Liga Arab, Mulai Kegagalan Politik hingga Krisis Finansial
-
Liga Arab
Kondisi finansial Liga Arab yang semakin parah dan memanasnya friksi politik di organisasi ini selama beberapa bulan terakhir mendapat sorotan tajam dari media-media Arab termasuk media Mesir. Dalam hal ini, sebuah surat kabar Mesir melaporkan pengunduran diri 15 staf Liga Arab lainnya karena krisis finansial.
Koran al-Shorouk Mesir menulis, Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit menyetujui pengunduran diri 15 staf organisasi ini karena krisis keuangan. Koran cetakan Mesir ini menulis, pengunduran beruntun staf Liga Arab yang mayoritasnya warga Mesir dan sejumlah lainnya dari Yaman, Irak dan Lebanon, tidak berkaitan dengan friksi internal termasuk mengenai manajemen organisasi ini. Satu-satunya alasannya adalah krisis finansial karena sejumlah negara anggota tidak membaya iuran.
Liga Arab selama beberapa tahun terakhir berubah menjadi organisasi yang tidak berpengaruh akibat friksi yang terus meningkat di antara sesama anggota dan krisis akut finansial yang didorong oleh friksi anggota dan sikap sejumlah negara yang menolak membayar iuran. Berita yang dirilis terkait kendala besar yang dialami Liga Arab menunjukkan organisasi Arab yang dibentuk tahun 1945 dan telah berusia 72 tahun ini berubah menjadi organisasi yang tidak efektif.
Terlepas dari apakah Liga Arab merupakan organisasi berpengaruh di dunia Arab atau tidak, secara prakstis Liga Arab berubah menjadi sarana kekuatan sejumlah negara serta tempat untuk menekan negara Arab lainnya.
Sejumlah negara anggota Liga Arab termasuk Arab Saudi dengan sikapnya mempengaruhi setiap keputusan organisasi ini terkait berbagai isu termasuk intervensi di Irak dan Suriah yang menguntungkan teroris dan perang di Yaman, mendorong organisasi ini mengambil kebijakan politik arogan terkait sejumlah transformasi.
Arab Saudi dengan pengaruhnya terhadap sejumlah negara Arab, memanfaatkan berbagai organisasi Arab khususnya Liga Arab untuk mencapai ambisinya di kawasan. Selama beberapa tahun terakhir, kondisi ini terlihat nyata dengan represi Arab Saudi terhadap sejumlah negara termasuk Irak dan Suriah.
Oleh karena itu, sikap pasif Liga Arab menyikapi krisis regional dan pengaruh negatif organisasi ini di krisis tersebut serta sikapnya yang mengiringi teroris di kawasan memicu kritik yang terus meningkat dari opini publik. Hal ini sepenuhnya memicu perpecahan di tubuh organisasi ini.
Di sisi lain, Liga Arab tidak pernah mampu mengambil sikap satu, rasional dan berpengaruh terkait krisis di kawasan. Sementara itu, sikap Liga Arab yang tunduk pada dikte negara-negara kolaborator Arab terkait Palestina dan penindaklanjutan rencana damai telah mendorong organisasi ini sedikit pun tidak mampu memberi bantuan terhadap isu paling krusial dunia Islam dan negara Arab, yakni isu Palestina.
Organisasi ini dengan menyibukkan diri terhadap isu-isu parsial dan mengiringi konspirasi serta fitnah di kawasan serta dunia Islam, secara praktis kian jauh dari tujuan utamanya serta mengarah pada keruntuhan.
Kini Liga Arab juga berada di bawah pengaruh Arab Saudi baik di bidang politik mau pun ekonomi serta mengalami kerugian besar. Selain dililit isu politik, Liga Arab secara praktis menghadapi krisis finansial. Laporan terkait hal ini menunjukkan parahnya krisis finansial yang dihadapi Liga Arab di tahun 2017. Bahkan elit politik menyebut Liga Arab sebagai kumpulan dari orang-orang pailit dan tengah mengarah pada keruntuhan. (MF)