Membimbing Seorang Miskin
-
Imam Musa Kazhim as
Seorang miskin datang menemui Imam Musa Kazhim as dan berkata, “Saya adalah orang yang miskin. Selamatkan saya dari kemiskinan. Bila saya punya uang seratus dirham, maka akan saya selamatkan diri saya dari kemiskinan ini dengan berdagang dan jual beli.”
Dengan wajah ramah dan tersenyum Imam Musa Kazhim as berkata kepadanya, “Aku akan bertanya kepadamu satu pertanyaan dan bila engkau menjawabnya dengan benar, maka aku akan memenuhi keinginanmu sepuluh kali lipat.”
Orang miskin itu menjawab, “Tanyakanlah!”
Imam Musa Kazhim as berkata, “Bila di dunia ini engkau harus bercita-cita, maka apa cita-citamu?”
Orang miskin itu berkata, “Aku berharap bisa mendapatkan taufik untuk memenuhi hak saudara-saudara seagamaku dan bisa menjaga undang-undang untuk menjaga agama dan saudara-saudara seagama.”
Imam Kazhim as berkata, “Mengapa engkau tidak berharap untuk mencintai kami Ahlul Bait [keluarga Rasulullah Saw]?”
Dia menjawab, “Sifat ini ada pada saya dan saya bersyukur kepada Allah karena memiliki nikmat seperti ini dan saya memohon kepada-Nya agar memberikan sifat yang baik yang belum saya miliki.”
Imam Musa Kazhim as berkata, “Engkau telah memberikan jawaban yang baik.”
Kemudian beliau memberikan dua ribu dirham [dua puluh kali lipat dari keinginannya] kepadanya dan berkata, “Gunakan uang uang ini untuk dagang tannin, karena ia adalah barang yang kering dan tidak banyak mengalami kerusakan.”
Dengan demikian, Imam Musa Kazhim as telah membantu, menyemangati dan membimbingnya untuk berdagang.
Budak Perempuan Harun Menjadi Ahli Ibadah
Pemilik hasil karya buku Anwar meriwayatkan bahwa di hari-hari ketika Imam Musa Kazhim as berada di dalam penjara Harun, dikirimlah seorang wanita yang sangat cantik untuk beliau. Barang kali beliau menyukainya sehingga harga diri beliau turun di mata masyarakat dan untuk mencari alasan agar bisa menjatuhkan Imam Musa Kazhim.
Begitu budak perempuan itu dibawa menemui Imam Musa Kazhim, beliau berkata, “Aku tidak membutuhkan orang-orang seperti ini. Mereka ini punya posisi dan nilai di mata kalian, tapi bagi saya tidak penting."
Ketika kabar ini disampaikan kepada Harun, dia benar-benar marah dan berkata, “Katakan kepadanya “Kami tidak memenjarakanmu atas keridhaanmu dan kami tidak ada urusan dengan seleramu. Letakkan wanita itu di sana dan kembalilah!”
Setelah mereka meletakkan wanita itu di dalam ruangan penjara Imam Musa Kazhim dan kembali, Harun mengutus seorang pembantu untuk mendapatkan kabar tentang wanita tersebut. Pembantu itu pergi dan kembali seraya berkata, “Dia dalam kondisi bersujud dan mengatakan, Subhanaka...Subhanaka.”
Harun berkata, “Demi Allah! Musa bin Jakfar telah menaklukkannya dengan sihirnya. Bawa kepada wanita itu.”
Ketika di hadapan Harun, wanita itu gemetaran dan memandang ke atas.
Harun berkata, “Apa yang terjadi denganmu?”
Budak perempuan itu berkata, “Saya merasa asing. Saya berdiri di dekat Imam dan beliau sedang mengerjakan salat dan beliau tidak tahu akan keberadaan saya. Begitu selesai salat, beliau membaca tasbih dan memuji Allah. Saya mendekatinya dan berkata, “Wahai tuanku! Apakah Anda ada perlu dengan saya? Silahkan bila ada perlu! Beliau berkata, “Aku tidak memerlukanmu.” Saya katakan, “Saya dikirim ke sini untuk mengerjakan perintah Anda.”
Imam Musa Kazhim as berkata, “Lalu mereka ini untuk apa?” beliau mengisyaratkan pada sebuah arah. Ketika saya melihatnya, di sana tampak taman dan kebun yang ujungnya tidak kelihatan dan di sana banyak terdapat berbagai macam buah-buahan dan bidadari dan para pelayan yang tidak pernah saya lihat selama ini. Mereka memakai baju-baju dari sutera dan mahkota yang penuh dengan permata. Mereka sedang membawa berbagai macam makanan, buah-buahan dan minuman dan berdiri di dekat beliau.”
“Ketika saya menyaksikan pemandangan itu, langsung saya pingsan dan jatuh dalam keadaan sujud, sampai ketika pembantu Anda datang dan membawa saya ke sini.”
Harun berkata, “Hai orang kotor! Mungkin engkau tertidur dalam keadaan sujud dan engkau melihat semua itu dalam mimpi?!”
Wanita itu berkata, “Demi Allah! Saya melihat semua itu sebelum sujud dan saya bersujud karena keagungan yang saya lihat.”
Pada saat itu Harun berkata kepada salah satu pembantunya, “Jagalah wanita ini. Jangan sampai dia menceritakan kejadian ini kepada orang lain.” Setelah itu, wanita ini sibuk mengerjakan salat dan senantiasa dalam keadaan beribadah.
Saat dia ditanya tentang sebab salatnya, dia menjawab, “Saya melihat seorang hamba yang saleh yang senantiasa mengerjakan salat dan saya pun mengikutinya.”
Mereka mengatakan, “Dari mana engkau mengetahui nama ini?”
Wanita ini menjawab, “Para pelayan yang saya lihat di taman itu dan para bidadari yang saya saksikan di surga itu mengatakan kepada saya, “Menjauhlah dari hamba yang saleh, kami mau melayaninya. Karena kami adalah pelayannya bukan engkau. Karena ucapan mereka inilah saya tahu bahwa gelar beliau adalah hamba yang saleh.”
Dan budak wanita itu senantiasa dalam kondisi mengerjakan salat dan beribadah sampai dia meninggal dunia dan kejadian ini terjadi beberapa hari sebelum syahadahnya Imam Musa Kazhim as. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as