Laporan Tendensius terhadap Operasi Mosul
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i25567-laporan_tendensius_terhadap_operasi_mosul
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengkritik laporan Amnesty International, yang menuding pemerintah Baghdad lalai untuk melindungi warga sipil dalam operasi menghancurkan kelompok teroris Daesh di Mosul.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Nov 12, 2016 15:04 Asia/Jakarta
  • Laporan Tendensius terhadap Operasi Mosul

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengkritik laporan Amnesty International, yang menuding pemerintah Baghdad lalai untuk melindungi warga sipil dalam operasi menghancurkan kelompok teroris Daesh di Mosul.

Abadi meminta Amnesty International bertanggung jawab karena telah membahayakan keamanan warga Mosul dengan menerbitkan informasi infaktual tentang "ekstra-yudisial" di beberapa daerah yang dibebaskan di Mosul.

Ia dan panglima Angkatan Bersenjata Irak menolak klaim-klaim palsu yang tercantum dalam laporan Amnesty International tentang kelalaian pasukan Irak untuk melindungi warga sipil di daerah operasi.

Abadi menegaskan bahwa tudingan itu dilontarkan ketika pasukan Irak telah mencapai kesuksesan penting dalam menumpas Daesh dan menyelamatkan puluhan ribu warga sipil.

Amnesty International dalam laporannya menyoroti kematian dan penyiksaan warga sipil di zona pertempuran pasukan Irak dengan teroris Daesh. Organisasi itu menuding pemerintah Baghdad telah melalaikan tugasnya untuk melindungi warga sipil dan properti warga Irak. Anggota Polisi Federal Irak dituding melakukan penyiksaan dan membunuh warga sipil di selatan Mosul karena dicurigai memiliki hubungan dengan Daesh.

Laporan itu diterbitkan ketika Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan udara Amerika Serikat di Suriah dan Irak mencapai lebih dari 1000 orang dalam dua tahun terakhir. Dalam laporannya pada Kamis (10/11/2016), Kemenhan Rusia menjelaskan bahwa sekitar 200 warga sipil tewas hanya dalam serangan udara AS selama dua bulan terakhir di daerah Deir Ezzor dan Aleppo di Suriah, dan Provinsi Nainawa di Irak Utara.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan, perang kontra-teroris yang dilakukan oleh koalisi pimpinan AS di Mosul, telah menciptakan kondisi yang mirip dengan pembantaian abad pertengahan.

"Penduduk Mosul dibunuh secara massal oleh teroris dan oleh pasukan koalisi," ujarnya dalam konferensi pers, Minggu (6/11/2016).

Zakharova mengecam koalisi pimpinan AS yang mengabaikan kehidupan warga sipil di Mosul, yang telah menjadi benteng utama Daesh di Irak sejak tahun 2014. Rusia berkali-kali memperingatkan tentang banyaknya warga sipil yang tewas dalam serangan udara dan rudal koalisi pimpinan AS di Mosul.

Lalu, mengapa Amnesty International menutup mata atas kejahatan AS dan Arab Saudi di Suriah dan Irak? Seharusnya organisasi itu mendukung upaya pemerintah dan militer Irak untuk mengakhiri penderitaan warga dan membebaskan mereka dari cengkraman Daesh.

Pengalaman 10 tahun lalu perang pemerintah dan rakyat Irak untuk memperoleh independensi, menunjukkan bahwa musuh selalu menciptakan hambatan ketika mereka sudah dekat dengan sebuah kesuksesan besar. Musuh senantiasa ingin menjauhkan rakyat Irak dari cita-citanya dengan menyebarkan informasi yang menyesatkan.

Para pejabat dan ulama Irak sudah sering memperingatkan tentang konspirasi musuh untuk mengadu-domba masyarakat. Mereka menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk mencapai independensi dan kemajuan nyata di Irak adalah memperkuat persatuan di antara kelompok-kelompok internal dan meningkatkan kewaspadaan terhadap konspirasi musuh seperti, AS dan Arab Saudi. (RM)