Operasi Tufan Al-Aqsa di Jalur Gaza
Apa yang selama berbulan-bulan menjadi mimpi buruk bagi tentara Zionis dan khususnya para pemukim di daerah perbatasan menjadi kenyataan dengan operasi kejutan Tufan Al-Aqsa.
Dalam operasi yang dilakukan secara serentak dari darat, udara dan laut, selain Hamas berhasil menembakkan 5.000 roket ke sasaran-sasaran di Palestina pendudukan, juga pejuang gerakan ini berhasil menembus wilayah pendudukan tahun 1948 dan menimbulkan kerugian besar. Selain itu, sejumlah tentara rezim ini juga berhasil ditangkap.
Operasi Tufan al-Aqsa sampai saat ini belum pernah ada duanya, dan termasuk titik balik dalam sejarah operasi pertahanan Palestina sejak awal penjajahan wilayah ini.
Melalui operasi Tufan al-Aqsa, Hamas berada di depan Hizbullah dalam memasuki wilayah pendudukan tahun 1948 yang dikenal sebagai Israel.
Faktanya, apa yang Hizbullah sebelumnya mengancam rezim Zionis, yaitu melakukan operasi di dalam wilayah Palestina pendudukan, justru dilakukan Hamas dan bukannya di utara, melainkan dilakukan di selatan Palestina yang diduduki.
Artinya kekuatan muqawama mampu memasuki wilayah pendudukan Palestina dari utara dan selatan secara bersamaan dalam bentuk gas penjepit dan bertemu di titik pusat.
Hamas dan berbagai faksi muqawama lainnya, sebelumnya berulang kali mempeirngatkan bahwa mereka tidak akan diam terhadap pelanggaran Zionis yang terus meningkat terhadap Masjid al-Aqsa, sama seperti dalam operasi Pedang Quds, mereka telah merealisasikan ancamannya ini.
Hamas dengan operasinya ini, bukan saja memberi balasan atas pelanggaran yang terus meningkat Zionis terhadap Masjid al-Aqsa, tapi juga membalas operasi penumpasan Zionis ke Tepi Barat.
Operasi ini merupakan respons terhadap penyerangan, penindasan, dan pembunuhan yang semakin intensif rezim Zionis terhadap warga Palestina, khususnya di Tepi Barat, sejak terbentuknya pemerintahan ekstremis Netanyahu, dan meskipun Gaza sudah agak jauh dari penderitaan tersebut, namun dengan operasi ini, menunjukkan bahwa mereka tidak acuh terhadap kejadian di Tepi Barat, khususnya di Yerusalem, dan merasa bertanggung jawab terhadap rekan seagama dan rekan senegaranya di mana pun di Palestina, dan memanfaatkan kekuatan militer dan pertahanannya dengan sebaik-baiknya.
Melalui operasi ini, Israel lagi-lagi menorehkan kekalahan bersejarah, dan khususnya Netanyahu pribadi. Dampak paling mungkin dari operasi muqawama ini adalah keruntuhan kabinet koalisi Netanyahu. Karena para pemukim Zionis telah mengalami kekalahan dan penghinaan terbesar sejak mereka melangkahkan kakinya ke Palestina, dan sekarang Netanyahu tidak punya cara untuk memberikan kompensasi, dan jika dia mengambil tindakan dan memulai operasi skala besar, maka akan menghadapi dampak dan konsekuensi jauh lebih dahsyat operasi Tufan al-Aqsa. (MF)