Teror; Metode Israel Lari dari Kekalahan
(last modified Wed, 10 Jan 2024 14:45:39 GMT )
Jan 10, 2024 21:45 Asia/Jakarta
  • Syahid Wissam al-Tawil Hizbullah Lebanon dan Syahid Soleimani
    Syahid Wissam al-Tawil Hizbullah Lebanon dan Syahid Soleimani

Seiring dengan kegagalan Israel meraih tujuan militer di Gaza, rezim ini mulai beralih ke teror para komandan muqawama.

Dalam beberapa hari terakhir, Amerika Serikat dan Israel melancarkan empat operasi teror terhadap para komandan muqawama. Sayid Razi Mousavi, komandan Iran di Suriah, Wissam al-Tawil komandan terkemuka dan pejabat operasi Hizbullah Lebanon, Saleh al-Arouri deputi Kepala Biro Politik Hamas, dalam beberapa hari terakhir diteror oleh Israel. Sementara itu, Abu Taqwa Al-Saidi, komandan al-Nujaba Irak juga gugur dalam serangan drone Amerika Serikat.

Sekaitan dengan ini, berdasarkan data yang dirilis oleh media berbahasa Ibrani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menginstruksikan dinas keamanan rezim ilegal ini untuk mempersiapkan skenario komprehensif untuk menghapus dan meneror para pemimpin muqawama.

Dalam keadaan apa dan untuk tujuan apa teror tersebut dilakukan? Teror ini dilakukan dalam kondisi di mana rezim Zionis tidak mencapai dua tujuan militer utamanya, yaitu pembebasan sandera dan penghancuran Hamas, selama perang 3 bulan melawan Gaza. Di sisi lain, teror ini dilakukan dalam situasi di mana demonstrasi menentang kabinet Netanyahu meningkat di wilayah-wilayah pendudukan, dan pada saat yang sama, ketegangan dan perbedaan dalam kabinet Netanyahu terungkap ke publik. Oleh karena itu, dalam situasi seperti ini, kabinet Netanyahu berusaha membunuh para komandan perlawanan untuk mendapatkan keuntungan dan mengurangi tekanan terhadap kabinet.

 

Syahid Soleimani dan Syahid Sayid Razi Mousavi

Oleh karena itu, salah satu tujuan rezim Zionis dari teror, selain mencapai prestasi di ranah domestik, dapat disebutkan dua hal lain: mendiskreditkan pencegahan perlawanan dan mengubah perang dari Hamas-rezim Zionis menjadi muqawama- Amerika Serikat dan rezim Zionis. Bahkan, demi menghindari kekalahan di Gaza, rezim Zionis berupaya menciptakan perang yang lebih besar di kawasan Asia Barat dengan kehadiran Amerika. Tel Aviv berpandangan akan menghindari penghinaan di Gaza dengan kehadiran langsung Amerika dalam perang dan melibatkan Iran.

Tujuan penting lainnya dari rezim Zionis dalam membunuh para komandan perlawanan adalah untuk menghancurkan moral dan melemahkan struktur komando di dalam tubuh muqawama, alih-alih memulihkan kepercayaan diri dan pencegahan militer Zionis terhadap jaringan perlawanan. Artinya, apa yang tidak dicapai oleh rezim Zionis di bidang militer, mereka coba capai dengan teror dan perang psikologis melawan muqawama.

Poin terakhir adalah perilaku mesin-mesin teror rezim Zionis dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan rencana Tel Aviv untuk menciptakan kampanye teror para komandan  muqawama di seluruh wilayah Asia Barat. Tapi bukti sejarah menunjukkan bahwa teror tidak mampu melemahkan poros muqawama, karena sebelum ini para komandna penting juga telah gugur di tangan agen-agen Zionis.

Operasi Badai al-Aqsa telah membuktikan bahwa teror bukan saja gagal menghentikan perlawanan, tapi malah menimbulkan hal sebaliknya dan muqawama semakin kuat. Sekaitan dengan ini, rezim Zionis harus memperhatikan bahwa kesabaran strategis poros muqawama adalah kesabaran yang tidak ada habisnya, dan rezim ini tengah menunggu pembalasan yang keras. (MF)