Transformasi Asia Barat, 18 November 2023
-
Bocah Palestina
Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu masih didominasi perkembangan serangan brutal Israel ke Gaza dan kondisi warga tertindas Palestina di daerah ini.
Selain itu, masih ada perkembangan lain dari berbagai negara Asia Barat seperti;
- Bashar Assad: Yang Paling Dibutuhkan Palestina, Bantuan Lawan Genosida
- PM Lebanon: Saya Percaya pada Rasionalitas Hizbullah
- Yaman: Kapal Israel Tak Berani Kibarkan Bendera di Laut Merah
- Ketua Parlemen Irak Diberhentikan, Ini Penyebabnya
- Yordania Tolak Pertukaran Energi dan Air dengan Israel
Tentara Israel Curi Jenazah Warga Palestina dari RS Al Shifa
Kepala Unit Luka Bakar Rumah Sakit Al Shifa, di Gaza, mengumumkan, Rezim Zionis mencuri sejumlah jenazah warga Palestina, dari dalam rumah sakit.

Dikutip IRNA, Jumat (17/11/2023) Kepala Unit Luka Bakar RS Al Shifa mengatakan, "Air dan listrik serta internet di kompleks rumah sakit Al Shifa terputus. Makanan yang sampai ke tangan kami tidak cukup bahkan untuk 40 persen personel yang ada. Kondisi rumah sakit secara umum, tidak steril, dan karena tidak adanya listrik, operasi tidak dapat dilakukan."
Ia menambahkan, "Karena tidak adanya air bersih, banyak anak-anak di RS Al Shifa, terkena infeksi usus akut. Rezim Zionis juga mencuri sejumlah jenazah warga Palestina, dari dalam area rumah sakit. Sebagian besar pasien di Unit Gawat Darurat, meninggal dunia karena sebelumnya mereka bertahan menggunakan alat pernafasan buatan."
Sementara itu Direktur RS Al Shifa mengatakan, "Kami di ambang genosida, dan setiap menit seorang gugur. Kondisinya sangat mengerikan, dan tidak ada apa pun selain kematian dan jenazah. Rezim Zionis terus memblokade rumah sakit ini. Kami punya sebuah apotek besar, tapi Rezim Zionis, melarang siapa pun masuk ke sana."
"Tentara Rezim Zionis, dengan bebas lalu lalang di dalam rumah sakit, dan hal ini membantah keberadaan segala bentuk pasukan perlawanan di dalam rumah sakit. Volume air dan makanan yang diperbolehkan masuk oleh Rezim Zionis, ke dalam rumah sakit hanya cukup untuk 200 orang, sementara di rumah sakit ini terdapat 7.000 orang," pungkasnya.
Hamas Bongkar Plot Rekayasa Zionis di Rumah Sakit Al-Shifa
Seorang anggota senior Hamas menanggapi klaim rezim Zionis mengenai beberapa senjata yang ditemukan di Rumah Sakit Al-Shifa dengan mengatakan, "Kami sudah memperkirakan rezim Zionis akan membuat rekayasa di rumah sakit ini demi membenarkan kebohongannya".
Para pejabat rezim Zionis mengklaim bahwa pasukan perlawanan Palestina menggunakan Rumah Sakit Al-Shifa sebagai markas mereka dan tempat menyimpan senjata dan tahanan Zionis.

Media berbahasa Ibrani juga memuat gambar retakan di tanah dekat Rumah Sakit Al-Shifa dan mengklaim bahwa retakan dan lubang tersebut menandakan keberadaan markas bawah tanah Hamas, namun kemudian ternyata lubang tersebut ada kaitannya dengan ventilasi basement rumah sakit.
Menurut Al Jazeera, Bassem Naim, anggota senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) hari Kamis (16/11/2023) membantah klaim rezim Zionis tentang kebaradaan senjata dan tahanan di Rumah Sakit Al-Shifa, dengan mengatakan,“Kami sudah mengira rezim Zionis akan melakukan tindakan konyol demikian. Mereka sendiri menempatkan senjata di dalam Rumah Sakit Al-Shifa demi membenarkan tuduhannya. Bukti yang mereka yang ditunjukkan konyol dan tidak berharga,".
Menyinggung kegagalan Zionis membuktikan klaimnya, anggota senior Hamas ini menekankan, "Tujuan rezim Zionis untuk memberikan tekanan pada rumah sakit dan staf medis serta menggusur warga Palestina,".
Di sisi lain, Mohammad Al-Hindi, Wakil Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina mengatakan, "Klaim penjajah Al-Quds tentang keberadaan senjata di Rumah Sakit Al-Shifa hanya kebohongan belaka,".
"Rezim Zionis telah lama berusaha menghancurkan citra Rumah Sakit Al-Shifa untuk membenarkan klaim mereka, dan dokumen yang disajikan musuh tentang Rumah Sakit Al-Shifa tidak memiliki nilai dan kredibilitas,". ujar Al-Hindi.
Jumlah syuhada Palestina dalam serangan brutal rezim Zionis di Gaza mencapai 12.000 orang, dan jumlah korban luka mencapai lebih dari 29.000 orang.
Lebih dari 200 Petugas Medis di Gaza Gugur
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan 202 tenaga medis di Gaza gugur sejak awal serangan baru rezim Zionis di wilayah Palestina ini.
Menurut kantor berita Palestine Sama, Kementerian Kesehatan Gaza hari Kamis (16/11/2023) mengumumkan bahwa 36 pasukan pertahanan sipil gugur, dan lebih dari 200 personel medis terluka dalam serangan terbaru rezim Zionis di Gaza.

Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan sebanyak 25 rumah sakit dan pusat kesehatan dari 35 pusat kesehatan di Gaza ditutup, karena pemboman dan kekurangan bahan bakar.
Menurut laporan ini, 3.600 warga sipil, termasuk 1.750 anak-anak, masih hilang di bawah reruntuhan akibat pemboman Israel.
Dalam kejahatan terbaru terhadap warga Palestina, rezim Zionis menargetkan Hayy al-Sabra di wilayah tengah jalur Gaza, yang mengakibatkan 50 warga Palestina gugur dan puluhan lainnya luka-luka.
Pemboman berulang kali terhadap Rumah Sakit Shifa di Gaza oleh tentara rezim Zionis, pemutusan aliran listrik, menghalangi pasokan bahan bakar dan menjegal akses terhadap jenazah hanyalah sebagian dari genosida dan pelanggaran berat hak asasi manusia yang dilakukan Israel di Gaza.
Jumlah syuhada Palestina dalam serangan brutal rezim Zionis di Gaza mencapai 12.000 orang, dan jumlah korban luka melebihi 29.000 orang.
Perlawanan Palestina Gempur Posisi Pasukan Khusus Israel di Gaza
Pasukan perlawanan Palestina, membalas berlanjutnya kejahatan Rezim Zionis, terhadap rakyat Gaza, dengan menembakkan sejumlah roket ke tempat berkumpulnya tentara Israel, di Jalur Gaza.
Dikutip stasiun televisi Al Mayadeen, Rabu (15/11/2023) selain serangan roket ini, terjadi pertempuran sengit antara pasukan perlawanan Palestina, dengan tentara Rezim Zionis, di Jalur Gaza.

Pasukan penjajah pada saat yang bersamaan menggempur kawasan Sheikh Radwan, dan wilayah di sekitarnya dengan serangan artileri.
"Pasukan khusus Rezim Zionis, yang bersembunyi di dalam Gedung Qasr Al Adl, Jalur Gaza, menjadi sasaran serangan roket kami," kata pasukan perlawanan Palestina.
Roket-roket yang ditembakkan pasukan perlawanan Palestina, ke tempat konsentrasi pasukan khusus Rezim Zionis, adalah roket Saeer, dan langsung mengenai target.
Di sisi lain, Brigade Perlawanan Nasional, DFLP mengumumkan, daerah Nir Am, di Kibbutz, Wilayah pendudukan, menjadi sasaran serangan artileri kelompok ini.
Pada hari Rabu dinihari setelah dikepung selama beberapa hari, rumah sakit Al Shifa, di Jalur Gaza, diserang oleh pasukan Rezim Zionis.
Media Israel: Tak Ditemukan Tawanan atau Senjata di Rumah Sakit Al Shifa
Media-media Rezim Zionis, mengakui bahwa dalam serangan pasukan Israel, ke rumah sakit Al Shifa, di Gaza, tidak ditemukan satu pun senjata atau tawanan.
Dikutip Palestine Today, Rabu (15/11/2023) media-media Rezim Zionis, mengakui pasukan Israel, yang menyerbu rumah sakit Al Shifa, di Gaza, tidak menemukan satu pun senjata atau tawanan Israel, di dalam gedung rumah sakit ini.
Pejabat Rezim Zionis, sebelumnya mengklaim pasukan perlawanan Palestina, menjadikan RS Al Shifa, sebagai markas mereka, dan tempat menyimpan senjata serta tawanan Israel.
Media-media Zionis, merilis video yang menunjukkan lubang di atas tanah dekat RS Al Shifa, diklaim sebagai indikasi keberadaan markas bawah tanah Hamas, tapi kemudian terungkap bahwa itu ternyata adalah bagian dari pintu masuk ke ruang ventilasi bawah tanah rumah sakit.
Di sisi lain TV Al Mayadeen, melaporkan, dalam serangan pasukan Rezim Zionis, ke RS Al Shifa, hari Rabu dinihari, sejumlah warga Palestina, yang berada di rumah sakit gugur, dan beberapa terluka.
Selain itu pesawat-pesawat tempur pasukan Rezim Zionis, juga menggempur sejumlah wilayah yang berada di sekitar rumah sakit Al Shifa.
Direktur Rumah Sakit-Rumah Sakit Gaza, Mohammed Zaqout mengatakan, para penjajah tidak hanya menyerang rumah sakit Al Shifa, tapi juga rumah sakit-rumah sakit di Gaza, lain, tapi tak seorang pun anggota Hamas, atau kelompok perlawanan Palestina, lain yang ditemukan di rumah sakit-rumah sakit itu.
Tentara Israel Ketar-Ketir Hadapi Serangan Rudal Hizbullah
Para pejabat rezim Zionis mengungkapkan kekhawatirannya mengenai pertempuran di front utara dengan Hizbullah di Lebanon dan menyebut front ini sebagai tantangan besar bagi Israel.
Selama beberapa hari terakhir, menyusul kejahatan mengerikan yang dilakukan oleh rezim Zionis di Jalur Gaza, Hizbullah Lebanon telah menargetkan posisi militer rezim Zionis di utara wilayah pendudukan yang menimbulkan ketakutan di Israel.

Jaringan Al-Mayadeen melaporkan bahwa Juru Bicara Militer Rezim Zionis mengakui dampak rudal anti-tank dan infiltrasi drone Hizbullah ke wilayah udara Israel yang tidak bisa dijegal oleh sistem pertahanan rezim Zionis.
Di sisi lain, Yoaf Gallant, Menteri Perang Rezim Zionis, menyoroti eskalasi situasi di front utara rezim Zionis dan mengklaim bahwa Hizbullah sedang bermain api.
Zohar Palti, salah satu mantan pejabat keamanan rezim Zionis mengungkapkan bahwa Israel sedang melakukan konfrontasi serius di wilayah utara.
Nir Dafouri, Kepala Staf Tentara Rezim Zionis menyatakan bahwa hanya 50 persen kekuatan angkatan udara Israel siaga menghadapi front utara, dan ini sangat penting.
Yisrael Ze'if, Jenderal rezim Zionis, juga mengatakan bahwa perang setiap hari terjadi dalam skala terbatas di front utara.
Menurutnya, Hizbullah menikmati kebebasan bertindak dan melakukan serangan dengan rudal anti-lapis baja dan mortir yang harus segera ditangani dan perang ini harus dibatasi dan kita tidak menginginkan perang rudal.
Kanal 12 rezim Zionis mengumumkan beberapa hari lalu bahwa kekuatan rudal Hizbullah merupakan ancaman besar bagi Israel.
Bashar Assad: Yang Paling Dibutuhkan Palestina, Bantuan Lawan Genosida
Presiden Suriah, dalam pidatonya pada pertemuan negara-negara Arab dan Muslim, di Riyadh mengatakan, sekarang bukan saatnya berbicara soal solusi dua negara untuk Palestina.
Bashar Al Assad, Sabtu (11/11/2023) menuturkan, Perjanjian Oslo, yang ditandatangani 30 tahun lalu, sampai sekarang hanya memperburuk kondisi rakyat Palestina.

Dikutip kantor berita SANA, Assad menjelaskan, masalah Palestina, tidak terbatas pada Gaza, semata. Gaza adalah masalah utama, substansi Palestina, dan bukti nyata penderitaan bangsa ini.
Presiden Suriah menegaskan, "Masalah Gaza, sepanjang 75 tahun, dipenuhi dengan kejahatan-kejahatan, dan aksi kriminal orang-orang Zionis."
"Perjanjian Oslo, bukan saja perjanjian yang gagal, ia bahkan menambah agresi Rezim Zionis, dan menyebabkan rakyat Palestina, semakin ditindas, dan dibinasakan," imbuhnya.
Assad menegaskan, "Jika kita tidak punya instrumen nyata untuk menekan, maka apa pun langkah yang kita ambil atau statemen yang kita sampaikan, tidak akan ada gunanya."
Menurut Presiden Suriah, berbicara soal solusi dua negara, dan masalah-masalah lain, bukan prioritas, dan semua mengetahui berbicara masalah itu tidak ada manfaatnya.
Ia memprotes sikap kompromistis sebagian negara Arab, dan menjelaskan, "Kompromi sebagian negara Arab, sama dengan kekerasan dan pembunuhan massal oleh Rezim Zionis yang semakin luas terhadap kita. Kejahatan yang terus berlanjut ini, tidak bisa dipisahkan dari sikap kita sebagai negara Arab dan Muslim, yang terpecah belah terkait Palestina."
"Kebutuhan paling urgen orang-orang Palestina, saat ini bukan bantuan kemanusiaan, sekarang mereka sangat membutuhkan dukungan di hadapan pembunuhan," pungkasnya.
PM Lebanon: Saya Percaya pada Rasionalitas Hizbullah
Perdana Menteri Lebanon, menekankan urgensi menghentikan aksi provokatif yang dilakukan pasukan Rezim Zionis, di selatan Lebanon, dan ia mengaku percaya pada rasionalitas Hizbullah.
Najib Mikati, Minggu (12/11/2023) dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Jazeera, mengapresiasi kinerja Hizbullah, dalam melawan pasukan Rezim Zionis.
Ia menuturkan, "Kami bukan salah satu pihak yang berperang, dan tidak akan mengambil langkah untuk memulai perang-perang lebih luas di kawasan. Lebanon menekankan resolusi-resolusi internasional, dan PBB. Selain itu Lebanon, juga berhati-hati, dan kami berharap kontak-kontak yang dilakukan dapat berujung dengan gencatan senjata Israel, di selatan Lebanon."

PM Lebanon menambahkan, "Hizbullah berperilaku sangat nasionalis, dan saya percaya pada rasionalitas mereka. Apa yang penting bagi saya adalah Lebanon, terhindar dari perang. Kami selalu mencari stabilitas. Kami menginginkan gencatan senjata sesegera mungkin di Gaza. Kami menahan diri, dan Israel, harus menghentikan aksi provokatif di selatan Lebanon."
Hizbullah, sejak tanggal 8 Oktober 2023 sudah terjun ke dalam pertempuran melawan pasukan Rezim Zionis, di perbatasan, dalam rangka membantu rakyat Palestina, terutama penduduk Gaza.
Sampai sekarang Hizbullah sudah menyerang puluhan posisi pasukan Rezim Zionis, dan tentara serta peralatan militer mereka di sepanjang garis perbatasan Lebanon, menggunakan rudal.
Yaman: Kapal Israel Tak Berani Kibarkan Bendera di Laut Merah
Sekjen Ansarullah Yaman, mengatakan serangan rudal dan pesawat tanpa awak ke Wilayah pendudukan, dilakukan untuk membalas kejahatan-kejahatan Rezim Zionis, di Gaza.
Sayid Abdul Malik Badreddin Al Houthi, Selasa (14/11/2023) menuturkan, Ansarullah Yaman, menyerang Wilayah pendudukan untuk membalas kejahatan Rezim Zionis, terhadap rakyat Palestina, terutama Gaza.
Ia menambahkan, "Sementara itu rezim-rezim Arab, kehilangan keseriusan mereka dalam langkah-langkah yang berhubungan dengan apa yang terjadi di Jalur Gaza."
"Kapal-kapal Rezim Zionis di Laut Merah, tidak berani mengibarkan bendera Israel, dan hal ini menunjukkan efektivitas sikap Yaman, dan pengaruh pasukan Ansarullah, dalam serangan terhadap musuh," ujar Al Houthi.
Dalam beberapa hari terakhir media-media mengabarkan beberapa kali serangan drone, dan rudal pasukan Yaman, ke posisi-posisi Rezim Zionis di Wilayah pendudukan.
Kelompok-kelompok perlawanan di kawasan Asia Barat, sudah terjun ke dalam pertempuran melawan Rezim Zionis, untuk menunjukkan dukungan mereka atas rakyat Palestina, terutama di Gaza.
Sampai saat ini pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat, di utara dan barat Irak, serta pangkalan-pangkalan AS di Suriah, terus menjadi sasaran serangan roket dan drone perlawanan Irak.
Ketua Parlemen Irak Diberhentikan, Ini Penyebabnya
Pengadilan Pusat Irak mengeluarkan vonis untuk mencopot Mohammed Al-Halbousi dari jabatan ketua parlemen negara itu.
Pengadilan Pusat Irak memeriksa gugatan yang diajukan oleh Leith al-Dilami, seorang anggota parlemen negara itu, terhadap al-Halbousi.
Dengan menunjukkan dokumen, al-Dilami mengatakan bahwa al-Halbousi terlibat dalam penandatanganan kontrak dengan perusahaan asing yang direkturnya adalah mantan perdana menteri rezim Zionis. Salah satu tujuan perusahaan ini adalah normalisasi hubungan antara Baghdad dan Tel Aviv.
Pengadilan Pusat Irak dalam sebuah pernyataan mengungkapkan setelah meninjau gugatan yang diajukan oleh Leith al-Dilami, mereka memutuskan untuk mencopot Mohammad Al-Halbousi dari kursi ketua parlemen dan Mustafa Hamoud al-Dilami dari keanggotaan di parlemen sejak dikeluarkannya putusan ini pada 14 November 2023.
Pengadilan Pusat Irak menekankan bahwa keputusan ini bersifat wajib dan definitif bagi semua institusi.
Menanggapi putusan Pengadilan Pusat Irak, Al-Halboosi menyebutnya sebagai vonis aneh.
Yordania Tolak Pertukaran Energi dan Air dengan Israel
Menteri Luar Negeri Yordania mengatakan bahwa Amman, tidak akan menandatangan kesepakatan pertukaran energi dan air dengan Rezim Zionis.
Ayman Al Safadi, Kamis (16/11/2023) dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Jazeera, mengatakan jika negara mana pun di dunia ini melakukan apa yang dilakukan Israel, maka pasti akan kena sanksi.
Ia menambahkan, aksi-aksi yang dilakukan oleh Rezim Zionis, terhadap penduduk Gaza, adalah kejahatan perang, dan tidak bisa disebut sebagai membela diri.

Pada saat yang sama, Menlu Yordania, menilai Rezim Zionis, sedang berusaha menyeret kawasan Asia Barat, ke arah peperangan besar.
"Tepi Barat, sedang terbakar, dan kita menyaksikan terorisme yang dilakukan oleh para pemukim Zionis. Front utara sedang terlibat ketegangan dengan Lebanon," ujarnya.
Ayman Al Safadi menegaskan bahwa Yordania, tidak akan menandatangani kesepakatan pertukaran energi dan air, dengan Rezim Zionis.
Ia menerangkan, organisasi-organisasi internasional harus bertindak terkait apa yang terjadi di Gaza, dan setiap upaya yang dianggap dapat bisa membantu rakyat Palestina, harus dilakukan.
"Seluruh dunia berhadapan dengan kenyataan bahwa aksi-aksi Israel, telah melenyapkan semua kerja keras beberapa dekade untuk menciptakan perdamaian," imbuhnya.
Al Safadi menegaskan, "Apa pun yang diklaim orang-orang Israel, tidak akan dapat menjustifikasi kematian masyarakat, pasalnya tidak ada obat yang bisa menyembuhkan mereka."