dalam beberapa tahun terakhir, kami memiliki pengalaman yang baik di bidang ini dan apa yang disebutnya sebagai model matematika, telah dikembangkan.

Berdasarkan laporan tersebut, proses penghitungan jumlah peziarah dilakukan dengan teknologi baru dan sistem elektronik di bawah pengawasan tim teknis khusus bidang tersebut, yang berpengalaman bekerja dengan sistem ini.

Peziarah Arbain jalan kaki dari Najaf ke Karbala

Jutaan peziarah dari berbagai kota dan daerah di Irak dan negara-negara Muslim, terutama dari Republik Islam Iran mengunjungi kota Karbala untuk menghadiri acara Arbain. Mereka jalan kaki dari Najaf ke Karbala.

Arbain jatuh pada tanggal 20 Safar, yang tahun ini bertepatan dengan hari Rabu, 6 September 2023. Umat Muslim dan pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia memperingati Arbain sebagai bentuk kecintaan kepada keluarga Rasulullah SAW.

Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu tercinta Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya oleh pasukan Yazid di padang Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Peristiwa pembantaian Imam Hussein as, keluarga dan para sahabatnya pada 10 Muharam 61 Hijriah dikenal sebagai Tragedi Asyura.

Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.

Kebangkitan Imam Hussein as melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, motivasi perjuangan Imam Husein demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya.

Imam Husein as bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat kakeknya dari berbagai penyimpangan ke arah Islam murni, yaitu Islam Muhammadi Saw. (RA)