Barang Siapa Yang Menanam, Dia Yang Akan Menuai
Malam itu ketika Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kembali ke rumah dalam kondisi lelah, beliau baru tahu kalau istrinya sedang sakit. Sayidah Fathimah dengan wajah pucat sedang istirahat di atas tikar yang sudah jelek di sudut kamarnya. Imam Ali masuk ke kamar dan meletakkan kepala Sayidah Fathimah di pangkuannya dan menangisinya.
Dengan penuh kasih sayang, Imam Ali menanyakan kondisi istrinya seraya berkata, “Fathimah sayang! Engkau mau apa? Katakanlah, dan akan aku penuhi!”
Sayidah Fathimah berkata, “Aku tidak meminta sesuatu. Ayahku bersabda, ‘Jangan meminta sesuatu pada suamimu yang sekiranya sulit baginya untuk memenuhinya, sehingga dia merasa malu padamu!”
Imam Ali as berkata, “Aku bersumpah demi engkau! Katakan apa yang engkau maukan?!”
Sayidah Fathimah as berkata, “Kini karena engkau telah bersumpah, akan sangat baik bila ada delima.”
Segera Imam Ali keluar dari rumah dan pergi mencari delima. Meski beliau tahu bahwa musim delima telah lewat dan tidak akan ditemukan delima di kota. Beliau menemui beberapa sahabat dan menceritakan masalahnya dan mencari jalan keluar. Salah seorang sahabat berkata bahwa teman-teman Syam’un Yahudi telah memberikan beberapa delima kepadanya. Imam Ali pun pergi menuju rumah orang Yahudi ini. Syam’un terperangah melihat kedatangan Imam Ali dan bertanya, “Apa yang terjadi sehingga rumahku menjadi berkah karena langkah-langkah kakimu!”
Imam Ali berkata, “Saya mendengar, orang-orang dekatmu telah membawakan delima untukmu. Saya datang untuk membeli satu dari delima-delima itu untuk seorang yang sedang sakit.”
Dengan rasa malu lelaki Yahudi itu berkata, “Diriku sebagai tebusanmu! Aku telah menjual semua delima tersebut. Seandainya saja engkau memerlukan yang lainnya.”
Imam Ali berkata, “Coba lihat lagi di dalam rumah. Barangkali ada yang masih tersisa.”
Ketika itu juga istri Syam’un yang mendengar pembicaraan mereka, datang menemui keduanya dan berkata, “Saya telah mengambil satu dari delima-delima itu untuk diriku sendiri. Tapi sekarang akan aku berikan kepada Ali.”
Imam Ali benar-benar gembira dan mengambil delima itu. Beliau mengucapkan terima kasih kepada istri Syam’un dan menyodorkan uang empat Dirham. Syam’un berkata, “Harga delima ini setengah Dirham.”
Imam Ali berkata, “Sisanya adalah milik istrimu karena telah menggembirakan aku.”
Kemudian beliau berjalan menuju rumahnya. Di tengah perjalanan beliau mendengar suara jeritan dan beliau menuju pada suara itu. Seorang lelaki asing sedang duduk di sebuah bekas puing-puing bangunan dan berteriak. Imam Ali menanyakan keadaan lelaki itu dan ternyata lelaki itu sedang kelaparan. Itulah mengapa Imam Ali menanyakan kondisinya dan berkata, “Hai hamba Allah! Apa yang bisa aku bantu? Katakanlah, sehingga aku lakukan!”
Lelaki itu berkata, “Hai lelaki yang saleh! Aku datang dari kota Madain. Aku adalah seorang miskin dan papah. Aku datang ke sini barangkali Amirul Mukminin bisa menyelesaikan masalahku dan menolongku, ternyata aku sakit di sini.”
Imam Ali berkata, “Engkau mau apa?”
Lelaki asing itu menjawab, “Aku ingin delima.”
Imam Ali berkata, “Di seluruh kota ini hanya ada satu delima dan aku membelinya untuk orang yang sakit. Sekarang aku memberikan padamu separuh darinya dan separuhnya lagi akan aku bawa untuk dia yang sedang sakit.”
Lelaki itu mengucapkan terima kasih. Dia makan separuh dari delima yang ada dan berkata, “Bila yang separuhnya lagi itu engkau berikan padaku, maka aku akan berterimah kasih.”
Imam Ali memberikan sisa dari delima itu kepada lelaki asing ini dan dia mendoakan Imam. Imam Ali kembali ke rumah dengan tangan kosong, dalam kondisi tidak tahu apa yang harus dikatakannya kepada istrinya yang sedang sakit. Itulah mengapa dalam hati beliau mengatakan, “Seandainya saja Fathimah sedang tidur.”
Ketika sampai di rumah, beliau mengintip kamar istrinya, untuk melihat apakah istrinya sedang tidur ataukah tidak. Beliau terkejut melihat kondisi yang sedang disaksikannya. Sayidah Fathimah sedang duduk dan bersandar di dinding sedang makan delima dan di sampingnya ada sebuah bejana penuh dengan buah delima!
Imam Ali gembira melihat pemandangan ini dan mendekati Sayidah Fahimah. Kemudian menanyakan kejadian yang ada. Dari wajahnya kelihatan bahwa Sayidah Fathimah as telah mendapatkan kesembuhannya dan menghadap kepada Imam Ali seraya berkata, “Wahai Ali! Sebelum engkau datang, ada yang mengetuk pintu dan Fiddhah [pengabdi Sayidah Fathimah] yang membukakan pintu. Beberapa saat kemudian dia kembali ke kamar dengan bejana ini dan berkata, “Seorang asing telah memberikan bejana yang berisi delima ini kepada saya dan berkata, “Delima-delima ini adalah kiriman Ali untuk Fathimah.” (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as