Mengabarkan Dari Alam Gaib
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i44383-mengabarkan_dari_alam_gaib
Ibnu Syahr Asyub dalam Manakib meriwayatkan dari Ibnu Nafi’ Taflisi bahwa dia berkata, “Saya bermaksud menemui Imam Musa bin Jakfar as. Ketika saya sudah mendekati beliau, dan mau mengucapkan salam, beliau menghadap ke arah saya dan berkata, “Hai putra Nafi’! Jadilah hujjah yang baik. Semoga Allah memberikan pahala kepadamu atas musibah ayahmu. Sesungguhnya pada saat ini Allah telah mencabut ruhnya. Kembalilah dan lakukan pengkafanan dan penguburannya.”
(last modified 2025-10-18T08:47:54+00:00 )
Sep 16, 2017 23:31 Asia/Jakarta
  • Imam Musa bin Jakfar as
    Imam Musa bin Jakfar as

Ibnu Syahr Asyub dalam Manakib meriwayatkan dari Ibnu Nafi’ Taflisi bahwa dia berkata, “Saya bermaksud menemui Imam Musa bin Jakfar as. Ketika saya sudah mendekati beliau, dan mau mengucapkan salam, beliau menghadap ke arah saya dan berkata, “Hai putra Nafi’! Jadilah hujjah yang baik. Semoga Allah memberikan pahala kepadamu atas musibah ayahmu. Sesungguhnya pada saat ini Allah telah mencabut ruhnya. Kembalilah dan lakukan pengkafanan dan penguburannya.”

Begitu saya mendengar ucapan ini dari beliau, saya merasa takjub. Karena saya meninggalkan ayahku dalam kondisi tidak sakit.

Imam as berkata, “Hai putra Nafi’! Tidak percayakah engkau?”

Kemudian saya kembali ke rumah dan saya melihat para budak perempuan sedang memukul-mukul wajahnya. Saya katakan, “Ada apa?”

Mereka mengatakan, “Ayahmu meninggal dunia.”

Kemudian saya pergi menemui Imam dan bertanya, “Apa ayah saya memiliki sesuatu yang disembunyikan dari saya?”

Imam berkata, “Dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu darimu.”

Kemudian beliau berkata, “Hai putra Nafi’! Bila ada sesuatu dalam pikiranmu yang ingin kau tanyakan, maka akulah yang berada di sisi Allah dan kalimat-Nya dan akulah hujjah baligah ilahi...”

Doa Untuk Bebas Dari Penjara

Shaduq meriwayatkan, “Ketika Harus Rasyid memenjarakan Imam Musa bin Jakfar, beliau khawatir dibunuh oleh dia ini. Begitu malam tiba, beliau berwudhu kembali dan menghadap kiblat untuk mengerjakan salat empat rakaat dan berdoa:

“Ya Allah! Bebaskanlah aku dari penjara Harun dan lepaskanlah aku dari tangannya. Wahai Yang Melepaskan pohon dari  sela-sela kerikil, tanah dan air dan Wahai Yang Melepaskan macan dari sela-sela kotoran dan darah dan Wahai Yang Melepaskan anak dari kantong anak dan Wahai Yang Melepaskan api dari sela-sela besi dan batu dan Wahai Yang Melepaskan ruh dari sela-sela jeroan dan Lepaskanlah aku dari tangan Harun!”

Begitu Imam Musa bin Jakfar as membaca doa ini, seorang lelaki hitam datang dalam mimpinya Harun dengan membaca pedang terhunus dan berdiri di atas kepalanya seraya berkata, “Hai Harun! Lepaskanlah Musa bin Jakfar! Kalau tidak maka akan aku penggal lehermu dengan pedang ini. Harun ketakutan dan memanggil Hajib dan berkata, “Pergilah ke penjara dan lepaskanlah Musa!”

Hajib pergi ke penjara dan berkata kepada penjaga penjara, “Khalifah memanggil Musa bin Jakfar.”

Penjaga penjara berkata, “Hai Musa! Khalifah memanggilmu.”

Imam Musa bangkit dan berkata, “Di pertengahan malam begini, aku tidak dipanggil kecuali untuk keburukan.” Beliau pergi menemui Harus dan mengucapkan salam. Harun menjawab dan berkata, “Demi Allah! Di malam ini doa apa yang engkau baca?”

Imam Musa as berkata, “Aku memperbarui wudhuku dan mengerjakan salat empat rakaat, kemudian berdoa, “Ya Allah! Lepaskanlah aku dari tangan Harun dan kejahatannya.”

Harun berkata, “Allah telah mengabulkan doamu.” Kemudian dia memberikan tiga baju kepada Imam bersama kudanya dan menghormatinya.

Kemudian berkata, “Ajarilah aku doa itu!” Lalu dia menyerahkan beliau kepada Hajib untuk mengantarkan ke rumahnya dan Imam Musa bin Jakfar menjadi mulia dan terhormat di sisinya. Setiap hari Kamis Harun mendatangi Imam Musa sampai ketika beliau dipenjarakan kembali yang kedua kalinya dan dilepaskan dan kemudian diserahkan kepada Sandi bin Syahik dan orang buruk ini meracuni beliau.

Taubat Busyr Hafi

Dinukil dari Allamah Hilli bahwa Busyr bin Hafi bertaubat melalui Imam Musa bin Jakfar as. Alasannya karena suatu hari Imam Musa as di Bagdad lewat depan rumahnya Busyr Hafi dan mendengarkan suara musik dan nyanyian dan jogetan.

Pada saat itu seorang budak kecil perempuan keluar membawa sampah dan membuangnya di depan pintu.

Imam Musa bertanya, “Pemilik rumah ini orang merdeka ataukah budak?”

Dia menjawab, “Merdeka.”

Imam Musa berkata, “Engkau benar. Bila dia budak, maka dia akan takut kepada majikannya.”

Ketika budak itu kembali, Busyr yang sedang berada di dekat hidangan khamer bertanya, “Mengapa engkau terlambat?”

Sang budak menceritakan kejadian yang ada. Busyr lari keluar dengan kaki telanjang dan menemui Imam Musa dan meminta maaf sambil menangis dan menyampaikan rasa malunya dan melalui beliau, dia bertaubat. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as