Gelombang Gangguan Jiwa; Mengapa Tren Bunuh Diri Tentara Israel Terus Naik?
Sep 17, 2025 20:33 Asia/Jakarta
Pars Today – Dalam dua tahun terakhir setelah kekalahan pada 7 Oktober 2023, tingkat gangguan psikologis dan kejiwaan di antara orang-orang Zionis, meningkat, dan sekarang Rezim Zionis dihadapkan dengan krisis akut bunuh diri para tentara Israel.
Di Wilayah pendudukan, gelombang gangguan kejiwaan yang terus meningkat terutama di antara pasukan Rezim Zionis, telah berubah menjadi sebuah krisis mendalam, dan berkelanjutan. Sejak pecahnya perang Gaza, Oktober 2023, data kasus bunuh diri di Angkatan Bersenjata Rezim Zionis, mengalami peningkatan tajam, dan mencapai level tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
Menurut laporan resmi, sejak Oktober 2023 sampai sekarang, sedikitnya 54 tentara Israel, melakukan bunuh diri, termasuk 17 kasus di tahun 2023, 21 kasus di tahun 2024, dan 16 kasus di tahun 2025.
Tren ini bukan hanya menunjukkan tekanan-tekanan psikologis akibat perang berkelanjutan, tapi juga kehidupan berbahaya bagi sebuah sistem kesehatan jiwa Rezim Zionis yang tidak efektif dan tidak mampu menghadapi volume besar gangguan kejiwaan. Krisis yang berakar dari kebijakan penjajahan dan perang tanpa henti ini telah melewati batas individu dan berubah menjadi sebuah masalah kolektif.
Para pengamat meyakini bahwa peningkatan angka kasus bunuh diri biasanya berhubungan dengan trauma perang. Perang adalah peristiwa yang memaksa tentara Israel, terutama Pasukan Cadangan yang ditempatkan selama lebih dari 700 hari di zona-zona perang, harus menyaksikan pemandangan mengerikan, kehilangan kawan, dan tekanan-tekanan kontinu.
Penelitian-penelitian di tubuh Militer Israel, menunjukkan sebagian besar kasus bunuh diri terbaru berhubungan dengan Post-traumatic stress disorder (PTSD), kelelahan emosional, dan perasaan tidak berarti setelah kembali ke kehidupan sehari-hari.
Laporan Kementerian Kesehatan Rezim Zionis, dan Badan Kesehatan Dunia, WHO, menyebutkan sekitar tiga juta orang Zionis dewasa di Wilayah pendudukan, mengalami kecemasan, depresi, dan tanda-tanda PSTD.
Haggai Hermesh, psikolog Rezim Zionis, sehubungan dengan ini mengatakan data yang disampaikan terkait kasus bunuh diri di tubuh Angkatan Bersenjata Israel, hanya puncak dari gunung es, dan setiap tahun antara 500 hingga 700 orang melakukan bunuh diri, namun data mereka terhindar dari jangkauan media.
Sejumlah laporan di media-media berbahasa Ibrani menyebutkan kasus desersi dan bunuh diri di Militer Israel, sejak awal tahun 2025 terutama setelah dimulainya operasi Kereta Gideon-2, mengalami peningkatan, tapi pasukan Israel, menolak untuk mengumumkan data sebenarnya.
Situs berita Walla, melaporkan, Departemen Rehabilitasi Angkatan Bersenjata Israel, saat ini menangani 81.000 kasus aktif yang 31.000 kasus di antaranya terkait dengan gangguan kejiwaan. Dalam perang sekarang di Gaza saja, lebih dari 20.000 korban luka baru tercatat dari tentara Israel, yang setengahnya menghadapi krisis kejiwaan.
Departemen ini memperkirakan hingga tahun 2028, jumlah korban luka fisik dan mental Israel yang dirawat akan menembus batas 100.000 orang. Data yang akan memberikan beban finansial dan kemanusiaan yang berat bagi pasukan Rezim Zionis.
Gilad Kariv, anggota Knesset (Parlemen Rezim Zionis) dalam pidatonya terkait hal ini menekankan bahwa struktur kesehatan di rezim ini sudah runtuh. Ia menuturkan, “Masalahnya sudah sedemikian akut sehingga Komisi Kesehatan Knesset, membahas kasus bunuh diri yang terus meningkat di antara orang-orang terdampak serangan Oktober 2023 atau keluarga-keluarga mereka.”
Ia menambahkan, “Kami berhadapan dengan sebuah fenomena yang sangat mengkhawatirkan, dan pada saat yang sama terus meluas. Sejak 7 Oktober 2023 hingga sekarang kami menyaksikan peningkatan signifikan kasus bunuh diri orang-orang Israel.”
Pada saat yang sama surat kabar Rezim Zionis, Jerusalem Post, dalam laporan berjudul “Sistem Kesehatan bagi Gangguan Jiwa Terbesar dalam Sejarah segera Disiapkan” menulis, “Sekitar 30 persen penduduk Israel, dalam beberapa bulan mendatang akan mengalami gangguan mental.” (HS)
Tags