Akankah rezim Zionis Setuju dengan pembebasan Ibrahim Hamed, Yahya Sinwar Kedua?
-
Ibrahim Hamed, Yanya Sinwar Kedua
Pars Today – Menurut laporan berbagai media, nama Ibrahim Hamed kembali mencuat dalam perundingan pertukaran tawanan, komandan yang disebut Dinas Intelijen dan keamanan Internal Israel (Shin Bet) lebih berbahaya dari Yahya al-Sinwar, dan selama bertahun-tahun menjadi simbol muqawama di penjara-penjara rezim ini dengan 54 vonis penjara seumur hidup.
Menurut laporan Pars Today, Koran Yediot Ahronot melaporkan bahwa Hamas selama perundingan Sharm el-Sheikh, Mesir menuntut pembebasan Ibrahim Hamed, mantan komtanan sayap militer gerakan ini di Tepi Barat. Sementara itu, sumber keamanan Israel mengatakan bahwa Hamed memiliki "kemampuan yang setara dengan Yahya al-Sinwar, bahkan lebih." Ibrahim Hamed dikenal sebagai perencana utama operasi syahid Hamas selama Intifada Kedua dan dikejar oleh Shin Bet selama bertahun-tahun, hingga akhirnya ditangkap oleh pasukan Israel pada tahun 2006 dan dijatuhi hukuman 54 hukuman seumur hidup pada tahun 2012.
Media Ibrani melaporkan bahwa Israel terus menentang pembebasan beberapa tokoh penting dalam kepemimpinan Palestina, termasuk Marwan al-Barghouthi dan Ahmed Saadat, selama negosiasi dengan Hamas, dan belum jelas apakah Israel telah menyetujui pembebasan tahanan penting lainnya, termasuk Ibrahim Hamed. Permintaan ini diajukan dalam kerangka negosiasi perjanjian pertukaran tahanan, yang telah dijanjikan Hamas untuk dilaksanakan sebagian dalam 72 jam ke depan.
Ibrahim Hamed, lahir pada tahun 1965 di kota Silwad, sebelah timur Ramallah di Tepi Barat, adalah salah satu komandan militer paling terkemuka dari gerakan Hamas di Tepi Barat. Ia lulus dari Universitas Birzeit dan telah aktif terlibat dalam struktur militer Hamas sejak tahun 1990-an. Setelah gugurnya dua komandan senior Hamas, Imad dan Adel Awadallah, pada tahun 1998, Hamed mengambil alih komando sayap militer Hamas di Tepi Barat.
Shin Bet menganggapnya sebagai perencana utama puluhan operasi militer dan bunuh diri selama Intifada Kedua; termasuk ledakan pipa gas, serangan terhadap fasilitas militer, dan operasi syahid yang, menurut sumber-sumber Israel, telah menewaskan puluhan tentara dan pemukim. Sejak penangkapannya, Hamed telah ditahan di sel isolasi di penjara-penjara Israel dan mengalami penyiksaan fisik dan psikologis yang paling parah. Namun, menurut media Israel, tidak ada metode interogasi yang berhasil memaksanya untuk mengaku. Shin Bet menggambarkannya sebagai "batu karang yang tak tergoyahkan" dan mengakui bahwa ia tidak pernah merasa tidak berdaya saat menghadapi tahanan mana pun, kecuali menghadapi Hamed.
Ibrahim Hamed telah ditolak aksesnya kepada keluarganya dan menderita cedera fisik serius, termasuk robekan ligamen krusiatum dan herniasi diskus, akibat kondisi penjara yang keras. Istri dan anak-anaknya juga dideportasi ke Yordania setelah istrinya dibebaskan. Dalam beberapa tahun terakhir, nama Ibrahim Hamed telah berulang kali disebut dalam negosiasi pertukaran tahanan dan tetap menjadi tokoh simbolis perlawanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Menurut perjanjian gencatan senjata Gaza, pada tahap pertama, 72 jam setelah gencatan senjata dimulai, Hamas akan menyerahkan 20 tahanan Israel yang masih hidup sekaligus, dan Israel telah berjanji untuk membebaskan lebih dari 2.000 tahanan Palestina, termasuk 250 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup dan 1.700 tahanan yang telah ditahan selama dua tahun terakhir. (MF)