Perang Proksi Israel terhadap Perlawanan Palestina di Gaza
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i179478-perang_proksi_israel_terhadap_perlawanan_palestina_di_gaza
Pars Today - Di tengah kehancuran Gaza, sebuah bentuk peperangan baru telah muncul. Perang senyap yang persenjataannya bukan drone atau artileri, melainkan geng kriminal yang didukung Israel.
(last modified 2025-11-03T05:49:02+00:00 )
Nov 03, 2025 12:45 Asia/Jakarta
  • Pasukan bayaran Zionis di Gaza
    Pasukan bayaran Zionis di Gaza

Pars Today - Di tengah kehancuran Gaza, sebuah bentuk peperangan baru telah muncul. Perang senyap yang persenjataannya bukan drone atau artileri, melainkan geng kriminal yang didukung Israel.

Surat kabar Al-Araby Al-Jadeed melaporkan hari Minggu (02/11/2025) bahwa dalam beberapa bulan terakhir, sumber-sumber lokal telah mengungkap aktivitas kelompok-kelompok yang diduga melakukan operasi perburuan, pengumpulan intelijen, dan penculikan di wilayah-wilayah Gaza yang bergejolak, di bawah naungan Israel. Demikian FNA melaporkan.

Kisah ini bermula dari hilangnya seorang perawat muda. Tasneem Al-Hams, seorang perawat dari Khan Yunis, sedang bersiap untuk pulang pada malam hari tanggal 2 Oktober 2025, setelah menyelesaikan tugasnya di sebuah pusat medis sementara, ketika sebuah truk pengangkut barang-barang rumah tangga tiba-tiba berhenti di depannya.

Beberapa pria bersenjata keluar dari mobil dan dalam beberapa menit, pemandangan biasa berubah menjadi operasi penculikan. Tasneem dibawa pergi dengan truk.

Kemudian, keluarganya mengetahui bahwa ia ditahan di penjara Israel di Ashkelon. Dua bulan sebelumnya, ayahnya, Dr. Marwan Al-Hams, direktur rumah sakit lapangan Gaza, juga diculik dengan cara yang sama.

Menurut kantor informasi pemerintah Gaza, kedua insiden ini hanyalah contoh gelombang baru penculikan yang semakin intensif sejak paruh kedua tahun 2025. Setidaknya 300 orang, termasuk 200 orang dari pusat distribusi bantuan kemanusiaan, telah diculik selama periode ini.

Ismail Al-Thawabta, Kepala Kantor Informasi Pemerintah Gaza mengatakan angka-angka tersebut menunjukkan "pola yang berulang dan terorganisir" yang diuntungkan oleh runtuhnya keamanan pasca-pengeboman Israel.

Menurut data keamanan, tentara Zionis Israel merekrut dan mempersenjatai enam kelompok bersenjata lokal pada tahun 2025. Empat kelompok masih aktif: satu di Rafah timur, dipimpin oleh Yasser Abu Shabab, satu lagi di Khan Yunis selatan, dipimpin oleh Hussam Al-Astal, dikenal sebagai Abu Sefin, dan dua kelompok yang lebih kecil di Gaza timur dan selatan, yang anggotanya berasal dari keluarga Mansi, Hilles, dan Doghmush.

Kelompok terakhir, yang berafiliasi dengan keluarga Doghmush, dibubarkan bulan lalu dalam pertempuran enam jam dengan pasukan khusus Kementerian Dalam Negeri Gaza, yang dikenal sebagai Radea. Lebih dari 25 anggota kelompok ini tewas, puluhan orang ditangkap, dan gudang senjata, bahan bakar, serta peralatan komunikasi yang terkait dengan militer Israel disita.

Para pemimpin kelompok ini seringkali memiliki catatan kriminal, termasuk penyelundupan, kejahatan, atau tuduhan kerja sama keamanan dengan Israel. Laporan menunjukkan bahwa setelah melarikan diri dari penjara pada awal perang, mereka beralih ke penjarahan truk bantuan dan penculikan.

Salah satu dari mereka, Yasser Abu Shabab, sebelumnya telah ditangkap atas tuduhan spionase. Hussam Al-Astal, yang terlibat dalam pembunuhan ilmuwan Palestina Fadi Al-Batsh di Malaysia, melarikan diri setelah dijatuhi hukuman mati dan muncul kembali di Gaza selatan.

Dalam salah satu kasus terpenting, sumber keamanan berhasil mengidentifikasi pelaku penculikan Tasneem Al-Hams, seorang anggota kelompok Al-Astal, yang dipimpin oleh badan intelijen Israel.

Menurut sumber lokal, kelompok-kelompok ini menerima dukungan udara Israel dalam banyak operasi mereka. Contoh nyata dari hal ini adalah penculikan Dr. Marwan Al-Hams, ketika orang-orang bersenjata menyerang tempat peristirahatannya di selatan Khan Yunis dengan mobil tanpa plat nomor. Dalam bentrokan singkat, jurnalis Tamer Al-Za’anin tewas dan Dr. Al-Hams, yang terluka, dibawa ke poros Salah Al-Din, wilayah yang dikuasai oleh tentara Israel.

Para pengacara internasional menganggap metode operasi ini sebagai contoh "perang". Menurut Lima Bustami, Direktur Hukum Human Rights Watch Euro-Mediterania, penggunaan pakaian sipil atau penyamaran untuk menipu pihak lawan selama operasi militer dilarang berdasarkan Pasal 37 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa dan dianggap sebagai "kejahatan perang" jika mengakibatkan kematian atau cedera.

Contoh serupa telah didokumentasikan. Abdullah Yousef, seorang penduduk Gaza barat, menceritakan bagaimana pada 9 Mei, sekelompok sembilan orang berpakaian perempuan keluar dari truk yang membawa selimut dan perlengkapan rumah tangga dan menyerang rumah seorang komandan perlawanan di Khan Yunis. Setelah bentrokan tujuh menit dan serangan udara Israel, Ahmed Sarhan gugur dan istri serta putranya diculik.

Sementara itu, beberapa penculikan terjadi di pusat-pusat distribusi bantuan kemanusiaan.

Saleh Al-Hams, Direktur Keperawatan di Rumah Sakit Eropa di Gaza dan paman Tasneem, mengatakan penculikannya adalah "alat untuk menekan ayahnya". Ia meminta Organisasi Kesehatan Dunia dan organisasi-organisasi internasional untuk campur tangan guna mengamankan pembebasan mereka.

Mahmoud Omar, seorang penyintas insiden serupa di Rafah menceritakan bagaimana, saat menerima bantuan, sekelompok pria bersenjata Kalashnikov masuk, menangkap 25 orang dan membawa mereka ke pusat interogasi, tempat seorang perwira intelijen Israel menggunakan laptop untuk memverifikasi identitas mereka. Setelah pemeriksaan, beberapa orang dibebaskan, tetapi lima orang dibawa ke lokasi yang tidak diketahui, dengan mata tertutup dan tangan diborgol.

Dalam insiden lain di wilayah yang sama, Mohammed Shaer mengatakan bahwa saat menunggu truk bantuan, sekelompok pria bersenjata keluar dari mobil, menembaki kerumunan, dan mengancam mereka dengan meneriakkan "anjing-anjing Hamas".

Serangan semacam itu, kata Thawbata, menunjukkan bahwa "geng-geng kriminal menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai jebakan untuk memangsa orang-orang".

Perlawanan juga telah memulai serangan balasannya sendiri. September lalu, tiga anggota salah satu kelompok ini ditangkap di Gaza timur dan dieksekusi mati tanpa pengadilan.

Sebulan kemudian, delapan anggota lain dari jaringan yang sama dieksekusi setelah diinterogasi. Sumber-sumber keamanan mengatakan bahwa orang-orang ini terlibat dalam penculikan pejuang perlawanan dan menyebarkan informasi tentang terowongan dan tahanan Palestina ke Israel.

Akibat bentrokan ini, banyak anggota jaringan telah melarikan diri ke wilayah timur yang berada di bawah kendali tentara Israel.

Namun, pasukan keamanan Gaza telah mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan operasi pengejaran dan pembersihan dan tidak akan berhenti sampai "kelompok-kelompok ini benar-benar dibasmi".(sl)