Mengabarkan Kondisi Hewan
-
Imam Muhammad Baqir as
Muhammad bin Salim mengatakan, “Saya bersama Imam Baqir as dalam perjalanan menuju Mekah. Saya melihat seekor induk kambing yang terpisah dari kawanannya dan memanggil anaknya yang sudah jauh darinya.”
Imam Baqir as berkata kepadaku, “Tahukah engkau apa yang dikatakan kambing ini kepada anaknya?”
Saya katakan, “Saya tidak tahu wahai sayidku.”
Beliau berkata, “Cepatlah bergabung kembali dengan kawanan, tahun yang lalu saudaramu ketinggalan dari kawanan dan terpisah dari aku. Oleh karena itulah, serigala telah memakannya.”
Muhammad bin Muslim mengatakan, “Aku menemui penggembala dan berkata kepadanya, “Kambing ini sedang memanggil anaknya, sepertinya sebelum ini seekor serigala telah mengambil anaknya di tempat ini?”
Sang penggembala berkata, “Iya. Tahun yang lalu terjadi demikian. Tapi, dari mana engkau tahu?”
Melihat Amalan Hamba-Hamba Allah
Fudhail bin Yasar mengatakan, “Saya mendengar Imam Baqir mengatakan, “Para imam maksum mendengar kata-kata di dalam perut ibu. Begitu mereka lahir di bumi, maka ada sebuah tiang dari cahaya untuk mereka sehingga mereka bisa melihat amalan hamba-hamba Allah dengan perantara cahaya itu.”
Cara Syahadah
Almarhum Majlisi telah menukil sebuah riwayat dari Imam Shadiq as demikian:
“Abdul Malik bin Marwan telah mengirim sebuah pelana yang diracuni ke Madinah. Pelana itu diletakkan di atas punggung kuda dan menaikkan Imam Baqir as ke atas kuda itu. Karena beliau naik di atas pelana itu, maka tubuh beliau membengkak karena kerasnya racun itu. Beliau menyaksikan tanda-tanda kematian pada dirinya. Kemudian beliau berkata, “Siapkan kafanku. Di antara kafan itu ada pakaian putih yang dipakai saat ihram. Kemudian beliau berkata, “Letakkanlah pakaian putih ini di antara kafanku. Imam Baqir dalam kondisi kesakitan selama tiga hari dan pada hari ketiga beliu telah mencapai syahadah dan bergabung dengan para syuhada dan Ahlul Bait Rasulullah Saw.”
Ucapan Imam Baqir as Tentang Tauhid
Suatu hari seorang Arab badui datang menemui Imam Baqir as dan berkata, “Apakah Anda pernah melihat Allah saat beribadah?’
Imam Baqir as berkata, “ Aku tidak akan menyembah Tuhan yang tidak pernah aku lihat.
Arab badui itu berkata, “Bagaimana Anda melihat-Nya?”
Imam Baqir as berkata, “Pandangan tidak akan bisa melihat-Nya. Tapi hati dengan cahaya keimanan bisa melihat-Nya. Dia Tidak bisa dipahami dengan indera dan tidak bisa dibandingkan dengan orang-orang. Dia bisa dikenal dengan tanda-tanda tertentu dan bisa dijelaskan dengan tanda-tanda tertentu. Dia tidak akan melakukan kezaliman dan Dia adalah Allah yang tidak ada sesembahan lainnya selain Dia.
Mendengar jawaban itu sang Arab badui ini berkata, “Allah sendiri lebih tahu dimana harus menetapkan risalah-Nya.”
Hamba Yang Paling Baik
Imam Baqir as berkata, “Rasulullah Saw ditanya, “Siapakah hamba yang paling baik?”
Rasulullah Saw berkata, “Orang-orang yang ketika berbuat baik, maka mereka gembira dan ketika berbuat buruk, maka mereka memohon ampunan. Bila nikmat menghampirinya, maka mereka bersyukur. Bila menemui kesulitan, maka mereka bersabar. Bila marah, maka mereka memaafkan.
Juga dinukil dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang-orang yang berakal. Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah orang-orang yang berakal?”
Beliau bersabda, “Mereka yang berakhlak bagus dan sabar, mereka yang melakukan silaturrahim, berbakti kepada kedua ayah dan ibunya dan penuh kasih sayang, mengetahui kondisi orang-orang miskin, tetangganya dan anak yatim. Suka membantu dan memberi makan serta mengucapkan salam. Sementara masyarakat lainnya dalam kelalaian meski mengerjakan salat.
Faktor Yang Menyelamatkan Dan Membinasakan
Imam Baqir as menukil dari Rasulullah Saw:
“Ada tiga perkara yang merupakan derajat, tiga perkara sebagai kaffarah [tebusan], tiga perkara sebagai faktor penyelamat dan tiga perkara sebagai faktor pembinasa.
Adapun tiga perkara sebagai derajat adalah mengucapkan salam, memberi makan dan mengerjakan salat tahajjud di saat semua orang dalam keadaan tidur.
Dan tiga perkara yang merupakan sebagai kaffarah [tebusan] adalah berwudhu di saat suhu dingin, berjalan untuk ikut serta dalam salat berjamaah dan mengerjakan salat di awal waktu.
Tiga perkara yang merupakan faktor yang menyebabkan kebinasaan adalah berburuk sangka terhadap Allah, mengikuti hawa nafsu dan ujub.
Sedangkan tiga perkara yang merupakan faktor penyelamat adalah takut kepada Allah dalam keramaian dan kesepian, bersikap sedang saat miskin dan kaya dan berbicara benar baik dalam keadaan marah maupun dalam keadaan rela. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Muhammad Baqir as